10 | Rumah Althan

220K 24K 578
                                    

[ Happy reading ]





Perlahan Zea mulai terbangun dari tidurnya, ia menyentuh pipinya yang terasa sangat kram.

"Udah enakan?" seseorang yang tengah duduk di sofa itu langsung bangkit ketika melihat Zea sudah terbangun.

"A—althan?" beo Zea terkejut melihat Althan, entah sejak kapan cowok itu berada dalam kamarnya.

"Maaf gue masuk kamar lo, tadi subuh Elgara rewel. Gue kesini buat nenangin El, mau bangunin lo tapi kayanya lo capek banget." Althan menjelaskan agar Zea tidak salah paham.

Perempuan itu mengangguk mengerti. "Makasih Al, sorry gue jadi ngerepotin lo terus."

Althan berdecak, tak suka mendengar Zea berbicara seperti itu. "Santai aja."

Cowok itu mendekat kearah Zea, dan menyentuh pipi gadis itu yang sedikit memerah. "Sakit?"

Althan jadi merasa iba kepada cewek itu, otaknya terus berputar mengingat kejadian malam tadi. Dimana Zea ditampar habis-habisan oleh kedua orang tuanya.

Zea menggeleng. "Enggak."

"Serius?" tanya Althan kembali, seraya menekan pelan pipi Zea. Membuat sang empu meringgis kesakitan.

"Akkh! Gila lo sakit tau!" pekiknya.

"Katanya tadi gak sakit."

"Ya, lo malah diteken!"

Althan terkekeh, sembari berjalan keluar dari kamar itu. "Tunggu bentar, gue ambil komperesan dulu."

Zea mengangguk, seraya menunggu Althan kembali. Ia asik memperhatikan wajah polos Elgara yang menurutnya sangat menggemaskan ketika sedang tertidur.

Tak lama kemudian Althan kembali membawa kompresan yang sudah ia bilang tadi.

Tanganya bergerak untuk mengompres pipi Zea, menekan-nekan pelan pipi gadis itu. "Udah enakan?" tanyanya.

Zea mengangguk, lalu menghentikan pergerakan Althan. "Gue bisa sendiri, kok." ujarnya.

Althan mengangguk membiarkan Zea melakukannya sendirian. "Hari ini lo gak usah sekolah ya?"

"Gue mau sekolah, Al."

Cowok itu menggeleng. "Lo istirahat yang banyak aja di rumah. Biar gue yang bilang sama temen lo, buat titip absen."

"Lo sekolah?" Perempuan itu bertanya.

Althan mengangguk. "Lo tenang aja. Mama Papa gue lagi gak ada di rumah, mereka lagi ngurusin pembangunan butik."

"Di rumah cuman ada Bi Asih, dia yang bakalan bantuin lo ngurusin Elgara." kata laki-laki itu lagi.

"Tapi Al, Bi Asih—" belum sempat selesai Zea berbicara, Althan lebih dulu memotongnya.

"Bi Asih udah kerja di rumah gue hampir tujuh tahun, jadi lo gak perlu khawatir Elgara kenapa-napa." potong cowok itu.

"Bukan gitu maksut gue, Bi Asih juga kan punya kerjaannya sendiri. Nanti kalo bantu gue ngurusin Elgara jadi ribet."

"Gue udah bilang sama Bibi, Bibi juga mau-mau aja bantuin lo ngurusin Elgara." balas Althan yang langsung di angguki Zea.

"Gue berangkat dulu." ucapnya lagi.

Perempuan itu kembali mengangguk. "Hati-hati, jangan kebut-kebutan lo."

Laki-laki itu tersenyum. "Siap sanyangku. Laksanakan!" teriaknya, lalu berjalan pergi dari kamar Zea.

ALTHAN: Best Papa ! [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang