22| Penegasan Tak Langsung

71 19 7
                                    

Di depan televisi yang tengah menyiarkan berita, Senja duduk melamun sambil menggigit kukunya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di depan televisi yang tengah menyiarkan berita, Senja duduk melamun sambil menggigit kukunya. Sejak berjam-jam yang lalu dirinya dibuat bingung tentang kelanjutan hubungannya yang resmi dimulai tadi pagi. Jika ia melihat cincin berlian yang tersemat di jari manisnya, ia seketika berhalusinasi bahwa kekasih barunya itu sedang duduk sambil tersenyum manis di sampingnya. Hal itu membuat Senja gila. Ia mengecek ponselnya berkali-kali untuk melihat apakah orang itu mengirimkan pesan apapun padanya. Tapi hasilnya nihil.

Rasa frustasinya berpengaruh pada Lindy. Gadis berponi itu merasa heran dan terganggu mendengar suaranya yang terus-terusan menggerutu tak jelas saat memeriksa ponsel.

"Bisa diam? Kau benar-benar menyebalkan!" Seru Lindy sambil menendang Senja secara pelan menggunakan kakinya. Sekarang Senja tengah duduk menyender di sofa, sementara Lindy berbaring di sofa yang sama dengannya sambil membalas pesan Jonathan yang terus menyerbu ponselnya.  Seandainya dia orang kaya, ponsel ini pasti sudah dilempar keluar apartemen saking berisiknya. Dia tidak punya pilihan lain selain membalas pesan Jonathan untuk memintanya berhenti.

Mereka tak saling berbicara hingga sesuatu yang ditunggu-tunggu Senja mengubah suasana. Saat suara notifikasi menghampiri ponselnya, ia sontak menegakkan tubuhnya. Seketika ia menjerit dan membuat Lindy mengalihkan perhatiannya.

"Lin, aku tahu ini terdengar mustahil, tapi aku benar-benar membutuhkan bantuanmu sekarang!" Seru Senja sambil menggoyangkan kaki Lindy dengan kencang. "Idiot, memangnya kenapa? Kau menang undian botol minuman?"

Senja tak menjawab. Ia menyerahkan ponselnya pada Lindy. Dan tak perlu waktu lama bagi Lindy untuk mengerti apa yang terjadi setelah melihat pesan dari seseorang di ponsel tersebut.

"Kau ada waktu? Ayo berkencan. Aku akan menjemputmu sekarang."

Lindy segera bangkit dari pembaringannya, mencengkram pundak Senja dengan kuat sebelum berkata, "Ayo, benahi dirimu." Setelahnya ia menarik tangan Senja untuk masuk ke kamar.

Kedua gadis itu membongkar lemari milik Senja, mencari pakaian apa yang harus Senja pakai untuk kencan pertamanya dengan Aksa. "Bagaimana dengan yang ini?" Tanya Senja sambil memperlihatkan gaun biru muda setengah paha tanpa lengan. "Tidak cocok. Terlalu pendek." Ujar Lindy sambil terus membongkar lemari. "Kalau yang ini?" Lindy menoleh, mendapati Senja yang menunjukkan gaun hitam gemerlap padanya. "Serius? Memangnya kau akan ke pesta dansa?"

Mereka terus membongkar lemari karena tak kunjung menemukan pakaian yang sesuai. Sembilan puluh delapan persen dari isi lemari Senja adalah pakaian rumah atau baju tidur. Sisanya gaun-gaun lama yang ia dapat dari lemari kakaknya yang entah kapan.

"Nah, ini saja." Putus Lindy puas saat menemukan sebuah setelan pakaian untuk dipakai Senja. Ia menyerahkan seperangkat pakaian itu dan mendorong Senja untuk duduk di meja rias. "Duduk di sana, kau perlu berdandan sebelum kencan dengan primadona kampus." Perintah Lindy. Lindy tak perlu mengulang perintahnya karena kali ini Senja cepat tanggap. Ia duduk dengan patuh di depan cermin hias.

MISS HORIZON [ON GOING]Where stories live. Discover now