Perfect Wife 07

27.9K 2.7K 633
                                    

SELAMAT MEMBACA


Follow sebelum Membaca

Absen sesuai tanggal kamu lahir♥

Silahkan meramaikan part ini👇

      Regha memijit pelipisnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

      Regha memijit pelipisnya. Kepalanya sangat pusing. Ia melonggarkan dasi yang terasa mencekik. Regha menghembuskan napas kasar, melirik arlojinya menunjukkan tengah malam.

"Buka." perintah Regha. Setelah gerbang menjulang tinggi itu di bukakan oleh satpam, Regha langsung mengendarai mobilnya memasuki pekarangan mansionnya yang luas.

"Bagaimana keadaan istriku?" Regha menatap sekilas asisten rumah tangga di hadapannya yang baru saja membukakan pintu rumah. Pria itu menggulung lengan bajunya beberapa kali sampai ke bawah siku hingga memperlihatkan urat tangannya yang menonjol. Ia mengerut kening tidak mendapat balasan apa-apa, kembali menatap pelayan di hadapannya ini. Wanita itu malah terdiam sembari menatapnya tanpa berkedip.

Dibalas tatapan dingin oleh tuannya, Tini akhirnya tersadar dan menunduk. "Bu Kia baik-baik saja."

Ia meremat kedua tangannya karena merasa sudah lancang menatap majikannya dengan terang-terangan.

"Apa yang dia lakukan hari ini?"

"Bermain dengan triplets, mengajari triplets belajar, berjalan-jalan di taman, memasak, be—"

"Memasak?" tanya Regha memastikan.

Suara dingin itu membuat Tini langsung meremang. Ah, ia lupa kalau Kia sudah memberitahunya untuk tidak melaporkan kegiatannya yang itu kepada Regha.

"Ma—maaf pak. Bu Kia sendiri yang memaksa untuk menyiapkan makan siang bapak tadi." balas Tini dengan keringat dingin membasahi pelipisnya.

Regha menghela napas berat. "Saya ingatkan sekali lagi, jangan pernah membiarkan Kia memasuki dapur apalagi sampai memasak. Apapun yang istri saya butuhkan kalian harus mengambilnya untuknya. Terlebih Kia tidak boleh menyentuh benda tajam apapun. Tidak ada toleransi untuk kesalahan kedua, Tini." peringat Regha dengan tegas.

Tini menganggukkan kepala, mengerti. "B—baik pak."

"Kalau tidak becus bekerja silahkan angkat kaki dari sini." tegas Regha kesal.

Tini menunduk dalam. "Maaf pak."

Regha berdecak, ia melangkahkan kakinya yang terasa berat menuju kamar-lebih tepatnya menuju kamar triplets. Kia tidak pernah mau tidur sendirian, istrinya itu selalu memilih tidur bersama ketiga anak mereka hingga saat tiba dimana Regha sudah pulang.

Perfect WifeWhere stories live. Discover now