18|Gelombang perasaan

83 22 9
                                    

Beberapa detik mereka berempat terpaku akibat disambar gelombang perasaan yang berbeda satu sama lain. Waktu seolah berhenti tatkala empat orang yang pernah menjadi kawan itu akhirnya saling bertatap setelah sekian lama berpisah. Mereka bertemu lagi, kali ini bukan untuk bermain petak umpet atau makan di warung makan kesukaan mereka, karena sekarang, mereka sudah asing.

Perlahan, Aksa keluar dari keterpakuannya, lalu berjalan cepat meninggalkan tempatnya semula. Tepat setelahnya Senja tersadar dan menyusul Aksa, meninggalkan Lindy dan Jonathan berdua di sana. Lindy hendak menutup pintu kembali, namun Jonathan lebih sigap menahan pintu tersebut.

"Kumohon, sayang, kita perlu bicara. Aku akan menjelaskan semuanya!" Mohon Jonathan sambil terus menahan pintu itu agar tetap terbuka. "Pergilah, jelaskan pada dirimu sendiri. Aku tidak mau dengar apapun" ujar Lindy sambil berusaha menutup pintu tersebut. Namun rasanya percuma, tenaganya tak sebanding dengan kelinci berotot yang berusaha membuka pintu di depannya. Pada akhirnya dia kalah, Jonathan berhasil mendorong pintu itu ke belakang dan langsung menarik tangannya mendekat.

Lindy memalingkan wajahnya ke samping, enggan menatap wajah tampan serta mata indah milik sang kekasih. Jonathan mengelus lembut tangan Lindy, dan gadis berponi itu terus mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Jonathan.

"Aku tidak mau hubungan kita selesai begitu saja" ujar Jonathan setelah diam beberapa saat.

"Berarti kau ingin hubungan kita selesai setelah kau menjelaskan sesuatu padaku? Kalau begitu jelaskanlah" tukas Lindy. Ia masih enggan menatap Jonathan.

"Aku tidak menginginkannya, sayang. Aku ingin kita kembali" ujar Jonathan dengan sorot mata memohon. Ia menatap gadis itu lurus, menunggu Lindy menatap matanya.

"Enak saja. Kau pergi tanpa kabar dan sekarang kau ingin kembali? Aku tahu dulu kita seperti rumah, tempat pulang. Tapi aku tidak ingin menjadi rumah untuk orang yang selalu pergi dan tak pernah memperlakukan rumahnya dengan baik" ujar Lindy. Gadis itu akhirnya memberanikan diri menatap mata pria di depannya, menyelami mata yang dulu tak pernah bosan untuk dia pandang. Dan sekarang, masih sama. Tidak akan pernah ada kata bosan memandang mata itu.

"Kalau begitu izinkan aku memperbaiki semuanya. Aku ingin memiliki rumahku kembali."

"Aku bukan rumahmu lagi, Jo."

"Kalau begitu berapa yang perlu kutebus untuk mendapatkan rumahku kembali? Aku tidak akan membiarkan orang lain memilikinya" ujar Jonathan, semakin mengeratkan genggamannya. Lindy kembali memalingkan wajahnya. Dia sangat lemah. Gadis itu benar-benar tidak mampu menghadapi situasi seperti ini. Saat di mana Jonathan memohon sambil menatap matanya. Dulu Lindy akan dengan mudah menurut, namun sekarang dia benar-benar tidak tahu harus apa.

"Kau tidak perlu menebus apapun. Aku tidak mau menerimanya" ketus Lindy.

"Aku tahu kau masih mencintaiku, sayang"

"Berhenti memanggilku seperti itu. Kau membuatku geli"

"Aku tidak akan merasa geli jika kau yang memanggilku seperti itu"

"CK. Jo, sudahlah. Percuma" ujar Lindy putus asa. Dia tak tahan jika harus berhadapan dengan Jonathan terlalu lama. Dia takut luluh. Pria itu benar-benar handal dalam merayu. Tak ada satupun rayuan Jonathan yang tak berhasil membuat Lindy meleleh. Tapi itu dulu. Sekarang dia tak ingin hal tersebut terjadi lagi.

"Pergilah" usir Lindy. "Jika kau mengusirku sekarang, kau akan tertarik ke pelukanku berikutnya"

"Terserah, yang penting sekarang kau pergi dari hadapanku"

Jonathan perlahan melepaskan genggamannya dengan sedikit tidak rela. Ia mengelus rambut Lindy sejenak kemudian berlalu pergi. Lindy memandang kepergian Jonathan. Merasa ada yang dia lupakan, Lindy berseru memanggil Jonathan. Pria itu berbalik, ada harapan yang tergambar dari  raut wajah dan sorot matanya. Tapi Jonathan berekspektasi terlalu tinggi. Karena sebenarnya, Lindy hanya menitip pesan.

MISS HORIZON [ON GOING]Kde žijí příběhy. Začni objevovat