2 | Why Are You So Blue

3.5K 389 14
                                    

Normal means you can't be different.

-Raline (5 y.o)

***

Mengenakan jas hujan bewarna kuning, Raline meloncat-loncat riang di genangan air hujan yang baru reda sekitar  lima menit yang lalu. Pipinya sampai memerah saking bersemangatnya dibolehkan main setelah hujan.

Beberapa tetangga perumahan ikut mengawasi tingkah lucu gadis itu yang biasanya malu-malu. Atau takut, karena para tetangga tahu tentang kondisi warna mata Raline yang berbeda. Namun, untungnya warga perumahan ini berfikiran lebih maju dan mengerti bahwa kekurangan gadis itu bukan sesuatu yang perlu dibahas atau ditertawakan.

Mereka semua sudah terlalu sibuk dengan kerumitan keluarga dan pekerjaan masing-masing, sehingga mencampuri urusan orang lain bukan hal yang lumrah dilakukan warga di perumahan ini.

Rimba dan Violetta mengetahui hal itu, karenanya mereka semakin mantap untuk pindah dari kampung halaman mereka di Surabaya yang sudah tidak ramah pada mereka.

"Raline.. Mama Lintang habis bikin bolu, kamu mau?" Tanya Lintang menghampiri Raline yang sedang asik sendiri bermain dengan genangan air di jalan depan rumah Lintang.

Rimba yang sedang bertugas merekam aksi lucu Raline lantas berjalan mendekat. Agak kikuk berinteraksi dengan tetangganya yang sudah akrab dengan istrinya.

"Loh, Pak Rimba jam segini sudah di rumah?" Sapa Lintang dengan senyum ramah. Rimba menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Iya bu, saya pulang cepat." Balas Rimba tanpa berniat menjelaskan lebih jauh.

"Mas Arion mana?" Raline menarik baju Lintang meminta perhatian. Matanya yang coklat dan biru berkilau saat ia mengerjap.

"Dia lagi nangis sambil makan bolu tuh, di dalam. Mau main sama Mas Arion?" Tanya Lintang sambil menyejajarkan tingginya dengan Raline. Dengan keibuan Lintang mengusap lembut rambut Raline.

Raline mengangguk pelan.

"Raline boleh main sebentar di rumah saya, Pak?" Lintang mengalihkan pandangan pada Ayah Raline.

Rimba menggaruk tengkuknya terlihat enggan. Dia sengaja pulang cepat tadi supaya bisa main dengan putrinya. Eh, malah diganggu sama tetangga.

"Boleh, ya Yah.." Raline membujuk Ayahnya dengan mata biru dan coklatnya yang berkaca-kaca cemerlang.

Dan Rimba selalu kalah jika sudab ditatap seperti itu.

"Jangan lama-lama ya. Sejam lagi kalau belum pulang, Ayah jemput." Kata Rimba akhirnya, lalu membiarkan putrinya digandeng Lintang masuk ke dalam rumahnya.

Rumah Lintang nampak lengang, hanya suara isakan samar-samar dari arah ruang makan.

"Yon... Ada Raline nih. Udahan nangisnya. Malu ih."

Orion yang sedang sesenggukan di meja makan menoleh, mendapati gadis cilik berjaket kuning menggemaskan sedang menatapnya datar.

Gara-gara bocah itu ngomong yang enggak-enggak, Igoy jadi beneran meninggal.

Orion menatap tajam Raline dengan ekspresi menyalahkan. Sesekali bocah laki-laki itu mengusap hidungnya yang mengeluarkan ingus.

Raline meringis dan mundur selangkah. Aura Orion yang biasanya hangat kini berubah biru. Dingin, seperti air yang membeku.

"Sudah.. jangan sedih terus. Kita makan bolu sama-sama yuk." Lintang mengangkat tubuh Raline dan mendudukkannya di sebelah Orion.

Orion membuang muka, enggan melihat wajah polos Raline.

TERSESAT (Terdampar Season II) (END_revisi)Where stories live. Discover now