10|Memori kecupan Senja

109 20 13
                                    

Seseorang tampak sedang membenahi penampilannya.Polesan make up tipisnya ia rapikan sedemikian rupa.Ia harus tampil sempurna di depan sang pujaan hati.Karena hari ini,mereka memiliki janji untuk menghadiri pesta ulang tahun sepupu si gadis bersama.Dan hari ini,dia harus menyatakan perasaannya untuk mengikat mereka dalam sebuah hubungan.Ya,harus.

Reina menekan bel rumah.Tak perlu waktu lama,orang yang ia tunggu langsung keluar.

Aksa sedikit terpana.Beberapa hari ini Reina sudah tak pernah muncul di hadapannya.Dan sekarang,gadis itu menemuinya dengan penampilan menawan.Aksa akui,gadis itu manis.

"Aku tidak mengganggu waktumu,kan?"tanya Reina memastikan sebelum mereka pergi.

Aksa hanya menggeleng sebagai jawaban.Setelah berpamitan dengan keenam temannya di rumah,ia dan Reina pergi ke tempat perayaan ulang tahun tersebut.

Baiklah,apa yang terjadi ke depannya sepertinya tak perlu dijelaskan secara rinci.Mereka menikmati pesta ulang tahun sederhana itu.Makan hidangan yang disediakan dan saling bercanda layaknya sepasang kekasih.Setelah selesai,mereka memutuskan pergi.Lebih tepatnya Reina yang terlalu terburu-buru mengajak Aksa pergi dari sana.Itu karena dia harus segera mengungkapkan sesuatu.

"Kita pulang?"tanya Aksa saat mereka berada di parkiran.

Reina menjawab dengan gelengan"ada yang ingin aku katakan padamu"ucapnya tanpa banyak berbasa-basi.

Aksa diam,tanda mempersilahkan gadis itu berbicara.Namun ia dibuat bingung dengan Reina yang tiba-tiba meraih tangannya untuk digenggam.Sepertinya,dia bisa menebak apa yang akan gadis itu bicarakan.

"Aku menyukaimu"

Dugaannya benar.Diam-dia dia menyeringai tipis.Sangat tipis.Keberadaan seringai itu bahkan tidak disadari oleh gadis di depannya.

Lagi dan lagi,seorang gadis mengungkapkan perasaan padanya.Ini kesekian kalinya.Dan belum ada yang mendapat jawaban sesuai ekspektasi mereka.

Atmosfer canggung melanda.Secara perlahan Aksa melepas genggaman Reina di tangannya.

"Terimakasih sudah menyukaiku.Dan maaf karena tidak bisa membalas perasaanmu"ucap Aksa, memecah keheningan.

Reina membuang nafas perlahan.Sia-sia ia berpenampilan cantik malam ini.Jawaban atas ungkapan perasaannya benar-benar menyakitkan.

Tapi mau bagaimana lagi?ia hanya mengangguk pasrah dan menyertakan senyumannya"tidak masalah"ucapnya serela mungkin.

Aksa tak ingin berlama-lama lagi.Ia ingin segera pulang dan istirahat.
"Kalau tidak ada lagi yang ingin kau katakan,ayo kita pulang"ucapnya dan melangkah mendahului Reina menuju mobil.

"Ngomong-ngomong,kau kenal gadis yang namanya Senja?"tanya Reina penuh rasa penasaran saat mereka berada di dalam mobil.

Aksa tak menggubris,ia fokus mengendarai mobilnya.Pertanyaan Reina tak membuatnya tertarik.

Reina mengulangi pertanyaannya.Sebanyak mungkin ia mengulangi agar pria di sampingnya bosan dan menjawab.

"Ada apa dengannya?Dia mengganggumu?"

"Tidak.Aku hanya ingin tahu,kau mengenalnya atau tidak.Apa susahnya menjawab ya atau tidak?"

"Selama dia tidak melakukan sesuatu yang membuatmu terganggu,kupikir kau tak perlu bertanya tentang dia padaku"

"Memangnya kenapa?Dia mantan pacarmu?"

"Kubilang kau tak perlu tahu"

Reina mengalah.lebih baik ia menutup mulutnya dan menikmati keheningan sepanjang perjalanan mereka untuk kembali ke rumah masing-masing.

Ada alasan pria itu tak mau banyak bercerita tentang Senja pada orang lain.Jika orang bertanya padanya tentang Senja,entah kenapa ia kembali teringat tentang bagaimana cara gadis itu melakukan sesuatu yang benar-benar perasaannya tidak benar kala itu.Agak risih,namun bersamaan dengan itu jantungnya berdebar kencang.

Astaga,kenapa harus mengingatnya.Itu membuat tubuhnya sedikit panas.

Saat itu,tepat saat hari usianya bertambah setahun,Senja mendatangi rumahnya.Dengan kue coklat dan kotak kecil berwarna hitam.Ia tahu apa maksud gadis itu datang ke sini.Ia ingin mengucapkan selamat ulang tahun di waktu dan tempat yang berbeda dari teman-teman mereka yang lain.Dari dulu sudah seperti itu.

"Selamat ulang tahun"ucapnya riang sembari menyodorkan kue dan kotak kecil yang ia bawa.

"Terimakasih"ujar Aksa singkat, menerima pemberian Senja.

"Maaf,hanya ini yang bisa kuberikan.Aku tak punya cukup uang untuk membeli sesuatu yang lebih mahal"

"Kau repot-repot datang ke sini sudah cukup mahal sebagai hadiah ulang tahunku.Terimakasih,manis"

Senja tersenyum,dan hendak melangkah pergi.Tapi langkahnya tertahan,tatkala tiba-tiba ia merasa ingin melakukan sesuatu.

Ia berbalik lagi.Mendapati pria itu akan masuk ke dalam,secepat kilat ia menarik kaus Aksa—agak mendekatkan tubuhnya—dan melakukan hal tak terduga.Setelahnya ia langsung pergi,meninggalkan Aksa yang masih bergeming di tempat.

Saat itu,Senja mengecup Aksa.

Aksa menggelengkan kepalanya,menghilangkan ingatannya yang kembali melayang pada waktu dulu.

Gadis itu benar-benar...

"Astaga"

. . .

"Bagaimana dengan putramu?Kau akan membawanya bersama kita?"tanya sang wanita,sembari memainkan gelas wine di tangannya.Tatapannya tajam,seolah mengintimidasi si pria yang tampak menimbang-nimbang jawaban.

"Aku menunggu jawabanmu,sayang"

Pria itu memberanikan diri menatap wanita dengan gaun indah di depannya.Dengan mantap,ia menjawab pertanyaan wanita itu.

"Aku tidak akan membawanya bersama kita.Dia sudah dewasa,dia pasti mampu menjalani hidupnya sendiri"

Wanita itu menyeringai puas.Gelas wine itu ia letakkan di meja,lalu menepuk tangan pelan.

"Keputusan yang bijak"

Mereka berdua tertawa bersama—lalu bersulang dan minum sampai mabuk.

"Cukup mudah mengendaraimu,sayang"

. . .

Garrick Alfredo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Garrick Alfredo

Garrick Alfredo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Amber Ainsley

MISS HORIZON [ON GOING]Where stories live. Discover now