19. Canggung

40.8K 2.7K 473
                                    

A fanfiction by dekhyuckie.
Hope you enjoy. Please if you don't like it just leave.

Start!

Malam ini, keadaan masih canggung, Jaemin dan Jeno ada di atmosfer kaku level tertinggi sepertinya.

Padahal keduanya sedang tidur bersampingan, tapi saling berpunggungan.

Sunyi, hanya terdengar desiran penyejuk ruangan, karena mereka memilih diam.

Jaemin itu anak yang introvert, suasana hening sudah jadi makanannya sejak remaja, tapi sekarang kan beda, ada status legal yang membuat Jaemin tak enak sendiri pada suaminya.

Begitupun Jeno, nggak biasanya tukang becanda jadi pendiam, melainkan anaknya bingung mau mulai dari mana.

Lalu suara gesekan antar kain jadi bunyi utama. Uh, mereka berbalik saja timingnya pas, itu yang namanya Jodoh.

"Mas," "Yang,"

Lagi, mereka menyapa bersamaan tak sengaja, keduanya saling tatap dengan alis terangkat tinggi.

"Mas duluan." Jaemin menyamakan posisinya, seperti tau jika malam ini bakal ada deep talk sampai menjemput mimpi.

"Kan kamu duluan yang manggil." Namun Jeno menolak, merubah posisinya menyamping, menghadap suaminya yang manis.

Sampai raut resah si manis tergambar jelas. Jeno mengusap kening Jaemin yang mengerut halus, merambat keatas dan berkahir kepala Jaemin dipuk-puk pelan sama Jeno.

"Ya udah."

Jaemin mula-mula menghirup nafasnya panjang. Dinding kamar pun tau, setelah ini akan ada kejadian seperti apa.

"Aku minta maaf."

Ya gitu, silaturahmi maksudnya.

"Aku juga Na, minta maaf, maaf banget, maaf maaf maaf." Kalimat Jeno sedikit bergetar, nggak tau karena apa, yang jelas bukan karena menangis.
Jeno tidak cengeng.

Kepala Jaemin ditarik, dibawa ke pelukan dan didekap lumayan kuat. Jeno menyesal.

Jaemin tersenyum simpul. Ya kayak gini rumah tangganya, jadi tidak perlu diceritakan lebih dalam karena permasalahan mereka hanya lingkup ini.

Salah paham, bertengkar, maaf, repeat.
Tapi untungnya mereka tidak bertengkar dalam waktu lama.

Uh, rahasianya ya, semarah apapun mereka, jangan sampai pisah ranjang. Yah, maksudnya tuh malemnya tetep tidur berdua, biar deep talk kayak gini.

"Aku keterlaluan lagi, ya?" Jeno sedikit bangkit, menumpu bebannya di siku kiri, bermaksud ingin melihat wajah Jaemin lebih dekat lagi.

Jaemin mengangguk kecil, tapi belum berani membalas tatapan suaminya.

"Maaf."

"Maaf." Ulang Jeno lagi. Takut Jaemin tidak memaafkan, karena suaminya hanya diam.

Well, semesta juga tau kalau yang namanya Jeno nggak bakal stop bilang maaf sebelum bibirnya di bungkam, pakai bibir juga tapi.

Hah, ini mah akal-akalan si Jeno aja.

Tapi sudah keduabelas kali Jaemin juga belum melakukan kebiasaan itu. Maka tambah takut lah si Jeno ini.

"Yang, ini ga dicipok ya?" Gak punya malu, gak punya perasaan bersalah, Jeno menoel pipi gembil suaminya dengan hati-hati.

"Kalo dimaafin dicium atuh." Adunya.

BINAL || NoMin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang