14|Peluang?

83 21 2
                                    

Suara dering ponsel membuat Aksa menghentikan langkahnya,ia mengambil ponselnya di saku celana.Dahinya sedikit mengerut melihat kontak tanpa nama yang tertera di layar ponselnya.

Ia menarik tombol hijau untuk mengangkat panggilan tersebut dan menempelkan ponselnya di telinga"Halo"sapanya singkat.

"Aksa,ini kau?"

Belum sempat ia menjawab atau sekedar bertanya siapa orang yang telah melakukan panggilan telepon dengannya ini,wanita di seberang sana kembali berucap,"Apa kabarmu,sayang?Aku sangat merindukanmu"ujar wanita itu dengan nada sendu.

Ucapan wanita itu makin membuatnya bingung.Seingatnya dia tidak menjalin hubungan dengan gadis manapun saat ini.Kenapa wanita itu melontarkan kata sayang untuknya?Apa mungkin dia orang jahil?

"Siapa kau?"sarkas Aksa.

Wanita itu tidak menjawab.Ia malah diam dan membuat Aksa buru-buru ingin mengakhiri sambungan telepon tersebut.Tapi sebelum ia sempat menjauhkan ponsel dari telinganya,wanita itu kembali berbicara.Dan ucapan wanita itu membuat Aksa semakin kesal disertai rasa bingung.

"Kau menjaga pola makanmu dengan baik,kan,selama aku pergi?Maafkan aku yang pergi tanpa memberitahumu lebih dulu.Sekarang aku menyesal,sayang.Aku benar-benar merindukanmu"

Aksa berdecak kesal.Sedari tadi kata sayang terus dikatakan wanita aneh yang sedang melakukan panggilan telepon dengannya.

Wanita itu bisa saja tengah menjahilinya.Tapi mendengar suara isak tangis samar di ujung sana membuat Aksa menjadi kurang yakin dengan asumsinya sendiri.

Bisa jadi wanita ini pernah hadir dalam hidupnya dulu.Apa mungkin dulu mereka saling terikat sesuatu?Aksa berusaha mengingat-ingat dan membiarkan wanita itu terus berbicara.

Dia tak merasa pernah ditinggal siapapun kecuali Garrick.Dialah yang meninggalkan semua orang.Senja,Sera,dan masih banyak lagi.

Lantas siapa wanita ini?

"Katakan siapa dirimu?atau aku akan memutuskan panggilan ini"ancam Aksa.

Ia tidak mendengar apapun dari sana.Sudahlah,waktunya ia mengakhiri panggilan ini.Ia menjauhkan ponsel dari telinganya.Namun saat hendak menekan tombol merah,ucapan dari wanita itu berhasil membuat dunia Aksa serasa berhenti untuk beberapa saat.

"Ini ibu"

. . .

Setelah memberitahu di mana posisinya sekarang, beberapa menit kemudian Aksa sampai di hadapannya.

Pria itu sempat membeku untuk beberapa saat setelah mendengar pengakuan dari wanita itu.Saat itu juga dia menyusul sang ibu setelah tahu di mana Sanara berada.

Aksa tampak tak percaya dengan seseorang yang dilihatnya sekarang.Dia ingin memeluk Sanara,tapi tangannya justru tergepal kuat.

Apa yang Sanara lakukan dulu hampir sama dengan Garrick.Ia meninggalkan Aksa.

"Maafkan aku..."lirih Sanara.

Ia hendak memeluk tubuh Aksa,namun pria itu mundur selangkah menjauhi Sanara.

"Senang melihatmu baik-baik saja,ibu"ujar Aksa tanpa memandang Sanara,"Melihatmu jauh lebih baik dibanding dulu sudah lebih dari cukup untukku.Aku tidak menginginkan hal lebih"sambungnya.Ia masih enggan menatap Sanara.Perlahan ia menjauh,dan pergi meninggalkan sang ibu yang terus memanggil namanya.

Sanara tak menyusulnya.Ia membiarkan Aksa pergi.Ia cukup sadar bahwa dirinya memang tak pantas mendapat sambutan pelukan hangat dari sang putra setelah apa yang ia lakukan dulu.

MISS HORIZON [ON GOING]Where stories live. Discover now