09 | Salah Paham

222K 24.1K 521
                                    

[ Happy reading ]








"Zea, Papa sama Mama pulang—" ucapan pria itu terpotong saat melihat anak perempuannya tengah tertidur dengan seorang laki-laki.

Althan dan Zea refleks terbangun dari tempat tidur, keduanya saling bertatapan untuk beberapa saat.

Bugh!

Tanpa aba-aba Ardi— Ayah Zea, langsung mendaratkan tinjuannya tepat di wajah Althan.

"Kamu apakan anak saya, brengsek!" Ardi bersiap meninju Althan kembali. Namun, tangannya lebih dulu di tahan oleh Zea.

Wanita itu menggeleng. "Ini gak seperti yang Papa lihat, dengerin penjelasan kita dulu."

"Apa yang mau di jelaskan, kalian sudah tertangkap basah seperti ini!" Pria itu terlihat sangat marah.

"Kamu keterlaluan Arzea!" kini giliran Arini, Mama Zea. Yang berbicara, wanita itu tampak murka melihat anaknya sendiri.

"Zea sama Althan gak ngelakuin apapun Mah, Pah. Kita—" belum selesai ucapan Zea, Mamanya lebih dulu menampar cewek itu.

Plak!

"Kamu dan kakakmu memang sama-sama jalang, dasar sialan!" Arini membentak dengan sangat keras.

Hatinya seperti di tusuk benda tajam, kenapa Mamanya benar-benar tega mengatakan kalimat menjijikan itu untuk anaknya sendiri.

"Papa sama Mama ninggalin kamu bukan berarti kita ngebebasin kamu ngelakuin apapun yang kamu suka, Zea!" Ardi kembali berucap.

Arini mengangguk membenarkan perkataan suaminya. "Kamu memang benar-benar keterlaluan!"

"Papa sama Mama juga keterlaluan nelantarin anak sama cucunya sendiri, kalian selalu aja sibuk kerja!"

Orang tua Zea memang jarang sekali berada di rumah, keduanya sangat sibuk bekerja. Mereka akan pulang kerumah jika pekerjaannya sudah selesai.

"Kurang ajar!" Arini sudah mengangkat tangannya untuk menampar Zea kembali. Namun, tangannya lebih dulu di tepis Althan.

Bugh!

Kembali Ardi meninju wajah Althan dengan sangat keras, membuat hidung laki-laki itu mengeluarkan darah segar.

"PERGI SAJA KALIAN!" Usir Ardi.

Hubungan Zea dan Arini memang kurang baik. Namun, Papanya selalu memperbaiki hubungan keduanya. Papa juga yang selalu menghibur Zea saat perempuan itu sedih, tapi sekarang. Papanya juga membenci dirinya.

Zea menggeleng kuat, matanya mulai berkaca-kaca mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Papanya. "Zea mau di sini sama Papa."

"Kamu tidak dengar?" Arini melepas paksa tangan Zea yang tengah memeluk erat tubuh Ardi.

"Pergi Zea!" ujar wanita itu mengusir.

"Dan kamu!" tunjuk Ardi pada Althan.
"Nikahi dia!" lanjutannya lagi, kemudian keduanya pergi meninggalkan Zea dan Althan.

Cowok itu mendekati Zea yang tengah manangis. "Maaf ..." ucap Althan menundukan kepalanya merasa bersalah.

Kalo saja Althan pulang, dan mendengar kata Zea tadi. Mungkin saja kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi.

Zea mengangguk, lagi pula semua ini bukan salah Althan. Mungkin memang jalan hidupnya harus seperti ini.

Althan mendekati perempuan itu, lalu memeluknya memberi kekuatan pada Zea. "Kita pulang kerumah gue ya?"

ALTHAN: Best Papa ! [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang