1 | Main Sendiri

62.2K 4K 111
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[Warning 18+]

____________

Kumandang azan terdengar lembut di telinga wanita yang tengah terlelap dalam tidurnya. Sesaat ia membuka matanya, ia sadar tubuhnya berada di dalam rengkuhan suaminya yang masih juga terlelap.

"Mas Bara," Panggil Naqiya membangunkan suaminya itu. "Bangun yuk solat subuh."

Tubuh Bara mengulat, matanya mengerjap pelan, beradaptasi dengan cahaya lampu minim yang istrinya nyalakan.

"Pagi, Sayang," Sapanya dengan suara serak yang bagi Naqiya terdengar sangat seksi. Bara memajukan kepalanya dan mengecup bibir Naqiya cepat.

"Pagi, Mas," Jawab Naqiya sebelum ia beranjak dari ranjang dan melangkah ke ranjang bayi di samping ranjang mereka.

Jemari halus ibu baru itu mengelus lembut kening bayinya yang lelap dalam tidurnya. "Kamu mimpi apa, Anakkuu?" Bisik Naqiya pada bayi mungilnya itu.

"Mimpi punya adek, Ma," Sahut Bara tiba-tiba yang sudah berada di belakang Naqiya, menjawab monolog istrinya itu barusan.

Naqiya menoleh ke arah suaminya itu, "Hish baru juga lahir." Protesnya pada suaminya itu.

Bara terkekeh mendengar protesan istrinya itu. Ia duduk di ranjang berhadapan dengan Naqiya yang berdiri dengan tangan menumpu di ranjang bayi.

"Sini, Sayang," Panggil Bara meminta istrinya itu untuk mendekat padanya. Naqiya yang mendengar panggilan itu menatap Bara dan melangkah pelan ke arahnya.

Namun, Bara dengan posisi duduk itu memeluknya tiba-tiba. Tentu saja membuat Naqiya terkekeh dan langsung mengelus rambut halus pria yang sepuluh tahun lebih tua daripadanya.

"Kenapa, Mas?" Tanyanya setelah Bara mendongak dan menatap matanya.

Bara menarik pelan Naqiya sehingga wanita itu kini duduk di pangkuannya. "Takut."

Naqiya mengerutkan keningnya bingung, "Takut apa?"

Namun, jarak dengan istrinya yang sedekat ini tidak membuat Bara berniat menjawabnya dengan kata-kata. Otak jahilnya tiba-tiba memajukan kepala dan melumat bibir sang istri begitu saja.

Lumatan itu lembut. Namun, perasaan Bara tercurahkan di sana. Sejauh mana rasa takutnya bila harus kehilangan Naqiya. Naqiya seharusnya bisa merasakan itu.

Perlahan, Naqiya membalas lembutnya bibir Bara menari di atas bibirnya. Memberikan percikan atas sesuatu yang sunggu Bara butuhkan. Membuat ia semakin terpacu untuk menyatukan dirinya dengan Naqiya.

Baru saja Bara berniat meletakkan tubuh Naqiya di atas ranjang, perempuan itu menahannya tiba-tiba.

Kepala Bara mendongak menatap netra istrinya. "Masih nifas?" Tanyanya pada Naqiya.

Bayi Dosenku 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang