04. Opium

1.3K 194 189
                                    









Usai semalam pikirannya diluluh lantak oleh duga-dugaan meliar, bersama kelopak mata yang susah dipejamkan Sujin masih bersikeras untuk tidur walau dalam pejaman yang ia bayangkan hanya sosok suaminya yang bercinta dengan wanita lain. Sujin menguatkan hati untuk ke seribu kali, sampai pagi ini ia bisa bersikap seolah ia tak mengetahui apa-apa. Sendok dan garpu yang ada di tangannya, hanya dibiarkan bermain-main saja di atas piring. Sujin merasa pagi ini makanannya berubah sepahit empedu. Hanya karena isi pikirannya yang pahit, makanan yang ia kecap pun ikut memahit.

Taehyung berada tepat di sebelahnya, pria itu masih mengunyah sarapan dengan lengan kemeja yang digulung. Sementara Sujin masih mematok pada ingatan semalam. Teman SMA yang seperti apa? Bagaimana rupanya? Sujin sudah menerima seratus kata-kata cinta lebih dari Taehyung. Tapi rupanya, pria itu juga sanggup melabuhkan sentuhan pada daksa selain dirinya yang katanya dicintai ini.

"Kau lihat dasi yang kubeli dari Busan?" kata Taehyung membuat Sujin sekejap melirik ke samping.

Kini Sujin merasakan atensi suaminya mengubah posisi, mendorong kursi sembari mengancingi kemeja bagian atas, Taehyung sudah selesai dengan sarapannya. Pria itu kemudian menyisir rambut dengan jari-jarinya kebelakang lalu mengambil segelas air dan meneguknya.

Sujin mengambil pandang, guna melihat wajah segar suaminya. "Ada di laci lemari, di bagian ujungnya," jawab Sujin.

"Aelly ambilkan." Taehyung menatap ke arah putrinya di seberang meja. Gadis berponi itu belum juga menghabiskan makanannya, karena terlalu asik mengabaikan sarapan.

"Yang warna biru tua Aelly.... Tau, kan?" Manik Sujin melekat pada presensi putrinya, anaknya mengangguk untuk menjawab. Akhirnya dengan langkah kecil-kecil si bocah perempuan itu menuruti perintah ayahnya.

"Lihat lukamu."

Seraya menunggu Aelly, Taehyung sempat menilik sarapan Sujin yang belum juga dihabiskan. Sujin hanya menunduk, seperti tak berminat mencari pembicaraan dengannya. Taehyung memutar kursi milik Sujin, wajah istrinya yang terkejut adalah hal yang ia jumpai sekarang. Taehyung meneliti luka di bagian bibirnya, sudah lebih mengering, bibir istrinya juga tak sepucat kemarin. "Jangan makan yang panas-panas dulu, nanti perih." Jemari panjangnya kemudian menyentuh di luka di sana.

"Tae...."

"Hm?"

"Semalam dari mana?"

"Kantor," jawab Taehyung enteng.

Sejemang Sujin membuang wajah, menelan saliva. Sejak kapan ruangan rumahnya ini jadi sangat sesak, ini neraka. Sujin dirantai dan terus dibodoh-bodohi.

Taehyung berbohong.

"Ada apa tumben sekali tanya?" Tatapan heran kini Taehyung berikan pada Sujin.

"Hanya tanya."

"Kenapa tidak menelepon saja? Jangan takut mengubungiku jika aku pulang terlambat."  Taehyung sekilas melirik arah jam tangannya.

"Aku pikir itu tak perlu."

"Perlu sayang.... Aku suamimu. Kau membutuhkan kabarku, karena kabarku itu penting untukmu," ucapan itu terkesan egois, Sujin mengakuinya. Sujin hanya melayangkan senyuman masam, melihat senyum itu Taehyung malah meraih rahangnya.

Tatapan mereka bersirobok. Saling melempar tatapan satu sama lain, tapi tak sampai detik ke lima Sujin sudah memalingkan mata lagi.

"Cium aku...." suruh Taehyung kemudian.

Suaminya meminta ciuman. Tapi, Sujin tak kunjung mengabulkan hal itu. Matanya beralih pada bilah bibir sang suami. Bibir itu semalam dilumat wanita lain, apakah rasanya akan berubah? Sujin perlahan memajukan kepala, sementara Taehyung hanya diam di posisi menunggu bibir Sujin mendatanginya. Sampai menterial kenyal itu Sujin datangi, hanya tempelan biasa. Sujin tak sanggup untuk berbuat lancang sampai melumat seperti wanita yang Taehyung tiduri semalam. Padahal ia istrinya, bahkan ia tak berani berbuat lancang sekali pun, menatap saja ragu-ragu.

HALCYON [√]Where stories live. Discover now