13. [M] ye, di bawah.

103K 3.4K 489
                                    


A fanfiction by dekhyuckie.
Hope you enjoy. Please if you don't like it just leave.

Start!

Niatnya hanya mencari jasa untuk memasang pole dance saja ternyata salah, kedua Adam dimabuk cinta pasti lupa waktu juga.

Buktinya jam 3 sore lebih baru pulang. Bukan niat lupa anak, tapi sekalian healing katanya. Jaemin udah lama nggak jalan-jalan sama Jeno berdua doang.

"Pasti bocil pada lupa nyalain lampu teras." Jeno berbisik, mobil mahalnya sudah memasuki halaman rumah yang remang-remang.

"Kira-kira ngapain ya anak-anak? Jarang 'kan kita tinggalin sendirian." Jaemin bertanya sembari menahan gemas.

Membayangkan mereka asik menonton TV atau tidur sambil berpelukan, ah, gemasnya— tak sadar Jaemin sekarang bertepuk tangan karena imajinasinya sendiri.

"Palingan Cleiro main piano, gak tau kalau Jisung." Jeno membuka auto lock mobilnya dan Jaemin tanpa menjawab langsung melesat menuju rumah.

Sementara Jeno di belakang tengah menenteng belanjanya Jaemin, menunggu suaminya membuka kunci pintu.

Ceklek

"Buna's home!" Teriak si manis lantang, sejenak langkahnya berhenti karena bau harum yang sepertinya wangi vanilla mengudara di ruangan.

"Ji—?" Jaemin mengerutkan keningnya, menatap heran putra semata wayang yang menghampirinya dengan tangan dimasukkan ke saku celana.

"Hum, perasaan Buna kok gak enak, ya? Kamu belum mandi?"

Jisung mengangguk membuat Jaemin menatap skeptis, mulutnya juga terbuka lebar.

"Aku ke kamar yang," aslinya Jeno nggak mau campur tangan kalau ada apa-apa. Entahlah, perasaan Jeno juga gak enak.

"Kakak mana?" Tanya Jaemin penasaran.

Jisung yang irit bicara lebih memilih menarik lengan Buna-nya menunju dapur. Tempat dimana Chenle berlagak bagai chef Juna.

"TARA!"

Suara melengking tinggi hampir memecahkan gendang telinga yang mendengar. Siapa lagi kalau buka bocah bersuara vibrato dengan dua tangan gemuknya memegang sesuatu.

"Suatu kehormatan bagi yang boleh nyicip kue buatan kakak." Chenle menyombongkan diri, berhati-hati untuk mendekati Buna dan adiknya.

Namun bukan itu fokus Jaemin, melainkan betapa kotor dapurnya dengan tepung memenuhi lantai, bekas adonan masih menempel di oven, serta mangkuk-mangkuk kotor tergeletak begitu saja.

Jaemin menghela nafasnya panjang, menghitung 1 sampai 8 sebentar untuk menekan rasa marahnya.

Well, bayangan memeluk anak-anak yang harum sembari menonton TV setelah berpergian tadi hancur.

"Thank you, sayang." Bisik Jaemin lemah.

Namun ada rasa haru, membayangkan anak-anaknya repot membuat kue ulang tahun untuknya sangat manis. Jaemin hampir menangis.

"Ini resep Cooking Mama, kalau gak enak Buna marahin aja Mamanya."

Sebentar Jaemin terdiam, tiba-tiba rasa malu serta nafsu untuk menggigit Chenle meledak-ledak. Oh my God, ia pikir Chenle ingat ini hari apa.

Ya gak papa deh, namanya juga anak kecil. Bisik Jaemin dalam hati.

"Enak kan? Iya lah, yang masak kakak ini." Kalimat Chenle ketika Jaemin mencuil sisi kue cokelat dan memakannya.

BINAL || NoMin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang