08|Hilang dan berubah

131 22 2
                                    

Ada tempat di mana semuanya dimulai, berjalan,dan berakhir.Tempat yang menjadi saksi kehangatan dan rasa yang tak berbalas hingga perpisahan datang.
Semuanya telah hilang dan berubah.Tak ada lagi canda tawa,tak ada lagi permainan,dan tidak ada lagi cinta di tempat ini.
Dulu,di sini merupakan tempat bermain para sekawan tersebut.Hingga akhirnya seleksi alam terjadi, menerbangkan semua kebersamaan dan menyisakan puing-puing rasa rindu.

Senja dan Lindy duduk manis di sebuah pondok tua yang merupakan satu-satunya yang masih bertahan sejak perpisahan tiba-tiba itu terjadi.Mereka saling diam untuk beberapa saat.Hanya menikmati semilir angin yang menyapu permukaan epidermis,dan bernostalgia dalam diam.

Tempat yang dulunya taman bermain mereka, perlahan-lahan berubah menjadi taman umum yang kerap dikunjungi remaja sebaya mereka.

"Sudah berapa tahun kita ditinggalkan?"ucap Senja memecah atmosfir dingin antara mereka berdua.

"Entah,aku tak pernah tertarik untuk menghitungnya"jawab Lindy.Terselip nada sendu dalam suaranya.

Mereka kembali terdiam,seakan tak memiliki nafsu berbicara.Suasana hati mereka benar-benar kosong sekarang.

Tapi beberapa saat kemudian, Lindy tampak teringat sesuatu yang membuatnya tersenyum geli.hal ini benar-benar menggelitik perutnya,mengingat kejadian memalukan sekaligus menyakitkan yang dialami Senja dulu.

Senja sadar bahwa Lindy tengah senyum-senyum sendiri,hal itu membuatnya bergidik ngeri sekaligus heran pada saudara Dora ini.
"Kau yakin kau masih waras?"bukannya menjawab,Lindy malah tertawa keras sebagai respon atas pertanyaan Senja yang sekarang sangat ingin menarik kuncir rambut sahabatnya ini.

"Kau masih ingat saat kau akan menyatakan perasaanmu pada Aksa? pertanyaan dari Lindy membuat pipinya bersemu menahan malu.Kenapa mengungkit kejadian memalukan itu lagi?mengingatnya kembali membuat dirinya serasa ingin menghilang saat itu juga.

"Itu memalukan"ucapnya menyendu,namun agaknya dirinya juga tertarik untuk membahas ulang kejadian memalukan sekaligus menyakitkan tersebut."Kau masih ingat?harusnya saat itu aku yang menerima bunga darinya"

"Kau saja yang terlalu merasa.Saat itu memang bukan kau targetnya"ucap Lindy mengingatkan.Senja mengerucutkan bibirnya,kesal karena Lindy mengingatkan tentang fakta waktu itu.

Baiklah,ini dimulai saat jam pertama pelajaran matematika di kelas mereka beberapa tahun lalu, tepatnya saat mereka duduk di bangku kelas delapan SMP.

Saat itu,keadaan kelas seperti biasa.Ada yang menyimak,ada yang sibuk sendiri,dan ada yang terlelap di meja.Keadaan hening untuk beberapa waktu,hingga akhirnya Bu Mony,guru pelajaran matematika tersebut keluar kelas untuk mengangkat telepon.Suasana kelas yang awalnya hening menjadi agak gaduh.Mereka yang awalnya menyimak, meninggalkan buku catatan serta pena berisi rumus membosankan tersebut.Mereka yang awalnya sibuk sendiri dengan kegiatannya,mulai membuat gaduh dengan berbicara hingga sorak menyoraki satu sama lain.Dan mereka yang awalnya terlelap di meja,posisi mereka masih sama.Enggan meninggalkan alam mimpi untuk berbaur dengan suasana gaduh kelas.

Saat itu,Senja masih sibuk dengan buku catatannya.Layaknya anak perempuan kebanyakan,dia memberi beberapa stabilo warna dan hiasan-hiasan lain di sepanjang halaman buku materi yang ia tulis tadi.Kegiatannya tak berlangsung lama.setelah selesai,ia menutup buku tersebut dan mengambil buku catatan hariannya,dan mengulang kegiatan yang sama dengan yang tadi dia lakukan pada buku pelajarannya.

Ini salah satu hobinya,selain mengagumi teman sekelasnya yang sudah lama ia sukai.Mungkin Senja beruntung,karena pria tersebut duduk tepat di depannya sehingga ia memiliki banyak kesempatan memperhatikan pria itu walau dari belakang.

Saat tengah berada di ketenangan hobinya, tiba-tiba seseorang menyenggol tangannya dari samping.Ia sontak menoleh dan mendapati Lindy yang kini memberi isyarat padanya untuk mendekat.

