1 ♤ Kantin FISIP

1.3K 240 314
                                    

【☆】★【☆】

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

【☆】★【☆】

Usai menghabiskan waktu untuk duduk di kelas seraya memperhatikan penjelasan dosen, yang cukup mampu mengundang rasa kantuk, Frea memutuskan untuk tidak langsung pulang. Ya, hitung-hitung supaya tidak disebut mahasiswa kupu-kupu. Sebenarnya, minggu ini sudah memasuki minggu tenang lantaran sebentar lagi, Ujian Akhir Semester Ganjil akan dilaksanakan. Namun, masih ada dosen yang belum sempat menyelesaikan materi perkuliahan sehingga kelas tetap diadakan.

Frea berdiri di depan pintu Sekre Pers Mahasiswa, tubuhnya sedikit nyeri akibat sempat terdorong dan sialnya, punggung tangan Frea sempat terinjak sehingga perban putih tampak menghiasi tangan kirinya.

Frea akhirnya masuk ke dalam ruangan yang sudah dianggap seperti rumah ketiga setelah rumah dan kosan tercinta. Frea juga merupakan salah satu dari sederet mahasiswa yang merasa salah jurusan. Sebenarnya, ia tidak pernah berniat untuk masuk ke dunia hukum, tetapi pilihan coba-cobanya saat SBMPTN, justru membuahkan hasil yang entah bisa disebut baik atau buruk.

Di dalam sana, hanya ada beberapa anak Warta Kema, yang tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang hanya numpang rebahan sembari main ponsel, ada yang sibuk dengan laptopnya, ada yang membicarakan sederet cowok ganteng di fakultas atau jurusan lain, dan ada juga yang sibuk membaca majalah Warta Kema edisi tiga, mengenai Mahasiswa dan Politik dalam Miniatur Negara.

"Gimana, Fre? Lo baik-baik aja?"

Ya, itu adalah suara Laskar. Mereka memang belum sempat bertemu setelah aksi demo kemarin dan Frea juga tidak menceritakan apa pun.

"Nih, tangan gue luka." Frea menunjukkan bagian tangan yang terbalut perban. "Nggak masalah, sih, lumayan juga buat kenangan."

Anya yang semula sibuk bergosip, lantas tertawa cukup nyaring. Wajahnya memang cantik, tapi kalo ketawa suka lupa diri. Mulut terbuka tiada tara, bahkan Frea sering berharap ada lalat masuk ke dalamnya, biar tahu rasa dan nggak bikin malu ketika di tempat umum.

"Kenangan, soalnya yang ngebalut lukanya Bang Zergan, ya?"

Frea berdecih, kemudian duduk di samping Anya. "Boro-boro dibalutin, ngelihat luka gue juga enggak, padahal gue berkali-kali mengibaskan tangan gue karena perih, cuma, ya, udah, lempeng aja mukanya."

Lantas, Frea memilih untuk fokus pada layar ponsel, ia juga membaca berita mengenai aksi demo kemarin. Ada sekitar 31 orang yang ditahan, dua di antaranya disebut bukan mahasiswa, dan dua lagi merupakan jurnalis kampus.

"Wah, parah banget, sih!"

"Kenapa, Fre?"

"Udah baca berita, Bang?"

Tulisan untuk ZerganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang