After Divorce-20

57.2K 5K 643
                                    

Orang-orang yang ada di rumah sakit dibuat terkejut dan keheranan melihat seorang laki-laki berlari dengan kencang seraya menabrak orang-orang yang menghalanginya.

"Please, please, please." gumam Morgan sambil terus berlari di mana ia berharap kabar yang ia dapat tidaklah benar.

Morgan berhenti berlari sambil menatap dua orang polisi yang berada di depan sebuah ruangan. "Lo, lo diem, diem." Morgan mengacungkan telunjuknya pada saat salah satu polisi yang ingin bersuara.

Seorang petugas keluar dari sebuah ruangan. "Pak, bapak boleh masuk untuk melihat..."

Morgan menunjuk petugas laki-laki itu dengan napas yang tidak beraturan. "Gue bakal hancurin rumah sakit ini kalo sampe..." Morgan terdiam dengan mata yang berkaca-kaca, "...kalo sampe anak gue ada di dalem." Morgan menujuk ruangan yang ada di sebelahnya di mana ruangan itu adalah kamar jenazah.

"Mungkin bapak bisa masuk sekarang." ujar petugas itu.

Morgan menyentuh alisnya menggunakan jari telunjuk dan jempol dengan air mata yang sudah mengalir di pipi, dengan langkah yang begitu berat, Morgan masuk ke ruangan tersebut dengan menundukkan kepala.

Morgan berhenti melangkah ketika sudah melewati pintu, dengan sangat tidak siap, Morgan mengangkat kepala dan terlihatlah dua kantung jenazah, hanya ada dua jenazah di ruangan itu. Morgan belum bisa melihat wajah dari dua jenazah tersebut karena terhalangi oleh bagian sisi kantung jenazah.

Morgan kembali melanjutkan langkah yang terasa semakin berat di mana seluruh wajah laki-laki itu sudah berubah merah. Morgan maju selangkah dan terlihatlah wajah Belle di mana ruangan yang tadinya hening, langsung berubah riuh karena tangisan Morgan di mana Morgan langsung teringat dengan semua keinginan anak perempuannya yang belum dan tidak bisa ia penuhi.

Morgan menangis hingga suaranya memenuhi ruangan di mana posisi laki-laki itu berlutut di dekat brankar di mana anaknya berada. Petugas yang menemani Morgan tampak berusaha menenangkan Morgan dan membantu Morgan untuk berdiri.

"Belle, Belle, bangun, Nak!" kata Morgan sambil menyentuh pipi Belle yang terasa dingin. "Ini daddy, ayo kita telfon mami, biar daddy telfon mami sekarang, tapi Belle harus bangun!" kata Morgan lagi dengan pipi yang dibanjiri oleh air mata.

"Belle! Bangun, daddy mohon. Bangun, Nak! Seharusnya Belle ikut daddy aja tadi, seharusnya Belle ikut sama daddy!" Morgan memejamkan matanya dengan erat sambil memukul-mukul brankar dan masih terus menangis sampai kedua bahunya terguncang.

-afterdivorce-

Morgan menoleh dan kembali menundukkan kepala melihat orang tuanya dan Driz datang, Morgan memejamkan mata di mana posisi laki-laki itu duduk di depan ruangan Belle dan supirnya berada.

"Morgan?" panggil Winnie dengan nada bergetar. Winnie sudah mendengar kabar jika Belle kecelakaan tetapi ia tidak tahu jika cucunya itu sudah tiada.

"Di mana Belle? Belle nggak papa, 'kan?" tanya Dexter.

Morgan diam saja dan kepalanya semakin menunduk.

"Morgan? Di mana Belle? Di mana?" Winnie kembali bertanya.

Morgan sedikit mendongak dengan menyandarkan kepalanya di dinding dan menunjuk ke arah kamar jenazah dengan air mata yang kembali keluar.

Dexter dan Winnie terdiam di mana tubuh mereka langsung lemas.

"Morgan?! Serius dong!" Winnie menghentakkan satu kakinya.

Morgan kembali menangis dan itu membuat tubuh Winnie terasa semakin lemas. Winnie pun memilih untuk masuk ke kamar jenazah untuk mengecek sendiri dan tentunya ia harap Belle tidak berada di ruangan itu.

Dexter terduduk di sebelah Morgan saat mendengar suara tangisan Winnie dari kamar jenazah, Winnie menangis dengan histeris bersamaan dengan suara tangisan Morgan yang mulai terdengar. Sambil menatap lurus ke depan, Dexter menepuk-nepuk punggung Morgan dengan tangan kirinya.

"Dad?" panggil Driz dengan mata yang berkaca-kaca lalu duduk di sebelah Dexter. "Belle udah nggak ada?" tanyanya dengan pelan dan bergetar.

Dexter mengangguk dan memeluk Driz dengan tangan kanannya di mana tangis Driz pecah di saat itu juga.

-afterdivorce-

"Dari hasil pemeriksaan pada kedua korban. Bapak Azis mengalami luka dan cedera yang sangat serius pada organ vitalnya sementara untuk Belle, mengalami luka serius pada kepala yang membuat Belle kehilangan banyak darah." terang petugas pada Dexter lantaran Morgan berada di kamar jenazah.

"Untuk kejadiannya itu seperti apa?" tanya Dexter pada polisi yang berada di sana. Mereka masih berada di depan kamar jenazah.

"Dari keterangan saksi, mobil yang dikendarai oleh Bapak Azis terlihat ingin menyalip mobil yang ada di depannya tetapi dari arah berlawanan, terdapat truk di mana mobil juga truk sama-sama melaju dengan kecepatan tinggi dan Bapak Azis gagal menyalip mobil yang ada di depannya sehingga terjadilah tabrakan dengan truk itu." jawab sang polisi.

Winnie yang mendengar keterangan polisi, memeluk erat Driz seraya menyeka air matanya menggunakan tisu.

Dexter mengangguk, "terima kasih."

"Mi, gimana sama Kak Gwen?" tanya Driz dengan lirih.

Winnie kembali menangis setelah mendengar pertanyaan Driz, lebih tepatnya saat Driz menyebut nama Gwen.

"Kita harus kasih tau." ujar Dexter.

Winnie menggeleng lemah, "aku nggak sanggup."

"Pak, untuk kedua jenazah sudah bisa dibawa." kata petugas pada Dexter dan Dexter menganggukkan kepala.

"Pak Azis dibawa ke rumahnya aja? Belle yang dibawa ke rumah kita?" tanya Dexter pada Winnie.

Winnie mengangguk. "Telfon Louie deh, suruh pulang kalo bisa. Louie sama sekali belum ada ketemu Belle secara langsung."

"Kita juga harus kasih tau Gwen." kata Dexter.

"Tapi aku nggak sanggup." balas Winnie sambil memejamkan mata.

"Biar aku yang telfon." kata Dexter lagi dan Winnie diam saja. Dexter duduk di sebelah Driz seraya mencari kontak nama Gwen di ponselnya, ketika sudah menemukan kontak Gwen, Dexter terdiam memandangi nomor telepon Gwen.

Dexter menghela napas lalu mendekatkan layar ponselnya ke telinga dan Dexter memejamkan mata sejenak karena Gwen langsung mengangkat teleponnya.

"Halo, Dad?"

Dexter membuka mulut dengan perlahan, "Gwen?"

"Iya, Dad? Ada apa kok tumben banget daddy telfon Gwen?"

Dexter menelan ludahnya dengan mata yang tertuju pada kamar jenazah. "Bisa pulang sekarang?"

"Loh, emang kenapa? Belle mau Gwen pulang?"

"Pulang, ya. Daddy udah suruh pilot daddy terbang ke Paris untuk bawa kamu pulang."

Gwen terdiam di seberang sana karena nada suara Dexter terdengar berbeda, seperti sedang menahan tangis.

"Dad, ada apa?"

Dexter mengusap-usap keningnya karena bingung harus menyampaikan kabar yang seperti apa pada Gwen.

"Dad?"

"Belle, Belle kecelakaan, Belle udah nggak ada." kata Dexter dengan pelan. Dexter menundukkan kepala ketika mendengar suara benda terjatuh dan tak lama Dexter dapat mendengar suara Friska.

"Bu, ibu nggak papa? Ada apa?" 

Dexter memejamkan mata mendengar Gwen menangis histeris di seberang sana.

afterdivorce

Qotd: kalian pure ngerasa sedih atau campur rasa kesel ke Morgan?

After Divorce [COMPLETED]Where stories live. Discover now