Senja mendekat,lalu segera Lindy membisikkan sesuatu di telinga gadis ini"aku dengar Aksa akan menyatakan perasaannya pada seseorang.Kau tidak berpikir itu dirimu?"bisik Lindy hati-hati,sadar betapa dekatnya jarak tempat duduk mereka dengan seseorang yang menjadi topik mereka saat ini.

Mata Senja sukses membola,jantungnya berdegup tak karuan.Mungkin saat itu dia berpikir bahwa penantiannya selama ini akan segera datang.

Tak lama, seseorang menyentuh bahunya dari kursi belakang,itu Jean.Salah satu teman baik mereka yang kini entah di mana dia berada.

Jean memberi isyarat yang sama seperti Lindy,menyuruhnya mendekat untuk dibisikkan sesuatu."Aku dengar Aksa akan melakukannya di lapangan sekolah saat jam istirahat nanti"ucapnya.

Selain Jean,Jhisa juga membisikkan sesuatu pada senja yang membuatnya semakin tak sabar menunggu waktu istirahat tiba."aku tak sengaja mendengar dari Jonathan dan Farel.Katanya inisial gadis itu S.Aku semakin yakin itu dirimu"

Senja menahan rasa ingin berteriak dalam dirinya.Rasanya ada sesuatu yang menggelitik perutnya.

Hingga akhirnya mereka kembali fokus menghadap ke depan saat Bu Mony kembali.Suasana kelas mungkin kembali tenang,tapi tidak dengan perasaannya saat ini.Kakinya tidak bisa diam di bawah meja.

Hingga akhirnya bel istirahat berbunyi, membuatnya semakin tak sabar.Rasanya geram sekali saat Bu Mony banyak berbasa-basi sebelum menutup pelajaran dan membiarkan mereka keluar kelas.

Setelah salam perpisahan,mereka semua berhambur keluar kelas.Keempat gadis itu tergesa-gesa keluar kelas.Bukan hanya mereka, sepertinya hampir semua anak juga sama halnya seperti mereka.Karena hampir semua tahu,bahwa Aksa akan menyatakan perasaannya pada seorang gadis.Siapa yang tidak heboh?Saat akhirnya pria populer tersebut akhirnya akan memiliki kekasih.

Memangnya apa yang anak empat belas tahun pikirkan soal cinta saat itu?Paling sekedar rasa suka karena tertarik akan fisik atau kepribadian orang tersebut.Bagaimanapun mereka semua belum cukup dewasa untuk melihat arti cinta sebenarnya.Tapi,untuk saat ini biarkan mereka melakukannya sesuai umur dan pengertian mereka.

Entah apa yang ada dipikiran Senja saat itu,secara tiba-tiba dia meraih lengan Aksa membuat empunya tersentak kaget.
"Jika ada yang ingin kau katakan padaku,katakan saja sekarang!jangan di depan orang banyak"ucapnya.

Aksa langsung memahami situasi saat ini,dia juga paham apa yang gadis itu maksud.Pasti terjadi kesalahpahaman di sini.Secara perlahan dan lembut ia menyingkirkan tangan gadis yang meremat lengannya agak kuat,lalu mencolek hidung gadis itu sebelum akhirnya pergi meninggalkan Senja yang sudah memiliki prasangka buruk.

Senja terdiam agak lama, merenungi apa yang barusan dia katakan.Apa dia baru saja menjatuhkan harga dirinya sendiri?

Sepertinya benar.saat ia sampai di lapangan, orang-orang di sana bersorak kencang menyaksikan sesuatu di tengah lapangan.

Semakin penasaran,ia segera menerobos kerumunan orang tersebut,dan...

Astaga, sakit sekali.

Di depan matanya,Aksa kini menyodorkan buket bunga pada seorang gadis.Ini letak kesalahan dari informasi dari Jhisa.Gadis berinisial S itu bukan Senja, melainkan Sera,gadis yang apabila dibandingkan kemampuan kinerja otaknya dengan Senja,maka Senja sendiri kalah telak.

Tak mau berlama-lama di antara kerumunan orang yang menyoraki pasangan baru tersebut,ia memilih kembali ke kelasnya dan kembali pada buku hariannya.

"Memang pada dasarnya hal itu mustahil.Aku hanya bisa menjadikannya angan semata"gumamnya dalam hati lalu kembali menyibukkan diri bermain dengan buku yang selalu menemaninya dalam meluapkan rasa yang tak bisa dia ungkapkan secara langsung.

. . . .

"When I was 14, I can only express it here"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"When I was 14, I can only express it here"

MISS HORIZON [ON GOING]Where stories live. Discover now