23. Kekecewaan (Revisi)

937 70 3
                                    

Janlup vote+komen+follow akun Aya.

Happy Reading (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤

•••••

1 bulan sudah berlalu, dan 1 bulan juga suasananya sudah mulai seperti tidak terjadi apapun. Althea juga di nyatakan Koma. Walaupun Maura menjadi lebih sangat pendiam.

Sharen tersenyum tipis melihat Maura yang duduk di sisi brankar Althea. Maura tidak pernah absen untuk menjenguk bahkan menjaga gadis yang terbaring lemah tak berdaya disana.

Walaupun Maura menjadi lebih pendiam, tidak papa. Asalkan sahabatnya baik-baik saja. Dia sudah sangat bersyukur semuanya mulai kembali seperti semula, walaupun Althea belum bangun dari tidur panjangnya.

Sharen terkesiap saat merasakan tabokan pelan dari samping tubuhnya. Gadis itu menoleh melihat bingung ke arah Ara yang tengah mencibir.

"Ngelamun Bae! Kesambet setan rumah sakit ini mampus Lo, Ren"

Sharen mendelik, dengan tidak berperasaan dia menyentil jidat Ara tidak terima.

"Sialan Lo" ketusnya.

"Setan kalau mau masuk tubuh Sharen mikir-mikir dulu kali, Ra!" Celetuk Rama yang tengah duduk sembari memakan Apel yang sebenarnya adalah bawaan dari Zea saat menjenguk Althea.

"Ngapa emang, Ram?" Heran Ara bingung.

"Muka Sharen lebih serem di banding muka setannya."

Sharen hanya bisa menatap sinis Rama dengan tangan mengacungkan jari tengahnya. Sedangkan dua orang yang mengatainya sudah tergelak dengan tawa yang pecah.

"Anjir!"

Ara menabokan tangannya pada orang di sampingnya dengan sebelah tangan menutup mulut lantaran tertawa terbahak-bahak.

Di kursi paling pojok, Shujae menatap datar 2 manusia receh itu.

"Kasian banget pada gak waras semua" ujar Langit sembari meringis melihat Rama  yang jadi korban tabok tawa Ara.

Zea mendekat pada Althea yang senantiasa menutup mata indahnya seakan mimpinya lebih menarik di banding dunia ini.

"Temen lu pada makin ga waras, Al. Cepetan bangun, tegur mereka pake semburan Rohani Lo." Ujar Zea sembari menatap tepat pada bagian mata Althea.

Cia menguap lebar sembari melirik Zea yang masih mengajak Althea berbicara. Perutnya sangat lapar, dengan gontai dia berjalan menuju nakas meja yang penuh dengan buah tangan bawaan mereka.

Di sobeknya dengan pelan kemasannya lalu mengambil Anggur disana.

"Laper gue, yang cowo gada yang peka" ketus Cia sembari menatap berlayar pada kumpulan lelaki di ruangan itu.

"Punya tangan kan? Nah, jalan sendiri" ujar Guntur.

"Goblok!. Dimana-mana jalan pake kaki, lu kira jalan Handstan!" Sahut Langit.

Guntur mengangguk saja sembari menatap Langit. Ara yang sudah meredakan tawa kembali pecah begitu saja.

Sereceh itu memang.

"Jaga sikap Weh! Ini rumah sakit bukan tempat mangkal kalian." Tegur Nadya yang mulai jengah dan sedari tadi diam menyimak.

Ara menangkup kedua tangannya dan menunduk bak pelayan kerajaan ke arah Nadya.

"Mohon ampun nyai" ucapnya.

Prischa menggeleng menatap kerandoman temannya ini, entah kesialan atau keberuntungan bisa bertemu dengan manusia reog seperti mereka, pikirnya.

Menjadi Bagian Tokoh Novel (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang