3 | Tamu Tak Diundang

3.3K 389 23
                                    

"Bun.. Raline mau main ke rumah Mas Ori ya."

"Tunggu Bunda selesai masak dulu ya, sayang." Violetta mengelus rambut putrinya yang panjangnya sudah mencapai punggung. Raline tampak kecewa saat keinginannya tidak terpenuhi.

"Mau bantuin Bunda dulu, nggak?" Violetta mengangkat alat pengupas buah tinggi-tinggi.

"Mau!!" Seru Raline cepat. Gadis cilik itu memang paling senang jika diajak memasak. Apalagi saat mengupas sayur dan buah yang rupa-rupa warnanya.

Matanya yang berbeda warna itu jadi berkilau indah saat ia tengah fokus dengan pekerjaannya mengupas wortel yang cukup besar dalam genggamannya.

"Raline kenapa suka main ke rumah Mas Orion terus, sih? Kan Bunda jadi sedih, nggak ada temennya." Kata Violetta berpura-pura sedih. Raline menatap Bundanya sekilas.

"Main ke rumah Mas Arionnya kan cuma bentar, Bunda. Nggak lama-lama." Kata Raline dengan nada bijak layaknya orang dewasa. Violetta hampir saja terbatuk, entah kenapa dia jadi merasa seperti jadi anaknya di sini.

"Ok fine. Tapi nanti ceritain Bunda ya, Raline main apa aja di sana." Raline mengacungkan jempol sambil tersenyum lebar.

Mereka begitu asik bergurau di dapur hingga tidak menyadari seorang bocah laki-laki sudah menyelinap ke dalam rumah.

"Katanya mau main, kok lama? Nanti aku tinggalin, nangis." Ucap Orion dengan kedua tangan masuk di kantong celana, membuat Ibu dan anak yang sedang memasak bersama itu terkejut.

"Maaf tante, tadi aku panggil dari luar nggak ada yang jawab, jadi aku lompat pager, terus masuk lewat pintu samping deh." Orion menunjuk pintu kaca dekat dapur yang terbuka. Violetta memang terbiasa membuka pintu itu agar sirkulasi udara jadi lebih segar, dan cahaya matahari bisa masuk ke dalam rumah.

"Kamu bikin tante kaget aja, Mas. Kirain siapa."

"Hehehe.. sorry." Orion malah nyengir semakin lebar.

"Bun... Raline ikut Mas Ori main ya.. " Raline meletakkan wortel dan alat pengupasnya begitu saja. Menatap Bundanya dengan mata berkaca-kaca.

Siapa yang bisa menolak coba?

Ekspresi Raline terlalu menggemaskan.

"Mau kemana sih, Mas?"

"Mau beli es krim aja kok, tante. Di Indomaret depan itu." Violetta menghela nafas pasrah, kemudian mengambilkan jaket, sepatu, dan topi untuk Raline pergi.

"Ya ampun tan, kita kan cuma mau ke Indomaret bentar. Bukannya ke gunung Himalaya." Komentar Orion sambil menahan tawa.

"Jangan banyak komentar, atau kalian nggak jadi pergi bareng." Ancam Violetta cuek.

Lima menit kemudian Raline sudah siap dengan outfit lengkap. Masih dengan ekspresi menahan tawa, Orion berpamitan lalu menggandeng Raline keluar.

"Hati-hati ya sayang..." Seru Violetta yang dibalas anggukan gemas putrinya.

***

"Papa baru tahu kalian tinggal di rumah sebagus ini." Kata Vino, Papa Violetta yang berkunjung tiba-tiba sore ini. Violetta bergeming tidak menjawab. Kedatangan Papanya yang mendadak membuat dia tidak siap.

"Gimana Rimba?"

"Baik, Pa."

"Maksudnya, kerjaan dia. Papa denger dia bikin perusahaan e-commerce sendiri." Vino menyugar rambutnya yang sudah didominasi warna perak.

"O-oh.. iya, lancar kok Pa." Kemudian hening. Vino menatap putrinya lama.

"Adikmu mau menikah. Apakah... Suamimu bisa bantu?"

"Kapan nikahannya? Kok aku nggak dikabarin sih, Pa?" Violetta berseru kaget, tidak menyangka juga adiknya akan memilih nikah di usia muda.

"Papa juga baru tahu."

Violetta mengernyitkan dahi bingung mendengar ucapan Papanya.

"Bukannya Papa Mama dan Vidi sudah balik ke Surabaya dan tinggal bareng serumah?" Tanya Violetta.

"Eh-itu.. maksudnya Papa baru tahu siapa calonnya." Vino menggaruk pipinya sambil terkekeh.

"Terus, Vio bisa bantu apa, Pah?"

"Bantu uang ajalah, biar gampang urusannya. Kasihan adikmu, kemaren kambuh asmanya padahal Minggu depan udah mau lamaran." Ucap Vino sambil mengangkat cangkir kopinya.

Violetta tersenyum kecut. Melihat bagaimana orang tuanya memerlakukan dia dan adiknya begitu berbeda.

"Mana cucu Papa?" Tanya Vino akhirnya. Setelah beberapa saat mereka hanya membahas perihal uang untuk membantu pernikahan adiknya.

"Masih main sama tetangga." Jawab Violetta sudah tidak bersemangat.

"Ya sudah kalau gitu, jangan lupa bilang suamimu. Kalau kalian sibuk, nggak usah dateng aja. Yang penting kalian transfer uang buat Vidi, itu udah sangat membantu." Vino bangkit dari duduknya, kemudian keluar diantar Violetta.

"Bunda!!" Ternyata si kecil Raline  baru pulang dari main bareng Orion dan teman-temannya.

"Hai cucu eyang..." Sapa Vino dengan senyum lebar. Tangannya membuka mengisyaratkan agar Raline masuk ke dalam pelukannya.

Tapi Raline malah bersembunyi di belakang tubuh Orion yang mematung bingung melihat wajah asing di Rumah tetangganya.

"Cucu Eyang nggak mau peluk? Eyang kung kangen banget loh sama cucu Eyang."

Raline beringsut keluar dari tempat persembunyiannya. Lalu dengan langkah ragu ia mendekati Vino.

"Eyang kung kenapa bohong? Kata Bundanya Raline bohong itu tidak baik loh eyang. " Raline, bocah 5 tahun itu menatap Eyangnya dengan penuh penasaran.

Vino tertegun mendengar ucapan cucunya. Senyumnya kemudian perlahan memudar.

Suasananya berubah menjadi aneh.

"Ya sudah, Papa pulang ya." Vino menegapkan tubuhnya lalu berbalik menatap Violetta. Dengan senyum tipis Violetta mengangguk.

Selanjutnya, Vino masuk ke dalam taksi dan melaju pergi.

Raline kecil berlari masuk ke dalam gendongan Violetta, tangannya yang mungil memeluk leher Bundanya dengan erat.

"Bunda kenapa sedih? Raline nakal lagi, ya Bunda?" Bisik Raline dengan menahan air mata.

Bocah mungil itu bisa melihat aura biru yang berpendar di tubuh Bundanya.

"Bunda cuma sedih dikit, bukan salah Raline."

"Tante, saya pulang ya." Orion yang sejak tadi mengamati interaksi Violetta dan Raline akhirnya bersuara.

"Oh iya Mas, makasih udah anterin Raline pulang, ya." Balas Violetta dengan senyum lembut yang dibalas anggukan singkat oleh Orion.

***
TBC.

Maaf dikit, kalau ada waktu, nanti aku double. 🙈

ada sedikit ralat juga, nama eyangnya Vino bukan Trio. Maafin saya pikun XD

TERSESAT (Terdampar Season II) (END_revisi)Where stories live. Discover now