19|Tantangan

59 19 5
                                    

Lolosnya Aksa pada hari itu tidak menjamin apa pun untuk ke depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lolosnya Aksa pada hari itu tidak menjamin apa pun untuk ke depannya. Hari itu ia selamat dari cengkraman Senja karena kedatangan Jonatan. Namun ada fakta yang harus ia ingat, mereka berkuliah di kampus yang sama. Pada waktu-waktu selanjutnya Senja memiliki banyak kesempatan untuk kembali menariknya, karena itu ia harus berhati-hati.

"Aksa, cepatlah! Kau bisa membuat kami terlambat!" Seru Samuel sambil menekan klakson mobil. Suara berisik  klakson itu membuat Aksa segera keluar rumah dan masuk ke dalam mobil dengan gerakan lesu. Ia bangun kesiangan dan tidak sempat sarapan. "Semangatlah, kawan. Pacarmu pasti membawa sarapan untukmu." Goda Samuel sambil membawa mobil mereka keluar dari halaman rumah. Mendengar godaan tak berdasar itu membuat Aksa yang bersandar pada kursi mobil mencebik kesal. Mobil itu berjalan, membawa ketujuh pria itu menerjang pagi dingin yang disambut gerimis ringan. Di dalam sana, seperti biasa mereka mengisi waktu perjalanan dengan  mengobrol ringan. Obrolan mereka tidak jauh-jauh dari membicarakan gadis-gadis cantik di kampus. Biasanya mereka semua akan berbicara, tak ada yang diam menyimak. Tapi kali ini Aksa nampak tak tertarik. Moodnya pagi ini terasa buruk.

Sepanjang perjalanan ia tertidur dengan bersandar di kursi mobil. Suara berisik teman-temannya sama sekali tak mengusiknya. Ia tertidur hingga mobil mereka terparkir di parkiran kampus. Saat Steven yang di sampingnya menepuk pipinya dengan agak keras, ia membuka mata dan langsung keluar dari mobil. Ia mengusap rambutnya dengan kasar sambil menguap, ia bahkan tak menyadari bahwa langkahnya tertinggal jauh dengan teman-temannya di depan. "Perhatikan langkahmu! Jangan tidur sambil berjalan, kau bisa menabrak orang nanti." Tegur Langit saat melihat Aksa yang berjalan dengan nyawa yang tak penuh. Matanya sesekali terpejam karena tak kuasa menahan kantuk.

Bruk

Teguran Langit yang ia abaikan terjadi. Karena tak memperhatikan langkahnya ia tak sengaja menabrak tubuh seseorang dan reflek memegang bahu orang yang ia tabrak untuk mencegahnya terjatuh. Rasa kantuk yang tadi bersemayam di kedua matanya menguap bersama keterkejutannya. "Maafkan aku, aku benar-benar tidak senga—" ucapannya seketika terhenti saat matanya telah terbuka sempurna dan dirinya menyadari siapa sosok yang tengah ia pegang bahunya. Orang yang sama dengan orang yang kemarin menahan dan memeluknya secara paksa. Senja Zenarya."Tidak masalah" ujarnya sambil tersenyum. "Kau kurang tidur? Matamu terlihat mengantuk. Kau pasti belum sarapan. Iya, kan?" Tanya gadis berambut panjang itu sambil menangkup wajah Aksa dengan kedua tangannya. Sementara di belakang gadis itu ada teman berponinya yang menunggu sambil menahan malu.

Aksa melepas kedua tangan yang menangkup wajahnya itu sepelan mungkin, "Aku baik-baik saja. Aku duluan." Ujarnya lalu pergi menyusul teman-temannya, meninggalkan gadis itu bersama rasa kecewa. Senja menatap punggung Aksa yang meninggalkannya dengan tergesa-gesa. Bahkan hingga sekarang pun, ia masih tak sadar bahwa Aksa benar-benar ingin menghindarinya. "Hei, dungu, berhenti meratapinya seperti itu. Ayo, kita harus segera masuk kelas. Dosen hari ini katanya galak" ujar Lindy lalu menarik tangan sahabatnya masuk ke kelas. "Sampai kapan kau berharap padanya? Sepertinya dia tidak tertarik padamu." Ujar Lindy sambil menepuk-nepuk bahu Senja. Lindy tahu ucapannya barusan terdengar kasar. Tapi Senja harus menerima fakta bahwa pujaan hati yang ia dambakan tak tertarik padanya. "Sampai dia membalas perasaanku. Kau yang paling tahu betapa aku merindukannya, kan? Aku tidak akan menyerah begitu saja." Senja bertekad. Penantiannya selama bertahun-tahun harus menuai hasil yang sebanding.

MISS HORIZON [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang