9. Natal?

4.5K 391 8
                                    

Bisa dibilang panjang.. Bisa dibilang chap pendek jg iya..










"Cara melepas rindu adalah bertemu dengan yang dirindukan. Tapi yang aku rindukan telah tiada."

"Maka, ikutlah dengan dia."

.

.

.

"Kapan kau membeli mansion mewah ini?"

"Aku.. Tidak membelinya tapi diberikan oleh nenek dan kakek ku, hyung."

Yang lain mendengar 2 pembicaraan oknum berdarah Jepang dan Haechan itu.

"Huh? Jika mansion ini diberikan padamu. Dimana kakek dan nenek mu tinggal?" Yuta sepertinya dalam mode otak berhenti.

Baiklah, Haechan hanya bisa bersabar.

"Mereka berdua sudah tiada, hyung... Jadi mereka menyerahkan mansion ini pada ku." Haechan tersenyum.

Semua tertuju pada Haechan dengan tatapan yang artikan 'oh, benarkah?'.

"Owh, begitu.." Yang yang menjeda kalimatnya dan melihat sekitar.

"Tapi apa hyung tidak merayakan natal disini? Aku tidak melihat hiasan Natal.."

Ting.

Lift terbuka dan 3 maid datang, 2 maid membawa gelas yang berisikan minuman. Tenang, bukan soju (sejenis minuman alkohol di Korea.). Dan 1 maid lagi membawa cemilan, coklat, roti, roti kering (kacang, kenari, cookies).

"Silahkan dinikmati seluruh tuan muda." Ucap maid 1

"Apa ada yang perlu kami lakukan lagi tuan muda Lee Hyuck?" Pertayaan dari maid ke 2

"Tidak ada, kalian bisa lanjutkan pekerjaan kalian yang lain." Haechan berkata dengan nada yang sulit diartikan. Bak asli tuan muda, memang tuan muda.

"Baik tuan muda, kami permisi." Diiringi dengan jawaban maid ke 3. Ke 3 maid ikut menunduk.

"Wah-wah.. Tuan muda Lee-" Sungchan berkata dengan senyum menggoda. Akan tetapi- "Sungchan.

Doyoung--Taeil yang berusaha menahan tangan Doyoung agar tidak menjewer telinga anak kelahiran 2001 ini.

Taeil sejenak memperhatikan wajah Haechan disaat Haechan sedang mengobrol dengan member lain.

Haruskan bertanya soal pertayaan ini dengan nya? Suasa yang tidak tepat.. Taeil seperti patung yang diam memperhatikan wajah fullsun satunya ini.

'Baiklah. Kuharap suasana mendadak tidak berubah.'

"Haechan-ah.. Ya, boleh hyung ceritakan dulu. Kemarin sebenarnya, kami sudah tau mansion mu. Ketika kami sampai, kau akan keluar. Awalnya kami berniat mengikuti mu.. Tapi kau berhenti, dan seperti menelpon seseorang?" Taeil berhenti.

Keadaan mendadak hening. Haechan terdiam.

"Jadi, bis didepan mansion ku.. Kalian?"

"Ya, itu kami semua."

"Soal menelpon itu bukan hal penting. Lalu?"

"Kau ke perpustakaan, dan berjumpa dengan seorang pria. Pria itu seperti memohon padamu. Apa yang terjadi? Lalu saat kau keluar, kau seperti berusaha melepaskan tangan pria itu.

Haechan terdiam mendengar ucapan Taeil. Ia berusaha mencerna.

"Tunggu? Apa dari kalian ada yang turun? Mana mungkin kalian bisa melihat dari dalam bis, sementara aku didalam perpustakaan."

"Ya, aku yang turun." Jaemin menjawab.

"Ah, begitu.. Bukan apa-apa.. Itu hanya masalah.... Masalah yang sangat sangat, kecil."

Sudah diduga berbohong.

"Betulkah-" Renjun yang ingin berbicara terhenti. "Sudah-sudah, dia bilang tidak pentingkan? Sedari pada membahas ini, lebih baik kita persiapan Natal mansionmu." Lucas mencoba membuat suasana berubah.

"Ahh, itu betul. Cepatlah" Taeyong berkata dengan senyum terlembutnya.

Haechan masih tetap diam. 3 tahun dia jika Natal pulang ke mansion nya, bukan berarti merayakan Natal. Ia hanya menyuruh seluruh pekerja rumah pulang kembali dan biasanya diberi libur 1 bulan.

"Cepat!" Renjun menarik Haechan bermaksud segera cepat bersiap.

"Iyaa, baiklah! Sabar!" Haechan jawab balik.

"Baik, tuan muda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Baik, tuan muda."

"Dan..--Haechan mendekat kepada dua penjaga depan gerbang mansionnya--Jaga rumah jika bukan saya yang pulang, jangan perbolehkan masuk. Bahkan, mereka berdua. Paham?" Perkataan Haechan di angguki oleh kedua penjaga.

Ke 22 member lain sudah berada di mobil mereka.

"Jalan."

Gerbang terbuka.

***
Kini mereka berada didepan mall besar.
Yang lain serta Haechan turun dari mobil dan mulai merapat.

"Ayo, masuk." Haechan tersenyum. Yang lain masuk, disaat itu tangan Haechan ditahan Taeyong.

"Huh? Hyung, ada apa?"

"Haechan-ah, jangan biarkan Natal mu tahun ini hitam. Warnai, rayakan natal bersama. Mengerti?" Taeyong tersenyum.

"Aku mengerti, hyung. Terimakasih." Kata-kata Haechan dijawab Taeyong dengan senyuman.

'Wah.. Nak, kau ternyata begitu hebat dengan senyuman manismu. Kau sangat mirip seperti ibumu. Kemarin baru saja ****, memakan darah dan daging mu. Sepertinya kau kelinci selanjutnya. Haha."

Gila.

Bersambung...

-btw, ganti cover. yang nggk
terlalu ribet covernya.
-update cerita serampangan, nggk tentu. Entah seminggu sekali, atau berapa kali. 86% seminggu sekali.

*lanjut tugas.|ω;`)

Heart Wall Where stories live. Discover now