14. M2? (Revisi)

1.5K 143 1
                                    

Jangan lupa Vote, follow and komeennnn!!!

Happy Reading 👑

•••

Malam ini langit terlihat sangat terang karna cahaya bulan, bahkan bintang ikut serta dalam memberi cahayanya membuat lautan langit terlihat sangat indah di atas sana.

Dibawahnya, tepatnya di taman kota ada gadis nan cantik tengah menatap indahnya langit malam. Tidak peduli dinginnya udara terasa menusuk hingga tulang. 

Keramayan di depan sana juga tidak dapat mengganggu fokus gadis itu dari pemandangan indah di atas langit. Lama-kelamaan pandangan Maura mengabur digantikan dengan adegan saat di ruang musik sekolah siang tadi.

Maura menunduk, melihat pada rerumputan yang dia injak sekarang. Semua kata-kata yang di ucapkan Althea waktu itu mampu mewakili perasaan hatinya.

Gadis itu sedikit mendongak sembari menutup matanya, Merasakan elusan halus dari angin yang menerpa wajahnya.

Mata yang sedari tadi membendung genangan air itu meruntuh. Maura membiarkan matanya menjadi basah, toh dia tidak peduli.

Menangis tanpa suara dan juga tanpa ekspresi. Demi Dewi Fortuna joget gergaji, sakitnya sungguh mengalahkan sakitnya orang operasi belah perut.

Secara bersamaan pula dia baru mengetahui 2 fakta dalam sehari. Pertama, dia sekarang tau jika Althea yang kini berada di rumah sakit adalah Via, Sahabatnya.

Fakta kedua, Alasan orang tuanya tidak peduli dengannya adalah masalah masa lalu, Hanya karna kesalah pahaman itu dia harus menanggung semua hingga dia dewasa.

"Nona, ini sudah malam. Sebaiknya nona pulang, karena angin malam tidak baik untuk kesehatan nona." perkataan dari Tommy tidak di dengarkan oleh Maura.

Dia tidak kunjung bangkit dari duduknya, dia masih ingin menikmati malam ini. Menikmati kesakitan yang tiada tara ini disini.

"Non—"

Sebelum menyelesaikan perkataannya, Maura mengangkat tangan kanannya seakan menyuruh Bodygoard itu diam.

Tommy menghela nafas panjang, selalu saja begini. Ini bukan sekali dua kali di lakukan oleh nona mudanya ini.

"Apa lagi, Tuhan?" Lirih gadis itu.

"Sekarang apa lagi?"

Ingatan itu selalu menghantui pikirannya.

"Bodoh" ucapnya mengatai dirinya sendiri.

Dia jadi hampir melupakan kenyataan kalau tidak akan ada masalah jika tidak ada asal mulanya. Maura sampai pusing karna fakta mengejutkan itu.

Dulu

Maura mempunyai kembaran, Namun kembarannya meninggal karena insiden kecelakaan tidak terhindarkan. Harusnya, Naura tidak mendorongnya, harusnya dia yang celaka. Bukan Naura.

Apa kalian tau rasanya hidup namun terasa mati? Yah, itu yang di rasakan Maura. Mempunyai kehidupan namun tidak dengan kebahagian. Semuanya hampa.

Maura tidak lagi mementingkan alur cerita. Dia juga menepis kenyataan kalau dia hanya figuran. Nyatanya dia adalah pemeran utama dalam cerita hidupnya sendiri.

Menjadi Bagian Tokoh Novel (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang