22. Dapur jadi saksi.

72.7K 2.6K 625
                                    

Pstt, chapter 21-nya ada di Trakteer ya Minggu kemarin.

A fanfiction by dekhyuckie.
Hope you enjoy. Please if you don't like it just leave.

Start!

Jaemin bangun terlalu pagi hari ini. Efek semalam, sisa perasaan bahagia yang membuncah jujur buat si manis enggan beranjak dari kasurnya.

Tapi tugasnya sebagai ganti seorang Ibu, mau nggak mau Jaemin rela meninggalkan Jeno dan kasur yang jadi magnetnya.

Pertama, Jaemin harus mandi. Tubuhnya bau pergumulan lumayan menyengat, sedikit lengket terlebih lubang dan paha dalamnya— sperma Jeno sangat banyak omong-omong.

Bakal susah bersihinnya, itu batin Jaemin.

Duh, Jaemin jadi malu, pipinya bersemu kemerahan, sambil menggeleng kecil si manis berlari ke kamar mandi.

Takut ingatan tentang keperkasaan Jeno semalam membuat penis Jaemin yang sedang ereksi pagi bertambah lagi.

🐶❤️🐰

"Mas, minta uang ya." Jaemin sudah rapi, berdiri di depan Jeno sambil tersenyum manis.

Meski Jeno baru bangun, tapi Jaemin malah menyapanya dengan palakan minta uang.

Untung orang kaya, kalau nggak udah kaget.

"Coba cari di dompet," jawab Jeno sambil mainin ponsel.

Suara Jeno terdengar rendah— itu lumrah karena baru bangun, Jaemin jadi nggak fokus.

"mau kemana? Kok wangi." Tanya Jeno penasaran. Ponselnya ia simpan, memilih menatap Jaemin yang terlihat fokus dengan dompetnya dimeja samping ranjang.

Dandan Jaemin sederhana, hampir seperti biasanya. Tapi, Jeno tiap hari mau jatuh cuma buat pemandangan seteduh suami manisnya.

"Yee, biasanya juga wangi kok." Jaemin mengerucutkan bibirnya, kemudian tersenyum saat menemukan lembar berwarna merah banyak sekali.

"Jadi, mau kemana cantikku?"

Sial, tanpa aba-aba pipi Jaemin langsung bersemu. Sedikit menunduk untuk menutupinya dari Jeno.

Ini aneh, Jaemin merasa sisi dirinya yang gampang tersipu sangat menjijikkan, makanya Jaemin sering menghindari pandangan Jeno disaat mulai terasa pipinya panas.

"Malah ngelamun," baru Jaemin tersadar, membalas tatapan Jeno saat dirasa pipinya nggak merah lagi.

"Ke depan, mau belanja." Jeno mengangguk, tubuhnya masih telanjang dipaksa bangkit untuk memeluk tubuh wangi bayi Jaemin.

Jaemin agak risih, apalagi Jeno masih bau keringat— maksudnya iler, tapi yang namanya Jeno semakin dilarang malah tambah nekat.

Jeno mengerutkan keningnya,
"Tumben, nggak ke Sayurmart aja?"

Jaemin menggeleng kecil, "Cuma butuh bumbu dapur aja kok, kelamaan kalo ke sana."

"Aku dengernya males loh," Jaemin terkekeh geli, emang males aja kalau belanja nggak sekaligus banyak di Sayurmart kan sayang uang bensin.

"Temenin ga?" Tapi kayaknya Jeno beneran nggak mau pisah sama suaminya.

"Ga perlu suamiku, depan doang kok. Udah, lepas dulu ini," Jeno sebenarnya nggak mau, tapi karena sendirinya juga risih sama keringat, terpaksa melepas pelukannya.

"Cepet ya yang." Jaemin hanya mengangguk dan beranjak secepat mungkin, keburu anak-anak bangun.

🐶❤️🐰

BINAL || NoMin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang