32

3.5K 428 30
                                    

Marah Mulu ಥ_ಥ


















Chika membuka kelopak matanya, dia sedikit bingung, karena dia saja belum  menebak. Jadi sura tembakan apa itu.

Chika mengedarkan pandangannya, ia melihat kakeknya yang sudah terduduk di bawah memegangi kakinya yang sudah berlumuran darah.

"Aaahhhh.... Rian, ternyata kau yang menyekap anak ku?"ujar Bobby yang baru saja datang.

Sedangkan ketiga temannya Aran tersenyum senang melihat kehadiran seorang Bobby, papahnya Aran.

"T-tuan Bobby, k-kenapa kau berada di sini?"tanya Rian terbata-bata.

"Kau tau pria yang kau gantung di sana?"ucap Bobby sambil menunjuk ke arah Aran.

"Dia anak ku"lanjut Bobby yang membuat Rian dan Rehan terkejut.

Bagaimana tidak, perusahaan Rian dan perusahaan papahnya Rehan itu dibawah naungan perusahaan milik Bobby. Memang selama ini Bobby tidak memberitahukan kalau dia mempunyai anak laki laki satu satunya.

"Lepasin mereka bertiga, atau kalian aku tembak mati semua di sini!!"desis Bobby.

Ketiga pria berbaju hitam itu melepaskan Mirza, Ollan dan Zee. Mereka bertiga menghampiri Bobby, tak lupa juga Mirza dan Zee menggeret Rehan yang ingin kabur tadi.

"Malam ini mungkin lo yang bakalan pulang ke rumah tuhan lo"ucap Mirza dengan senyuman liciknya.

"Gw ga takut sama kalian! Lepasin gw!!"ucap Rehan memberontak.

Bobby berjalan mendekati Rian, ia berjongkok untuk mensejajarkan dirinya dengan Rian.

"Kau tau, bahkan cucu mu itu mau aku suruh untuk membunuh mu"ucap Bobby menunjuk ke arah Mirza.

"Cucu tak berguna!"gumam Rian.

"Oh ayo lah, Mirza itu sangat berguna untuk memusnahkan orang seperti dirimu ini"ucap Bobby terkekeh kecil.

Bobby mengalihkan pandangannya ke arah Chika yang sedang terdiam mematung. Saat ini ia benar benar sangat tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Chika"panggil Bobby.

Chika menatap ke arah Bobby.

"Kau tidak mau melepaskan ikatan tali itu?"ucap Bobby menunjuk ke arah Aran.

Tampa menjawab, Chika berlari mendekati Aran. Ia melepaskan ikatan tali dari tangan Aran.

Saat tali itu terlepas, tubuh Aran jatuh kelantai. Terlihat Aran yang sudah sangat lemah, bahkan untuk menopang berat tubuhnya saja dia tidak bisa.

"Hiks Aran, Chika kangen sama Aran"tangis Chika, ia memeluk erat tubuh Aran.

"C-chika"panggil Aran pelan.

Chika melepaskan pelukannya, ia menatap ke arah Aran yang terbaring lemah di lantai.

"Apa ini!"ujar Aran.

Ia melihat seluruh tubuh gadisnya yang amat kurus. Bahkan di lengan gadisnya itu terdapat beberapa goresan luka yang belum mengering.

"Aran benci Chika"ucap Aran.

Chika memanyunkan bibirnya, matanya mulai berkaca-kaca.

"Enggak, Aran ga boleh gitu"ucap Chika dengan suara anak kecilnya.

Aran menatap tajam ke arah luka gores yang berada di tangan Chika. Chika mengikuti arah pandang Aran, seketika itu ia menutupi luka goresannya.

"Ini, Chika ga ngulangi lagi kok, janji"ucap Chika gemetar. Kali ini ia sangat takut kalau Aran memarahinya.

Aran dia tak membalas ucapan Chika. Kepalanya mendadak sakit, karena sering di pukul dengan kayu oleh Rehan maupun Rian.

"Hiks Aran jangan marah, hiks janji ga gitu lagi"ucap Chika menangis karena Aran tak menjawab ucapannya.

"J-jangan nangis"ujar Aran lemah.

Tak berapa lama, mata Aran terpejam, membuat Chika semakin menangis.

"KAK MIRZA hiks Aran kakak!!"teriak Chika membuat Mirza dan yang lainnya menoleh ke arah Chika.

Mirza berlari menghampiri Aran dan Chika. Ia melihat sahabatnya yang sudah tidak sadarkan diri.

"Ran! Bangun ran!"ucap Mirza menggoyangkan tubuh Aran.

"Brengsek!!"desis Mirza. Ia langsung menggendong Aran, lalu berlari keluar dari gedung itu di ikuti oleh Chika.

Bobby mengepal tangannya kuat-kuat, ia menatap tajam ke arah Rehan dan Rian. Lalu ia tersenyum licik membuat Zee dan Ollan yang berada di situ mengerti apa maksud dari papahnya Aran.

"Mari bersenang senang anak anak"gumam Bobby.





***




Mirza berlari di koridor rumah sakit. Sedangkan Chika, ia masih menangis sambil mengikuti langkah kaki kakaknya.

"Suster, tolong teman saya"ujar mirza panik.

"Bentar saya ambil hospital bed dulu"ucap suster itu.

Tak berapa lama, datanglah 2 orang suster dengan mendorong hospital bed ke arah Mirza. Mirza meletakan Aran di sana, mereka berempat mendorong hospital bed Aran menuju UGD.

"Maaf kak, kalian tidak boleh masuk kedalam"ucap salah satu suster.

"Tapi Chika mau liat Aran, Aran hiks"ucap Chika yang memaksa ingin masuk ke dalam, namun di tahan oleh Mirza.

Mirza memeluk Chika erat, menenangkan gadis kecil itu.

"Hiks kak Mirza, Aran marah sama Chika hiks"lirih Chika.

"Enggak, Aran gak marah sama Chika, jangan nangis ya"ucap Mirza mengelus punggung Chika.

"Chika mau Aran kak, mau sama Aran"ucap Chika memberontak dari pelukan Mirza.

"Lepasin Chika kakak, Chika mau peluk Aran hiks"tangis Chika semakin kencang.

"Sssstttt, jangan nangis, nanti Aran tambah marah sama Chika, emang Chika mau Aran marah sama Chika?"ucap Mirza, Chika menggelengkan kepalanya cepat.

"Jangan nangis ya, Aran ga marah sama Chika"jelas Mirza.

"Chika mau sama Aran, mau peluk"cicit Chika, memanyunkan bibirnya.

"Iya, nanti ya, nanti peluk sama Aran, tapi jangan nangis oke"

"Oke"balas Chika di dalam pelukan Mirza.




















Jangan lupa untuk follow akun ini ya, sebagai cerita ini aku private ʕっ•ᴥ•ʔっ






















TBC...

Posesif Aran [Telah Terbit]Where stories live. Discover now