33

11.7K 985 15
                                    

Kini Vivi sudah sampai di Kanada.

Ia akan menjalankan misinya Seperti biasa, yaitu dini hari.

"Laksanakan sesuai rencana"ucap Vivi
"Baik Queen"jawab 200 anggotanya.
"Jangan lengah, dan bergerak cepat"ucap Vivi lagi.
"Baik Queen"jawab serempak anggotanya.

***

Saat ini Vivi dan 200 anggotanya sudah berada di sebuah bangunan kosong.

"Siap?"tanya Vivi
"Siap"jawab anggotanya serempak. Mereka pun mulai menyerang.

Seperti biasa, Vivi bertugas untuk menangani ketua atau leadernya. Sedangkan anggotanya menangani anak buah musuh.

Vivi mendekat ke arah leadernya,
Sedangkan sang leader terlihat was was.

"Hey! Kenapa ketakutan seperti itu?"tanya Vivi dengan masih berjalan santai
"Ah ya aku lupa, mungkin kau ketakutan sebab kau akan menemui ajalmu Vico"lanjutnya.

Vico merupakan seorang pemakai,dan pengedar narkoba. Tak hanya itu, Vico juga menculik orang tak bersalah dan ia juga mengambil beberapa organ penting pada korbannya untuk ia jual.

"Vico Vico, kau ini bukannya sering memutilasi korbanmu hm? Kenapa saat ku dekati dengan belati dan pistol kesayangan ku ini kau takut seperti itu?"tanya Vivi

"Aku tidak takut! Aku hanya waspada sebab kau ini licik sekali"sentak Vico
"Apa kau bilang? Aku licik? Hahahaha jika aku tak licik aku tidak akan menjadi Queen Darkness, Vico"ucap Vivi

"Kau gadis gila"bentak Vico
"Shutttt, jangan membentakku tuan Vico yang tak patut dihormati"ucap Vivi

Vico pun langsung mengambil pisau lipatnya yang berada di saku celananya.

"Aishhh pisau lipat? Huh, itu benda kecil Vico. Apa jangan-jangan kau memutilasi korbanmu dengan pisau kecil itu? Aishh sungguh tak bermodal kau Vico"ucap Vivi dengan memandang remeh Vico.

"Tutup mulutmu"bentak Vico
"What? Tutup mulut? Hey, ka saja yang tutup mulut. Aku sudah mengatakan bukan, jika aku tidak suka dibentak. Tapi kau malah membentak lagi, jadi terima saja akibatnya Vico"tegas Vivi

Ia pun langsung menggoreskan belati yang ia bawa ke lengan Vico.

"Arghhh"erang Vico
"Uhhh, kasihan sekali kau Vico. Itu balasan yang setimpa untuk orang seperti mu yang tak punya hati itu Vico"ujar Vivi

"Kau pun tak punya hati!"kata Vico.
"Aku memang tak punya hati, namun hanya untuk orang-orang bersalah sepertimu!"bentak Vivi

Saat Vivi akan menyerang Vico tiba-tiba handphonenya berdering.

"CK"decak Vivi
Ia pun langsung menyalakan airpods miliknya dan secara otomatis terhubung ke handphonenya.

Tak lupa Vivi memegang tangan Vico sekuat tenaga.

Apa?

Markas Selatan di serang Black Wolf Queen

Oh shit! Lalu kenapa kau menghubungi ku?

Kita butuh bantuan anda Queen. Kita kekurangan anggota, dan banyak yang sudah tumbang.

Hubungi inti markas utama.

Kenapa tidak anda saja Queen?

Cepat turuti!

M-maaf Queen

Huft... Sorry aku sedang ada misi di Kanada. Tolong jangan menggangguku.

Baik Queen

ARGHHHHHHH

Queen Qu-

Tut...

Kemudian telfon pun terputus. Saat Vivi sedang menelfon tadi, ia sempat lengah hingga tak menyadari jika Vico mengambil pistol dan menembakkan di lengan Vivi.

