29. kepercayaan keluarga

547 29 0
                                    

Jangan lupa vote and komen!

Happy reading 🌸

•••••

Maura terbangun dari tidurnya, ringisan kecil lolos saat dia tidak sengaja telentang di atas kasur. Ah, dia lupa. Siang tadi dia mendapatkan salah cinta dari papanya.

Ia menoleh pada jam yang tersemat apik di dinding kamarnya. 18.52, ternyata cukup lama dia tertidur.

Dengan perlahan Maura turun dari kasur, tubuhnya terasa remuk redam, bahkan bisa di tebak jika banyak memar yang membiru di kulit putihnya.

Sebaiknya Maura mandi agar merasa lebih segar, dengan sesekali tertatih Maura melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Dia belum sempat mandi saat pulang sekolah tadi, karna sambutan papanya.

Saat sedang mencuci muka, Maura dapat melihat sudut bibirnya yang sobek, tangannya yang banyak lebam, bahunya memar. Dia menghela nafas menatap pantulan tubuhnya. Sepertinya besok dia harus pergi ke sekolah menggunakan Hoodie.

Tanpa berlama-lama, Maura melanjutkan aktivitas mandinya. Setelah beberapa menit kemudian, dia menyudahi acara mandinya.

•••••

Sedangkan Daffa, dia berdiri di depan gerbang rumah Muara. Sedari pulang sekolah sampai sekarang, Maura tidak ada memberinya kabar apapun. Bahkan telponnya tidak kunjung di angkat.

Dia hanya takut terjadi sesuatu pada Maura. Apalagi dia tau perangai orang tua Maura, sedari tadi, dia hanya menatap pada jendela kamar Maura.

Sesekali dia melirik pada roomchetnya dengan Maura yang tidak kunjung di baca atau di balas.

Setelahnya, dia menerbitkan senyum lega. Gadis itu keluar dan duduk di balkon dengan pakaian serba lengan panjang.  Bahkan notifikasi WhatsApp khusus Maura sudah berdenting, yang menandakan gadis itu sudah membalasnya.

Setelah memastikan gadisnya baik-baik saja, Daffa berlalu dari sana, dia sudah tenang sekarang.

Langkah Daffa terhenti saat merasa jika handphonenya bergetar. Pemuda itu berbalik menghadap Maura lagi sambil mengangkat telponnya.

"Mau pulang?"

Daffa tersenyum tipis mendengar suara yang mengalun merdu dari gadisnya. "Iya, kenapa?" Tanyanya lagi.

Dapat dia lihat kalau Maura berdiri di pembatas balkon menghadapnya.

"gapapa"

"Kangen ya?" Tanyanya di akhiri kekehan kecil. Sedangkan Maura di sana terdiam.

"Ekhm. Hati-hati di jalan."  Setelah mengatakan itu panggilan suara terputus. Daffa menggeleng kecil. "Tsundere."Gumamnya masih dengan menatap jahil Maura di sana.

Setelahnya Daffa berbalik dan kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Perumahan Maura.

•••••

"Kapan Althea bisa pulang, Pah? Bosen tau disini." Keluhnya pada Galih yang duduk di sofa ruangannya dengan laptop di senantiasa ada di pangkuannya.

Galih menoleh sebentar lalu kembali pada layar laptopnya. "Kamu belum pulih total, sayang." Ucapnya yang membuat Althea mendengus.

"Alasannya gitu mulu!" Ketusnya kesal. Dia beralih menatap pada jendela yang memperlihatkan pemandangan kota.

"Aku kangen sekolah, udah lama banget aku gak sekolah." Ucapnya lagi menceletuk. Galih terkekeh kecil.

Menjadi Bagian Tokoh Novel (HIATUS)Where stories live. Discover now