6. Piknik sederhana? Ya di kebun beras.

110K 4.9K 461
                                    


A fanfiction by dekhyuckie.
Hope you enjoy. Please if you don't like it just leave.

Start!

Situasi rumah Jeno sangat berisik, padahal hanya ada mereka berempat seperti biasa. Tapi sekarang, semua pada ribet packing-packing buat piknik.

Yeah, dua hari kan Jeno libur, mereka berencana piknik meskipun sederhana saja. Ya, karena mendadak juga sih.

"Jisung! Sarapan dulu, harus mau, atau gak boleh ikut." Disela-sela menyiapkan bekal untuk nanti, fokus Jaemin terpecah karena anak semata wayangnya hanya bermain-main dengan makanan.

"Aku, aku mau disuapin kakak." Cicitnya pelan.

Jaemin memutar matanya malas, anaknya sangat manja— cuma sama Chenle doang tapi.

"Kakak kan udah selesai, makanya jangan bangun kesiangan." Mata sipit Jisung memelas menatap Buna-nya, sesekali menggerakkan sendok tapi nggak pernah nyentuh mulut.

Sedangkan di ruang tamu sana, ada Jeno sama Chenle yang lagi ngecek barang bawaan. Asik bercanda sampai suara Chenle bikin Jisung pengen nyusul, tapi juga takut Buna-nya marah.

"Buna gak bohong ya, kalau ga sarapan gak boleh ikut." Jaemin selesai mengepak bekal mereka, kemudian meninggalkan Jisung sendirian di meja makan.

Haduh. Jisung itu manja sih iya, tapi sama Chenle doang. Apa-apa harus kakaknya, kadang Jaemin jadi kasihan sama Chenle.

🐶❤️🐰

Detik ini, rasanya Jaemin pengen teriak, kudu ngamuk pokoknya. Jelas karena suami out of the box-nya yang ngide piknik ke sawah.

Ingat, SAWAH.

Ya terus, ngapain dari semalem Jaemin pusing pilih baju ganti? Emang ini salah Jaemin kok, kenapa gak tanya dulu Jeno mau ngajak kemana.

Tumben benget tuh, pol-polan piknik di kebun belakang terus zina sesiangan— ditonton nyamuk sama lainya mungkin.

"Tau ah! Gak jadi aja, ilang mood-nya." Selangkah lagi Jaemin hampir masuk ke rumah, tapi keburu dicegah sama Jeno.

"Loh salahnya apa coba, yang? Kan sama-sama piknik." Bisik Jeno pelan. Takut anak-anaknya yang excited ikut-ikutan gak mood kayak Jaemin.

"Salahnya apa bokong mu. Ngomong dong mau perginya kemana, tau sawah mah aku gak mau." Posisi mereka masih sama, lengan atas Jaemin ada di cekalan Jeno, dan Jeno sendiri berpegang pada pintu.

Mirip di televisi itu.

"Kamu gak tanya sih." Jeno menaikkan alisnya, tanpa rasa bersalah sama sekali malah menoel gemas pipi Jaemin.

"Piknik tuh kemana gitu, taman apa kebun raya kek,"

"atau gak yang sederhana kan bisa, malah sawah. Ewh! Mau nyari kodok, mas?"

Jeno menggeleng kecil, parah, belum tau aja gimana serunya liat sawah...

"Piknik sederhana ya di sawah dong Na. Gratis, kita jemur badan juga bisa, destinasinya banyak. Naik kerbau, cari keong emas. Duh, gak sabar." Jeno sangat antusias di mata Na Jaemin.

Cerewet, itu yang didalam hati si manis.

Nasib Jaemin ya gini, punya suami katanya jadi CEO, tapi hemat banget orangnya. Jaemin sih suka-suka aja, tapi kalau udah kayak gini— mau piknik aja ke sawah, tipes langsungan.

Uh, itu mah cuma akal-akalan Jeno aja. Mereka mampu beli pesawat saat ini juga, tapi kok? Jangan-jangan, Jeno punya rencana sesuatu?

"Uhm—" bagaimana ini? Kadang ngerasa bersalah karena nuduh suami sendiri enggak-enggak, tapi kalau suaminya Jeno— bisa dibicarakan baik-baik.

"Oke deh." Ya sudah, Jaemin ikuti aja kalau ternyata benar Jeno punya rencana.

"Yes! Ayo," akhirnya penjara lengan Jaemin lepas begitu Jeno meninju udara.

"Wait—" Jeno menoleh, menunggu lanjutan Jaemin yang mendadak berhenti lagi.

"Mas, kok gak manasin mobil?" Tanyanya ragu.

Kemudian pandangannya terjatuh pada motor kuning mengkilap waktu mereka remaja— yang aneh sekali diparkir di luar.

Tapi pikiran Jaemin tetap positif. Siapa tahu motornya mau dijemur atau iseng aja.

"Ya kan—" Jeno diam sebentar, matanya menatap acak setelah menggantungkan kalimatnya.

"Ya, kan?"

"Naik motor, gak brum brum yang."

Oh my God, semua benda disekitar Jaemin rasanya berputar. Kepalanya tiba-tiba pusing. Bukan, bukan karena gak mau naik motor, cuma...

"Nanti bontonya taruh mana astaga! Ya Tuhan."

Motor Vespa jadul Jeno kan, joknya sempit banget. Dinaikin berdua aja mleyot sana-sini, apalagi dobel 4.

"Aku anter kamu dulu, baru jemput anak-anak lagi." Jangan lupakan eyes smile andalan Jeno.

"Mobil, mobil mana mobil?" Jaemin bergerak dramatis, mengangkat kedua tangannya kayak waktu presentasi.

Mata Jaemin juga melotot seram. Dan Jeno puas sama ide briliannya semalam. Pokoknya, niat Jeno mau naikin darah tinggi Jaemin hahah.

Gak, becanda. Jeno emang kangen jaman waktu main ke sawah sama Hyunjin— omong-omong Hyunjin juga piknik di sawah kok, sama suami bulenya, Felix.

"Namanya juga sederhana, gak afdol ke sawah naik Tesla."

Stress. Tabahkan Jaemin yang mau nyakar muka sok ganteng Jeno— tapi emang ganteng sie.

"Sebenernya sawah siapa sih?! Sowah sawah mulu, Eropa kek." Tadinya sih Jaemin udah ikhlas diajak bolang, tapi pas tau naik motor dobelan, gak sudi.

Eh, tapi kan Jeno mau anter 2 kali? Gimana sih Min. Batin Jaemin sendiri.

"Haduh, iya deh iya. Hemat." Kayak tau Jeno mau ngomong apa— karena udah hapal, si manis langsung mencubit bibir suaminya.

Sementara Chenle dan Jisung terlihat mulai bosan menunggu orang dewasa, mereka duduk di atas tanah sambil mainin lidi, melas banget.





Sementara Chenle dan Jisung terlihat mulai bosan menunggu orang dewasa, mereka duduk di atas tanah sambil mainin lidi, melas banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih stress nomin live, jangan ganggu aku😖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih stress nomin live, jangan ganggu aku😖

Jangan kemana-mana dulu, mau dobel apdet ini t__t

BINAL || NoMin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang