31. Sumber Masalah.

28.9K 1.5K 152
                                    

Jangan lari duluuu, aku dobel nih, ada nsfwnya dikiit.

A fanfiction by dekhyuckie.
Hope you enjoy. Please if you don't like it just leave.

Start!

Setelah makan siang, Jaemin dengan gesit merapikan tampilannya. Makan bakso pedes ditambah cuaca mendung hampir bikin Jaemin lupa kalau dia ada rapat.

Makanya, sekarang anaknya lagi lari-larian di Loby, ngejar waktu yang tinggal 3 menit.

"Pas!" Syukurlah, si manis datang tepat waktu. Meski udah banyak karyawan lain yang duduk cantik di meeting room.

"Hehe, siang..." Desis Jaemin, langkahnya pelan sambil matanya mencari kursi yang kosong.

Kebetulan kursinya dekat sama kak Chitta. Uh, ga tau kebetulan atau kesengajaan, karena tatapan orang-orang kayak tau akan ada apa setelahnya.

"Main Charater udah sampai, saya mohon fokus ke jobdesk nya masing-masing." Suara bariton Jonas menggema di ruang ber-AC itu, sampai keadaan benar-benar sunyi dan pimpinan memulai rapatnya.

Jaemin menunduk malu, baru saja dipanggil 'Main Charater' udah kayak dia yang dirikan perusahaannya.

Duduk setenang mungkin karena Jaemin nggak mau baksonya keluar dari lambung— Karena anxietynya kambuh.

"Jaemin, ada yang kamu tolak?" Jonas mengawali pertanyaan.

Jaemin anak baru yang seumur hidup ga pernah ikut rapat— kecuali sekolah, agak bingung sama sistem rapat, apalagi punya Jonas.

Beda kalau dia cuma jadi auditor aja.

"Uhm— nggak ada pak, udah saya tanda tangani juga semuanya." Balas Jaemin ragu-ragu.

Toh ga ada produk yang aneh, pikirannya.

"Selimut?" Chitta sama Jonas nanya barengan, Jaemin balas menatap keduanya.

"Termasuk."

Jakun Jonas bergerak turun, "susah." gumamnya pelan.

"Ta, nanti suruh semuanya bantu nyumbang ide buat konsep selimut ini." Kemudian Jonas berdiri, menggeser kursinya sampai di depan Jaemin.

Kini Jaemin berhadapan dengan Jonas, tatapnya dalam kadang buat Jaemin hampir hanyut.

"Emang mereka mau konsep kayak gimana, pak?" Jujur perintah Jonas untuk Chitta menarik rasa penasaran Jaemin.

"Mereka ga mau konsep yang pasaran. Kayak, foto selimut atau kamu selimutan doang, mereka ga mau."

"Lah?" Jaemin belum paham, tapi dia langsung buka proposalnya yang belum sempat dibaca tapi sudah diterima.

"Wah iya, gaya banget— ups." Gak sadar, Jaemin bahkan hampir mencaci industri selimut tadi.

"Keren gini ya pak. Mentang-mentang selimutnya pernah dipakai Kyle Jenner, huft." Bilang Jaemin sesuai yang baru dia baca.

"Nah itu, makannya jangan asal tanda tangan. Padahal udah nyuruh pak Jonas tolak langsung." Jawab Chitta, sama sekali nggak liat Jaemin. Pria cantik itu milih natap kuku-kukunya yang dicat cantik.

Aslinya Chitta cuma nggak mau pusing. Apalagi mikirin konsep buat foto shoot Jaemin.

"Atur aja kak Chitta. Saya telanjang juga mau kok."

Sial, Jaemin bicara tanpa pikir panjang.

Yang ada Jonas dan lainnya melotot tak percaya. Mereka jadi bisu, ngarep ucapan Jaemin tadi cuma semu.

Atau, Jaemin seserius itu? Karena anaknya kayak tanpa beban setelah ngomong gitu.

"Yang bener bocah. Lu mau promosiin badan apa selimut?" Sarkasme Chitta cuma dianggap lalu.

Karena Jaemin hanya mengangkat bahunya acuh, tanpa perasaan malu— kecuali rasa menggebu sama sesuatu.

"Iya, foto telanjang. Konsepnya kayak bayi." Jaemin deg-degan, perutnya geli membayangkan bagaimana rasanya dulu ketika akan memposting foto telanjang.

Mikir berapa banyak laki-laki dominan bisa hard karena fotonya.

Memang lancang, Jaemin udah punya Jeno sekarang. Tapi,
penyakit exhibition-nya masih belum sembuh juga.

Asal jangan sampai Jeno tau, okay?

"Boleh sih, jadi nanti kamu telanjang beneran?" Jonas menegakkan tubuhnya, lumayan tertarik sama ide Jaemin sekarang.

"Iya—? Lha gimana? Katanya nggak mau pasaran, pak."

"Tapi ga bugil juga anjing?! Lu— keterlaluan." Tapi Chitta jadi team kontra.

"Gimana kalo nama perusahaan jadi jelek? Atau mungkin aja kena kasus pornografi?" Nafas pria cantik itu tersendat, emosinya kayak bisa dilihat dengan mata telanjang.

"Lu ga mikir Min?"

Jaemin dengan enteng menggeleng, sumpah, demi apapun dia ga mikir sampai ke sana.

Kecuali penisnya yang hampir keras gara-gara mikir kepuasan setelah fotonya disebar lewat majalah.

"Tenang aja, gunanya relasi banyak tuh buat apa?" Jonas membuat tatapan remeh dengan satu alis terangkat untuk Chitta.

Chitta diam. Ya udahlah, setidaknya dia pernah nahan ide gila itu meski ga digubris atau mungkin kedepannya dia akan menyesal.

Istilahnya, women protect women. Atau, botty protect botty.

"Sokin dah." Chitta kembali tenang, tubuhnya rileks sekarang.

"Okay. Rapat kecil kita selesai. Kerja sesuai tugasnya, dan atur yang diperluin buat foto shoot magazine nanti."

"Majalah dewasa iya kali." Bisik Chitta pelan, yang jelas cuma Jaemin yang dengar.

"Bener gundikknya pas Jonas ya lu, lonte."

Sekali lagi, Jaemin abai.

Please, panggil dia gila. Tapi rasa penasarannya udah nggak kebendung, Jaemin kangen euforia foto telanjang, Jaemin pengen ngerasain lagi gimana dia dipuja lewat bentuk tubuhnya.

He's such a crazy. Don't judge.









DOBEL UP YA!!!

BINAL || NoMin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang