24. Desire

1K 165 58
                                    

Sedari dulu Jungkook selalu membuatnya lebih baik, kalau dulu pria Lim itu hadir sebagai kekasihnya, sekarang Jungkook hadir dengan pribadinya yang hangat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sedari dulu Jungkook selalu membuatnya lebih baik, kalau dulu pria Lim itu hadir sebagai kekasihnya, sekarang Jungkook hadir dengan pribadinya yang hangat. Ia sendiri tak begitu paham bagaimana cara Jungkook membuatnya selalu begitu merasa damai. Bagusnya, Sujin sudah lebih baik sebulan ini, karena Jungkook hadir bersamanya bagai seonggok jimat. Setiap minggu dalam sebulan ini, selesai benahi pekerjaan rumah di pagi hari, Taehyung rutin mengantarnya ke klinik Jungkook. Hubungannya dengan Jungkook terjalin begitu akrab dan ramah, kadang mereka habiskan jam sore di tampat-tempat favorit.

Jauh sebelum Jungkook datang, Sujin merasa kosong, sepanjang tujuh tahun ia habiskan waktu untuk meratapi nasib di hari-hari. Pria Lim itu tahu-tahu datang dan jadi teman bicaranya yang baik, Sujin baru sadar sekarang, yang dibutuhkannya selama ini hanyalah seorang teman. Teman untuk bicara, teman yang bersedia memeluk dan mendukungnya. Karena selama ini, Sujin selalu menyimpan cerita-cerita sedih sendirian. Ia senang sekarang, karena punya Jungkook untuk berbagi cerita.

Yang Taehyung tahu, mungkin hubungan Sujin dan Jungkook hanya sekedar pasien dan psikolog saja. Tapi, sebenarnya tak seperti itu. Kata Jungkook, Sujin lebih spesial dari sekedar pasien. Karena belum pernah ada pasien yang berani menangis di dadanya acap kali mereka curhat. Sujin sering menangis di pelukan Jungkook, pria itu membuka tangan dan bersedia menampung selapang-lapangnya kepala Sujin yang rapuh di dada. Sujin menangis setiap kali ia bilang takut pada keputusan yang diambilnya nanti, teramat takut kalau ia malah memilih jalan yang salah. Tangisannya tumpah ruah, tapi Jungkook sabar mendengar semua kalimat-kalimatnya yang perih. Ya, semuanya soal itu.

Perceraian.

Bersama atau tidaknya dengan Taehyung, Jungkook akan selalu mendukungnya. Merengkuh paling hangat dan jadi tempat bicara paling nyaman.

Sebulan ini Sujin banyak dilanda kebimbangan, ia timang-timang semua pilihan dan banyak ambil waktu untuk berpikir sampai masak-masak. Jungkook merekomendasikan berbagai buku yang bisa dijadikan referensi, sebenarnya itu membantu. Tapi, tentulah tidak sepenuhnya. Semuanya tetap berada di tangannya. Sujin takut, resah dan ragu, hal itu menyiksanya sebulan ini.

Jungkook juga pernah bilang, ia harus berani buat ambil keputusan. Kalau bercerai, pastinya bakal jadi gunjingan buruk dari mulut-mulut orang yang mengenalnya, mengingat perceraian jadi suatu aib di zaman sekarang, Sujin bakal dicap egois, karena tujuh tahun pernikahannya harus disia-siakan dan gagal. Tapi, di sisi lain. Ia merasa pernikahannya dengan Taehyung juga tidak akan maju, Sujin sudah terlampau lelah dan sangat ingin bebas. Hanya sesedarhana itu, tapi sulit sekali memutuskannya.

Banyak yang berubah dalam sebulan ini, hubungannya dengan Taehyung jelas rengang. Tapi mereka tetap berinteraksi manis, di ruang makan, tempat tidur atau di mobil setiap kali Taehyung mengantarnya ke tempat Jungkook. Karena tidak mau terus-terusan resah, Sujin juga mulai cari pekerjaan, hanya sekedar pengalihan, Jungkook bilang itu ide bagus.

"Kapan wewancaranya?" Jungkook lirik Sujin, wanita berkemeja cream warm itu asik mainkan  tali tas selempang. Mereka hampir sampai pada mobil Jungkook yang terpakir dekat sungai Han. Ini akhir pekan, biasanya mereka selalu habiskan sore bersama.

HALCYON [√]Where stories live. Discover now