"Shit!! Kau sudah berani membuat luka di tubuhku Vico"bentak Vivi

Ia pun langsung menyerang Vico bertubi-tubi tanpa mempedulikan darah yang terus menetes di lengan kanannya hingga menembus jaket hitam yang ia pakai.

"Itu balasan buat Lo karena Lo udah berani lukai gue! Huh huh huh"bentak Vivi dengan nafas memburu.

Sedangkan Vico, ia sudah tak mampu melawan.

Tak lama anggotanya masuk dan tentu mereka terkejut sebab darah terus menetes dari tangan Vivi.

"Queen, apa kau baik-baik saja? Ayo mari saya antar kan kerumah sakit"ucap salah satu anggotanya.
"Hm, jangan lupa urus mayatnya"perintah Vivi.

Ia pun pergi ke rumah sakit dengan dua orang anggotanya.

Jujur saja, rasanya ia sangat lemas, dan lelah.

"Queen, tolong bertahanlah"ucap salah satu anggota yang duduk memangku kepala Vivi di dalam mobil.

Dari sana tersirat nada khawatir orang itu. Vivi tau seluruh anggotanya pasti khawatir dengan keadaannya, mungkin jika anggota inti di markas utama tau mereka akan heboh. Begitupun kakaknya.

Sebisa mungkin Vivi tersenyum, dan menatap manik biru milik anggota itu.

"Saya baik baik saja. Jangan khawatir"ucap Vivi
Tak lama akhirnya mobil pun berhenti di salah satu rumah sakit mewah.

Dengan sigap anggota yang tadi menyetir mobil langsung membuka pintu dan tak lupa memanggil suster untuk membawa brankar.

Vivi pun di tidurkan di atas brankar tersebut. Kedua anggotanya menatap khawatir Queen mereka.

Setelah Vivi di bawa masuk kedalam IGD mereka pun memutuskan untuk duduk di salah satu kursi tunggu.

Beberapa menit kemudian, akhirnya dokter pun keluar.

"Bagaimana keadaan Griz dok?"tanya salah satu anggota yang tadi memangku Vivi, ia bernama Xander.

"Keadaannya sangat lemah, pasien kekurangan banyak darah. Untuk saat ini, pasien sedang koma. Kita tidak tahu kapan pasien akan terbangun, berdoa saja semoga pasien bisa melewati masa kritisnya"jelas dokter.

"Lakukan yang terbaik dokter"kata anggota yang tadi menyetir mobil, yang bernama Daxton.

"Tentu pak, pasien bisa di jenguk namun jangan gaduh. Kalau begitu saya permisi"ucap dokter itu dan berlalu pergi.

Mereka berdua pun masuk kedalam ruangan itu.

Banyak alat alat medis yang menempel pada kulit putih susu nan lembut milik Vivi.

Meski wajahnya pucat, tentu hal itu tak mengurangi kecantikan seorang Vivinka Olivia Levronka yang berjiwa Queena Grizelle Chalondra.

"Apakah kita akan memberi tahukan ini pada kedua kakaknya?"tanya Daxton
"Ya, tapi tadi aku mendapat informasi bahwa markas Selatan sedang di serang dan inti markas utama sedang berada di sana. Berarti secara otomatis kedua kakak Queen berada disana"jawab Xander

"Lalu?"tanya Daxton lagi, yang kemungkinan ia sedikit kebingungan.
"Kita akan memberi tahukan ketika urusan mereka sudah selesai"ujar Xander. Sedangkan Daxton hanya mengangguk.

Hai all.... Pakabar? Baik? Syukurlah.... Tq banget yang udah kasih semangat author ya....

Follow:

ikbenmfl_story_

ikbenmfl_

Tq♥️

Guys... Author mau tanya nih, kalian pengen ceritanya masih panjang atau pengen cepet end?

TRANSMIGRATION OF GRIZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang