22. Ketemu? (revisi)

1K 94 8
                                    

Jangan lupa Vote and komen
Tinggalkan jejak kalau ada typo

Jangan lupa Vote and komenTinggalkan jejak kalau ada typo

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

••••

"Kok kak Shujae sama temennya gak ada ya? Dari acara Dies Natalis sekolah deh kayanya?"

Pertanyaan itu membuat Kiranti dan anteknya menghentikan langkah menuju stan makanan. Dia memutar tubuhnya menghadap Luna yang masih menatap bingung pada meja kantin yang biasanya dipakai oleh Shujae dan temannya.

"Ngapain nyari mereka?"

Luna menatap pada Kiranti. "Enggak kok, cuman mereka udah libur banyak. Takutnya pak guru bikin mereka dapat surat peringatan" jawab Luna dengan lugunya.

Kiranti mengangkat sebelah alisnya, detik setelahnya dia tersenyum miring membuat beberapa orang di kantin meremang melihat senyum mengerikan itu.

"Ah gue tau. Pasti lu sedih ya karna gada yang bisa lu hasut buat jadi tameng lu" tebak Kiranti membuat Luna menatap dengan sendu.

"E-enggak kak, aku cuman--"

"Cuman mau bikin mereka tunduk sama lu? Iya?" Pungkas Haura sembari bersedekap dada.

Luna meremas ujung roknya. "Enggak kak, aku gada niatan kaya gitu" ucapnya dengan suara bergetar.

Nisya yang diam sedari tadi berdecak. "Udah lah, Ti. Gue mau makan" ujarnya menengahi.

Kiranti langsung mengangguk setuju, dia dan Haura mengikuti Nisya menuju stan makanan untuk memesan makanan.

Kiranti melirik Luna dengan senyum miring yang dia perlihatkan. "Lagian, mereka gak bakalan dapat panggilan, karna Shujae adalah anak dari Donatur terbesar sekaligus pemilik sekolah ini"

Setelah mengatakan ini, Kiranti dan sahabatnya menjauh dari meja Luna.

Natania yang melihat Luna menunduk mengelus bahu gadis itu seakan menguatkan.

"Udah gak papa, tenang oke?" Luna mengangguk saja.

Lalu mereka juga memesan makanan dan makan di sana.

•••

Di perpustakaan, lebih tepatnya di paling pojok ruangan perpus. Terdapat gadis yang menangis dengan menahan suara isak tangisnya.

Dia adalah Zea, sahabat Althea. Dia tidak bisa berhenti menangis saat mengingat Althea yang menghilang saat acara ulang tahun sekolah.

Dia merasa gagal sebagai sahabat gadis itu. "Maaf Thea...Maaf" gumamnya pelan.

Pemuda yang melihat kondisi kakanya yang begini menghela nafas panjang. Dia mengambil posisi duduk di samping Zea.

Fazar menarik Zea masuk dalam pelukannya. "Udah gak papa, Ka." ucap Fazar sembari mengelus surai rambut kakanya.

Dia membolos, tadi saat dia berada di sekolahnya, Kakanya menelpon tapi tidak berbicara, hanya suara isak tangis yang dia dengar sehingga pemuda itu tidak pikir panjang langsung menyusul kakanya.

Menjadi Bagian Tokoh Novel (HIATUS)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum