15. Day ruined

1K 157 52
                                    




"Lalu, bola golf itu masuk ke dalam danau dan kami menghentikan permainan. Justin hebat dalam semua hal, sore kemarin aku sampai kalah telak. Aahh... aku iri padanya, anak itu punya banyak bakat." Taehyung selesaikan kalimatnya usai ia melantingkan tawa pelan.

Sujin masih terus menunggu ceritanya, mata itu sesekali terlihat antusias saat mendengar. Jari Sujin telaten menyimpulkan dasinya, terlihat gesit saat membelit dan Taehyung terus memperhatikannya sedari tadi. Taehyung alihkan matanya ke arah dua netra milik Sujin, warnanya terlihat cerah karena disorot cahaya matahari. Taehyung bubuhkan senyum setelah puas menatapi wajah itu pagi ini.

"Kau terdengar sangat dekat dengannya." Sujin lipat kembali kerah Taehyung usai ia menyimpul.

"Menurutmu aku bisa bersahabat dengan seseorang? Sebenarnya selama ini aku belum pernah punya sahabat." Taehyung ambil jemari Sujin yang semula masih bertengger di dadanya, ia pegangi erat jemari itu sampai Sujin pun mendongak lalu netra mereka saling bertubrukan.

Sujin mengangguk pelan, matanya memancarkan warna madu. Melalui tatapan, Taehyung lihat di sana Sujin menaruh rasa percaya padanya.

"Kau memulainya dengan baik. Nyatanya kau punya teman sekarang. Bukankah itu satu langkah lebih maju?" Sujin sematkan senyum, ia balas menggenggam ruas jari Taehyung.

Sujin masih terus menatapi Taehyung yang air mukanya seolah minta disemangati. Sepanjang dirinya melayani Taehyung sebelum berangkat kerja pagi ini, pria itu terus-terusan menceritakan tentang Justin. Di perungu Sujin, mereka terdengar akrab. Sujin suka Taehyung yang seperti ini, apalagi saat ia dengar hubungan Taehyung dan Justin sedekat itu.

Ini sudah satu bulan, sejak Taehyung memutuskan ke psikolog lalu bertemu dengan Justin. Dua minggu ini, Taehyung sering menceritakan kegiatan-kegiatannya pada Sujin, termasuk saat pria itu menghabiskan waktu dengan Justin. Bukan tanpa alasan, itu bagian terapi yang disarankan Justin. Taehyung jadi lebih terbuka dengannya, hubungan mereka pun semakin dekat. Ia juga sudah lama tak lagi mendapat kekasaran. Rasanya, Sujin ingin sekali berterima kasih pada Justin, setiap Taehyung menceritakan tentang pria itu, Justin terdengar seperti manusia sempurna.

Sujin jadi penasaran bagaimana orangnya. Ia tak pernah bertemu dengan Justin. Tapi, Taehyung pernah bilang suatu saat, ia akan diperkenalkan secara langsung.

Ia sudah selesai dengan urusan dasi Taehyung, saat pria itu meraih kunci mobil di atas meja rias, pria itu lekas berbalik seraya menghampiri Sujin lagi. "Ah ya..." katanya memancing perhatian Sujin.

Sujin bertanya melalui raut wajah, menunggui Taehyung membuka suara lagi.  "Kau mau menemui Haejin?" kata pria itu.

Jantungnya mendadak berdebar setelah Taehyung menyebut nama itu. Meski Taehyung bilang hubungan mereka sekarang hanya sebatas teman belaka, Sujin masih resah saja rasanya. Ia sudah mengetahui semuanya tentang Haejin, mengenai adiknya yang dirawat di rumah sakit. Intinya wanita itu butuh pertolongan Taehyung. Taehyung sudah menceritakan semuanya. Bukannya Sujin tak terima, tapi mendengar kisah wanita itu, Sujin kasihan padanya, ia tidak tega. Untuk itulah, ia tetap mengizinkan Taehyung membantu Haejin bahkan tak masalah mereka terus berteman, meski tahu hubungan mereka sebelumnya seperti apa.

Bukannya mau sok bermurah hati. Tapi, satu bulan ini memang begitulah situasinya.

"Bagaimana kabar adiknya?" Sujin menyibukkan diri dengan lusuhan sprai, ia bersikap tenang meski dalam hati ia tak suka membahas apa pun yang berhubungan tentang Haejin.

"Dia sudah siuman kemarin."

Sujin torehkan wajahnya untuk melihat rupa Taehyung, sejemang ia bubuhkan senyum. "Baguslah," katanya. Iya itu bagus. Sujin ingin cepat-cepat gadis itu pulih, agar urusan Taehyung dan Haejin cepat-cepat selesai.

HALCYON [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang