18. Kiss

1K 134 19
                                    

Chapter ini lebih ke flashback dulu ya😗😗

------

Tepatnya pada suatu musim panas, sewaktu libur panjang dimulai Sujin mengalami suatu hal yang luar biasa. Sujin masih ingat hal itu, hingga kini masih dapat ia rasakan adrenalinnya yang memacu.

Waktu itu ia masih remaja.

Anak remaja itu sulit dimengerti, mereka masih mengeja garis edar dirinya sendiri, mereka masih meraba-raba untuk mencaritahu apa itu dunia berserta isinya. Sujin normal, ia tumbuh sesuai tahap yang normatif. Hidup dibawah didikan ayah dan ibu walau keluarganya tak begitu harmonis tapi tak begitu buruk juga dan selalu mengikuti arahan kedua orang tua. Dulu saat ia kecil, ia belajar dan mencerna-cerna bagaimana siklus langit beredar di atas sana, lalu membaca dan menghitung. Yah, kira-kira begitulah masa pertumbuhannya sebelum keretakan keluarganya parah.

Kisah ini jauh sebelum orang tuanya berpisah, saat Sujin belum tahu rasa sakitnya perceraian orang tua.

Waktu itu, usianya menginjak usia 15 tahun.  Pikirannya mulai meluas, jiwa remajanya mulai memberontak karena hidupnya terlalu monoton mengikuti nomatif. Sujin yakin, jika dunia ini banyak hal-hal yang menarik. Semangatnya meletup-letup siang ini, usai ia menonton serial movie survival di tengah hutan pagi tadi.

Sujin ingin mengalami hal itu, ia ingin tahu apa jiwanya ini dapat seberani aktor di dalam film itu untuk berpetualang di tengah hutan.

Sujin pikir itu hal yang mudah, itu benar-benar memacu adrenalinya. Ia ingin masuk ke hutan, lalu bertemu hal-hal baru ketimbang harus menikmati liburan musim panas yang membosankan seperti ini.

Tanggal dua puluh dua Juli, ayah dan ibunya memutuskan untuk berlibur di pinggiran pulau Jeju, tentu Sujin ikut. Mereka menempati sebuah vila kecil dan ini malam kedua mereka di sini. Di sini Sujin bisa melihat pepohonan lebih banyak, ketimbang di kota yang sudah jenuh ia pandangi. Di jeju tidak ada serdak polusi yang sampai membuat mata dan hidungnya jengah. Sujin suka Jeju, udaranya terkesan basah sampai sejuknya pun bisa ia rasakan di paru-parunya yang haus oksigen sehat.

Pagi tadi ia habiskan waktunya berselonjor di kursi panjang depan televisi seraya menikmati serial movie survial. Kepala kecilnya yang masih penuh energi semangat dan rasa ingin tahu yang besar jadi memikirkan ide nakal.

Sujin merencanakan sesuatu.

Di belakang vila itu ada danau. Penjaga vilanya bilang kalau malam ikannya tidak akan tidur dan jadi agresif karena lapar, ayahnya suka memancing, dengar-dengar ayah akan memancing malam ini di sana.

Lalu jika berjalan sedikit lagi ke arah barat ada segerombolan pohon pinus yang tingginya menjulang seperti gedung-gedung yang Sujin lihat di kota. Nah, itulah bagian dari rencananya, ia berniat berkemah di tengah-tengah segerombolan pohon pinus malam ini. Tentu saja ini dilakukan sendiri, semua itu terinspirasi dari movie yang ia tonton tadi pagi. Ayah dan ibunya tidak boleh tahu, ia ingin jadi manusia berani malam ini.

Sujin mempererat pegangan jarinya pada tas ransel, ia merindik lalu menunduk di dekat pot tanaman besar di dekat pintu belakang vila. Menunggu presensi ayahnya memunculkan diri, setelah menunggu selama kurang lebih lima belas menit seraya mengkhidmati suara jarum jam, Sujin melihat sosok ayahnya muncul dengan peralatan pancing. 

Sujin semakin menyembunyikan diri. Ia akan ikut keluar setelah ayahnya membuka pintu belakang, sebekal makanan dan sebotol air minum tentu Sujin sudah memasukannya ke dalam ransel, selebihnya ransel itu berisi peralatan kemah.

Sujin sudah benar-benar siap berkemah di tengah-tenah pohon pinus!

Ayahnya memutar kunci sementara Sujin merapal doa semoga saja ayahnya meninggalkan kuncinya di sana. Memang pada dasarnya keberuntungan tengah berada dalam genggaman, Sujin mendapatkan apa yang ia inginkan. Kunci itu dibiarkan menggantung di lubang kunci sementara sosok ayahnya sudah keluar dengan topi pancingnya. Sujin girang ia membuka pintu dengan semangat lalu gelap langit menyambutnya.

HALCYON [√]Where stories live. Discover now