19. Ingatan Kelam Rana (Revisi)

1.3K 106 11
                                    

Hay Hay Hay!!
Jangan lupa Vote and komen juga follow Aya Yau!!

Happy reading🍁

_________

"Rana, peluk gue dong."

"Rana Lo jangan dingin-dingin amat sama gue, ya? Kan kita bestplen!"

"Rana. Punggung gue sakit, tadi Ayah pukul gue pake cambuk. Hiks"

"Anjir, Lo ternyata diam-diam menyesatkan ya, Ran!."

"Udah ya? Rana gue gak boleh nangis, entar makin mirip sama gembel loh"

Rana yang sedari tadi melihat ingatan demi ingatan yang berputar seperti kaset itu menangis. Kenangan itu menyakitkan  hatinya.

Dia menunduk dengan tangan memegang dadanya erat. Jantungnya kembali berdetak kencang dan cepat.

"Stop! Please! Stop, Anjing!. AARRGG STOP SIALAN!" Rana menangis meraung-raung, kenapa harus kembali di ingatkan? Itu adalah masa kelamnya bersama Via.

"Urus anak mu itu! Jangan hanya memikirkan pekerjaan mu saja wanita sialan!" Paruh baya dengan pakaian kantor itu membentak wanita paruh baya yang juga kini memakai pakaian kantor juga.

Wanita itu terkekeh. "Kamu bilang apa barusan mas? Wanita sialan?" Wanita itu kembali tertawa miris.

"Wanita sialan ini yang menghidupkan anaknga dengan jerih payahnya bekerja! Sedangkan kamu? Kamu hanya menghamburkan uang ke club dan bermain wanita di luaran sana!! Apa kamu tidak merasa bahwa kamu sangat hina dibandingkan aku, mas?!!".

Rana menutup kedua telinganya sembari menggeleng.

"STOPP!! ABANG ANDRE GUE TAU INI KERJAAN LO! PLEASE BERHENTIII!! LO NYIKSA GUE hiks, berhenti bang.."

"Ra, tau gak sih? tadi mama gue bikinin tanda pengenal di badan gue, walaupun prosesnya periihh banget. Tapi gue suka, Coba liat deh". Via menyingkap roknya hingga batas paha yang menampilkan kulit melepuh karena setrikaan.

Dengan senyum dan setetes air mata yang turun Via kembali bertanya.

Cantik walaupun cuman segi tiga?" gadis itu terkekeh di akhir kalimat.

"Rana, Tolong.."

"Bangun, Ra. Via butuh kamu. Ayo bangun sayang, bantu Via. Abang sayang kalian berdua" suara tanpa wujud berdengung nyaring membuat Rana meringis.

Jiwa Rana seakan ditarik paksa pada cahaya di belakang tubuhnya. Dengan cepat cahaya itu melahap tubuh Rana.

•••

Maura terbangun dengan nafas tersengal, keringat dingin membasahi wajahnya. Apalagi saat menyadari jika dia sudah berada di rumah.

Dengan tergesa-gesa dia turun dari kasur nya. Tubuhnya lemas, tapi tetap saja dia harus mencari keberadaa Via.

"Maura, kamu mau kemana?"

Pertanyaan itu membuat langkah gadis cantik nan pucat itu berhenti. Tanpa membalas dia kembali melangkahkan kakinya.

"Maura?"

"Maura?!"

"Kamu sedang sakit!"

"MAURA!!"

Langkah Maura terhenti. Dia berbalik menatap wajah orang yang menyandang status sebagai ibunya.

"Apa bisa bersikap seperti biasanya saja?" Pertanyaan itu seakan membuat Ibu Maura terdiam.

Menjadi Bagian Tokoh Novel (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang