17. Ronda sialan.

48.7K 3K 530
                                    


A fanfiction by dekhyuckie.
Hope you enjoy. Please if you don't like it just leave.

Start!

Sore tadi bahkan Jaemin mogok masak, acuh saat Jeno serta anak-anak yang hanya makan malam seadanya.

Sejujurnya ya, niat Jeno mau gofood atau jajan diluar, tapi kan Jaemin marah, Jeno jadi sungkan.

Well, emang Jeno yang moderatori anak-anak atas rencana abal-abal— Chenle dan Jisung berpindah arena untuk main di depan kamar Jaemin, berakhiran bikin Lukas marah karena aktivitasnya terdistraksi terus.

Niat Jaemin buat belajar pole dance juga hancur, apalagi guru rekomendasi Haechan sudah dibayar mahal dan harus antre lama— kecuali dirinya.

Jaemin juga malu. Tau kok Jeno sekedar cemburu, tapi gak banget sampai nyuruh anak-anak teriak-teriak gak mau 'dibuatin adik'. Kan jatuhnya fitnah dan pencemaran nama baik.

Hellooo! to much information Jeno, Lukas itu sudah bertunangan. Orientasinya saja lurus, jadi untuk apa Jeno cemburu?

Ya udah, toh salah Jaemin karena mereka kurang komunikasi untuk ini.

Si manis emang suka ngalah.

Malam ini, Jeno berangkat ronda tanpa ciuman hangat Jaemin dan bekal lotion anti-nyamuknya. Gila, Jeno mau marah tapi tau ini semua juga karena salahnya.

Omong-omong, mau sekaya apa tapi kalau hidup di masyarakat ya harus bersosialisasi, jadi Jeno wajib ikut ronda akhir-akhir ini.

"Aku berangkat nih yang." Jeno masih bertahan di posisi awal, berdiri di ambang pintu sambil menatap suami cantiknya dibalut lingerie biru seksi.

Masih ada harapan buat kecupan pamit, itu batin Jeno. Karena Jeno butuh penahan amarah untuk nanti.

Tapi kayaknya nihil, si manis masih mendiami Jeno seraya asik bermain ponselnya.

"Sayang, ini mau berangkat loh," Jeno menatap sendu suaminya, berucap syukur karena dia nggak jatuh meski pipi dalamnya digigit untuk menguatkan.

"beneran aku gak dicium?" Sekarang benar-benar putus asa, ditambah panggilan yang menyerukan namanya dari luar membuat Jeno berputar badan.

Bapak-bapak lainnya udah datang, tapi ciuman Jeno belum ada.

"Ya udah, ga papa, emang salah aku yang kekanakan. Jangan lupa kunci pintunya, bocil dah aku cek kok. Kamu tinggal matiin lampu ruang tamu, ya? Sama—" Jeno diam, Jaemin benar-benar abai sama eksistensinya.

"aku tadi masak nasi goreng, baru aku angetin lagi. Jangan lupa makan ya. Maaf. Daa, I love you."

Panjang banget, Jeno kayak mau merantau jauh aja. Tapi, sepanjang itu pun Jaemin masih diam, enggan membalas atau sekedar beri peringatan supaya suaminya hati-hati.

Jaemin benar-benar marah, ya.

Sampai hilang dari pandangan, Jaemin baru berani menaikkan wajahnya.

"Argh! Dasar bapak-bapak gak tau diri! Bojonya lagi marah malah ditinggal nge-ronda," Jaemin memekik keras, tangannya yang sejak tadi pura-pura sibuk beralih tugas jadi memukul bantal.

Kesal, giliran kayak gini Jeno gak pernah peka. Ya mohon, inget tadi siang, pas ada manusia lain yang mendekati Jaemin saja Jeno kelewat peka terus uring-uringan.

"Aturan dari mana sih, botty kudu nyium duluan." Desis Jaemin kesal.

Ah sial, karena gengsi Jaemin kehilangan kecupan pengantar tidur. Mana Jeno ronda pulangnya pagi.

BINAL || NoMin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang