15|Masih harus menanti

109 19 5
                                    

"Lin,cepatlah!" Seru Senja sambil mengetuk keras pintu kamar si gadis berponi yang masih sibuk memilih pewarna bibir yang akan dia gunakan.

Tak ada sahutan apapun dari dalam, Senja membuka pintu kamar tersebut. Ingin rasanya ia memangkas habis poni Lindy. Gadis itu masih berdiri di depan cermin dan memoleskan lipstick merah muda di bibirnya dengan gerakan lambat. Mereka harus segera pergi, tapi Lindy tampak tak peduli.

"Lindy Cleven!Cepat selesaikan urusanmu kalau kau tidak mau aku membuang alat kosmetikmu ke pembuangan sampah" ancam Senja.

Lindy hanya menoleh sekilas,lalu kembali menghadap cermin di depannya, "Kau terlalu buru-buru. Santai sedikit. Kau tidak mau aku berjalan bersamamu dengan penampilan lusuh,kan?Jadi bersabarlah!"

"Astaga, aku akan lebih bersyukur jika kau berjalan dengan penampilan lusuh bersamaku. Dengan begitu kau tidak akan membuang-buang waktuku"

Lindy terkekeh. Sesegera mungkin ia membereskan alat kosmetik miliknya yang berhamburan di meja rias.
"Baiklah,ayo" ujarnya dan langsung merangkul lengan Senja keluar dari kamarnya.

Kedua gadis itu menaiki bus. Sesekali mereka mencuri-curi pandang dengan orang-orang yang ada di dalam bus tersebut,terutama dengan para pelajar dan mahasiswa pria.

"Kau lihat pria yang duduk di ujung sana? Astaga tampan sekali" ucap Lindy kagum sambil menunjuk pria berseragam di kursi ujung.

"Sepertinya dia masih SMA, jadi seleramu seorang berondong sekarang?" Tebak Senja asal.
Lindy tampak mengangguk-anggukkan kepala sembari tersenyum manis,tatapannya belum juga beralih dari anak SMA yang sedang membaca buku di kursi ujung.

Astaga...modelan seperti ini yang dia cari dari dulu. Pria baik-baik dengan tampang manis,bukan buaya darat dengan dompet tipis. Sayang sekali si tampan itu masih duduk di bangku SMA.

"Apa salah jika aku meminta nomornya?" Ujarnya pelan namun masih dapat didengar oleh Senja.

"Jangan membuatku malu. Tolong tahan nafsumu" ucap Senja dan dihadiahi lirikan sinis dari Lindy.

Bus berhenti,dengan segera Senja menarik tangan Lindy keluar dari sana. Gadis berponi itu belum juga memalingkan pandangannya dari pria tadi.

"Kau ini benar-benar! Harusnya aku mendapat nomornya tadi" gerutu Lindy.

"Hey,bocah, perjelas dulu status hubunganmu dengan Jonathan baru kau mencari pria baru" ucap Senja sambil menjitak pelan kepala Lindy.

Dua gadis itu berjalan beriringan sembari saling menggerutu. Namun tak lama, seruan seseorang dari belakang membuat mereka reflek berbalik badan.

"Kakak,tunggu sebentar"

Lindy terpana-lagi. Pria tadi, pria yang duduk di kursi ujung bus, menghampiri mereka dengan berjalan cepat. Dirinya serasa dihampiri pangeran. Pria itu tampak sangat menyilaukan matanya.

Hingga pria itu sampai di depan mereka, Lindy masih membatu layaknya orang dungu. Sepertinya dia mulai lupa cara bernafas.

"Dompet ini jatuh dari tasmu tadi" ujarnya sembari menyodorkan dompet berwarna merah muda milik Lindy.Tak ada pergerakan apapun dari gadis itu. Ia masih menatap pria itu dengan tatapan cengo.

Hal itu membuat pria di depannya ikut membatu, ia baru sadar kalau gadis berponi di depannya ini memiliki wajah manis.

Tanpa sadar Senja melantunkan rasa syukur pada Tuhan karena masih memberinya kewarasan. Untuk mempersingkat waktu ia mengambil dompet Lindy dari tangan pria itu dan meraih tangan Lindy untuk memaksanya memegang benda tersebut.Pergerakan tiba-tiba dari Senja membuat keduanya tersadar.

MISS HORIZON [ON GOING]Where stories live. Discover now