34

3.6K 421 20
                                    





















Shania mengelus kepala Aran yang di balut dengan perban. Sudah satu harian Aran belum sadarkan diri. Dan satu harian juga Chika merengek meminta untuk masuk ke ruangan rawat Aran namun tetap saja tidak di bolehkan oleh Shania.

"Sayang, kamu ga capek tidur Mulu?"tanya Shania, matanya mulai berkaca-kaca.

Shania mencium punggung tangan putranya itu, ia menatap wajah putranya yang penuh luka.

"Mamah rindu Aran"tangis Shania.

Shania dari semalam menginap di rumah sakit, sedangkan Bobby, ia harus pulang karena banyak yang harus ia kerjakan di kantornya.

Shania mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang terbuka.

"Tante, makan yuk, dari semalam Tante belum makan"ujar Mirza di ambang pintu.

"Tante ga LAPER za"ujar Shania.

"Tapi Tante harus makan, Tante emangnya mau Aran sedih ngelihat mamahnya kurus gara gara ga makan?"bujuk Mirza.

Shania terdiam, ia menatap kembali wajah putranya itu.

"Makan ya Tante, sedikit aja"bujuk Mirza lagi.

"Ya udah Tante makan"

Mirza tersenyum tipis."Mirza temenin ya"

Shania menganggukkan kepalanya, ia berjalan keluar dari ruangan rawat Aran, pergi menuju kantin rumah sakit bersama Mirza.

Chika yang tengah duduk di luar dekat ruangan rawat Aran, ia menggunakan kesempatan ini untuk bertemu dengan kekasihnya itu.

Chika berjalan masuk keruangan Aran. Ia melihat Aran yang terbaring lemah di kasurnya.

"Aran...."panggil Chika.

"Mau peluk..."ucapnya memanyunkan bibirnya.

Karena Aran tak kunjung bangun, Chika menggoyang tubuh Aran, berharap pria yang berada di hadapannya ini terbangun.

"Aran mau peluk..."ujar Chika, matanya mulai berkaca-kaca.

Chika terus saja menggoyang tubuh Aran, namun tetap saja Aran tidak terbangun.

Chika memanyunkan bibirnya, air matanya mengalir deras membasahi pipi chubby miliknya.

"Hiks, Aran bangun, Chika mau peluk, mau bobok sama Aran hiks"tangis Chika.

Chika naik ke ranjang rawat Aran, ia membaringkan tubuhnya, lalu menaruh kepalanya di atas dada bidang milik Aran.

"Aran bangun hiks, Chika mau es krim, mau mamam di suapin Aran hiks"tangis Chika.

Tak berapa lama, ia tertidur di atas ranjang Aran sambil memeluk pria itu dengan erat. Terlihat mata Chika yang sembab karena selalu menangis.



***


"Habis pulang, kita otw ke rumah sakit liat Aran kuy"ucap Zee.

Ollan menganggukkan kepalanya."boleh, gw mau tau keadaan itu bocah gimana sekarang"

Zee dan Ollan membereskan buku buku mereka, memasukannya ke dalam tas ransel. Fiony berjalan menghampiri Zee dan Ollan.

"Mau apa lu?"tanya Ollan datar.

Zee memandang Fiony yang sedang menundukkan kepalanya.

"A-aku boleh tau ke adaan Aran gimana?"tanya Fiony gugup.

"Mau apa, mau buat Aran sekarat lagi iya?!!"bentak Ollan.

"Enggak Ollan, a-aku mau minta maaf sama Aran"lirih Fiony.

"Ga usah sok drama deh fio, Aran ga bakalan maafin lo"ucap Ollan penuh emosi.

"Plis, gw mohon, gw cuman mau minta maaf sama Aran"ujar Fiony bersujud kepada Ollan dan Zee.

Zee membangkitkan tubuh Fiony, lalu ia menatap Ollan yang bahkan tak Sudi memandang ke Fiony.

"Kasi tau aja ya llan, Fiony cuman mau minta maaf doang sama Aran"ucap Zee.

Ollan menatap Zee, lalu ia menghela nafasnya.

"Terserah"ucap Ollan, lalu keluar dari kelas meninggalkan Zee dan Fiony.

Zee menatap ke arah Fiony yang masih menangis. Ia mengelus punggung gadis itu.

"Udah jangan nangis, nanti ke rumah sakit bareng gw aja"ujar Zee yang di balas anggukan oleh Fiony.



***


Mirza dan Shania berjalan masuk ke ruang rawat Aran, bertapa kagetnya Shania melihat Chika yang sudah tertidur pulas di atas ranjang Aran, sambil memeluk erat tubuh putranya itu.

"Tante"panggil Mirza.

Shania menoleh ke arah Mirza. Terlihat dari raut wajah yang Shania yang berubah, dari yang biasa saja, menjadi datar karena melihat Chika yang sudah tertidur di atas ranjang Aran.

"Jangan marah sama Chika ya Tan, Chika ga tau apa apa sama masalah ini. Bahkan pas Aran hilang aja, Chika sangat frustasi"jelas Mirza.

Shania tak menjawab ucapan dari Mirza. Ia masih memandang ke arah Chika dan Aran.

"Jangan pisahkan Chika dari Aran ya Tan, Chika sayang banget sama Aran, dia pernah hampir bunuh diri karena Aran pergi tanpa pamit sama Chika"jelas Mirza yang membuat Shania sedikit terkejut.

Shania kembali menatap wajah Chika, terlihat wajah gadis itu yang sangat lelah seharian menunggu agar ia bisa berjumpa dengan Aran. Di tambah lagi kelopak matanya yang menghitam dan membengkak karena kekurangan tidur dan sering menangis, badannya yang kurus dan terdapat beberapa luka goresan di pergelangan tangan Chika, membuat Shania tak tega untuk menjauhkan Aran dari Chika.

"Tante, Mirza mohon jangan pisahkan Chika sama Aran ya"mohon Mirza.

Shania tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, hal itu membuat Mirza menghela nafas lega.











































TBC...

Posesif Aran [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang