Perfect Wife 23

9.1K 749 435
                                    

SELAMAT MEMBACA

.

.

.

FOLLOW SEBELUM MEMBACA


JAM BERAPA KAMU BACA?


SILAHKAN MERAMAIKAN PART INI

       Terdengar isakan Kia di cafe yang sangat sepi itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

       Terdengar isakan Kia di cafe yang sangat sepi itu. Kia berusaha hati-hati mengoleskan salep luka di siku Astra. Sesekali meniup luka itu agar tidak terasa perih. Triplets saling bertatap satu sama lain. Mereka tidak tahu harus merespon apa karena mommy mereka sejak tadi tidak berhenti menangis. Padahal Astra merasa lukanya tidak sakit sama sekali hanya goresan sedikit karena jatuh di tanah. Paling seminggu lagi akan sembuh.

"Ini kalau tangan kamu di amputasi gimana?" heboh Kia ketakutan.

Regha mengusap wajahnya, "Sayang, luka Astra nggak separah itu."

Kia melotot tidak terima, "Kamu jangan menyepelekan luka kayak gini dong." Bantah Kia tidak terima.

"Ya ampun mom, tangan Astra baik-baik aja." Kata Astra berusaha menyakinkan.

Kia langsung membungkus wajah Astra dengan kedua tangannya. Membuat bibir Astra maju 5 centimeter kedepan. "Astra jujur aja kalau sakit bilang sama mommy, biar kita ke rumah sakit sekarang."

"Bwenerwan nggakh pahpah, mom."

"Kamu nggak bisa bohong sama mommy, Astra."

Triplets jengah, Regha lelah, Kia resah. Sungguh kombinasi yang unik diantara keluarga ini. Angkasa menyangga dagunya memandangi drama ibu dan anak yang masih belum berakhir sama sekarang. Padahal dirinya sudah sangat lapar tapi ia masih manahan diri karena baik daddy maupun mommy masih berdebat soal luka Astra.

"Dad, itu salepnya salah tempat." peringat Antariksa menepuk lengan Regha. Regha terperanjat lalu melihat tangannya yang mengoles salep sampai ke leher Misel.

"Eh, maaf maaf." Karena terlalu fokus dengan Kia dan Astra, dirinya yang sedang mengobati luka Misel jadi tidak fokus. Regha langsung mengambil tissue dan membersihkan salep yang menempel di leher anak itu.

Kia menepuk bahu Regha. "Kamu ya, nggak bisa serius dari tadi." Kia mengambil alih salepnya. "Sini biar aku aja."

Misel mengedipkan matanya dua kali. Kia menarik lembut tangannya lalu meniup luka ditangannya. Terlihat bekas memerah akibat cekalan yang kuat dari preman tadi. Kia menatap sedih Misel.

"Tangannya masih sakit?" Dengan ragu Misel mengangguk menjawab Kia. Kia menghembuskan napas pelan. Ia mengobati luka Misel dengan sangat telaten. Saat sudah selesai ia mengusap rambut anak itu dengan lembut.

Perfect WifeWhere stories live. Discover now