11 | Sampai Jumpa Lagi

1.8K 263 14
                                    

"Ini.. makan dulu." Raline mengeringkan rambutnya dengan handuk sambil berjalan menghampiri Qeith yang sedang menyiapkan makanan di meja makan. Pria berkulit gelap eksotis itu terlihat luwes dengan pekerjaannya di dapur, apalagi dengan apron hitam yang melekat di badannya.

"Terima kasih." Ucap Raline pelan. Qeith merebut handuk basah Raline dan membawanya ke kerajang cucian.

"Cepat makan." Raline terdiam lama mengamati hidangan yang terhidang di hadapannya.

Semuanya adalah daging. Daging bakar, steik, sup daging, dan bubur daging.

Raline menelan ludahnya. Di pandangnya sekali lagi laki-laki yang memasakkan semua hidangan ini dalam waktu singkat, atau mungkin dia hanya menghangatkannya saja.

"Tenang saja, aku nggak akan membunuhmu dengan masakanku." Qeith melipat tangannya di dada. Seakan bisa membaca pikiran Raline yang sedang mengkhawatirkan keselamatannya.

Raline menyendokkan sup daging ke dalam mulutnya pelan.

Ternyata sangat enak. Kuah supnya begitu segar dan rasanya sangat ringan. Benar-benar pas untuk menghangatkan perutnya yang kosong.

Mata Raline melirik hidangan daging lainnya yang tentu saja sangat tidak cocok untuk sarapan.

"Aku yang akan makan semuanya." Kata Qeith cuek. Laki-laki itu melepas apronnya lalu bergabung di meja makan dan mulai menyantap daging bakar yang tampak seperti paha domba dengan satu tangan.

Raline meringis melihat cara makan Qeith yang sangat barbar. Caranya saat memakan daging domba membuat Raline kenyang seketika.

"Mau?" Tanya Qeith sambil menyodorkan tulang yang masih ada sedikit dagingnya pada Raline.

Raline langsung menggeleng cepat dan menundukkan kepala menikmati sarapannya sendiri.

Mereka pun makan dalam diam hingga Qeith menghabiskan seluruh daging di meja makan itu sendirian.

"Kamu tinggal sendiri di sini?" Raline akhirnya bertanya. Dia sangat penasaran dengan identitas Qeith yang sangat misterius.

"Cuma saat lagi pengen sendirian."

"Berarti kamu aslinya nggak tinggal di sini? Tapi, bagaimana bisa aku bersamamu semalam?" Tanya Raline beruntun. Qeith menatap Raline malas. Bicara panjang lebar bukanlah hobi Qeith.

"Cerewet banget sih. Kamu mau balik ke camping ground nggak?" Tukas Qeith lalu pergi mengambil jaket dan mulai mengenakan sepatunya.

Raline bergegas mengambil baju kotornya dan mengikuti Qeith, namun dia baru ingat bahwa semalam dia tidak mengenakan alas kaki.

"Kenapa?" Tanya Qeith saat melihat Raline mematung di depan pintu.

"Kamu punya sepatu lagi nggak?" Tanya Raline dengan nada memelas.

Qeith memutar bola matanya.

"Nggak." Kata Qeith pendek, lalu ia berjongkok membelakangi Raline.

"Cepetan naik."

Raline menatap punggung lebar Qeith bingung.

"Aku gendong kamu sampai sana. Cepet naik." Seru Qeith tidak sabar. Karena kaget, secara Refleks Raline nemplok di punggung Qeith begitu saja.

Qeith langsung berdiri dengan mudah. Raline yang takut jatuh segera melingkarkan tangannya di leher Qeith dengan erat.

"Bisa biasa aja nggak sih, pegangannya. Kamu mau bunuh aku, ya?" Seru Qeith marah. Laki-laki itu terbatuk saat Raline melonggarkan pegangannya.

"Maaf." Bisik Raline merasa bersalah.

Qeith berdecak samar, lalu kembali melangkahkan kaki menyusuri jalan setapak yang dikelilingi oleh pepohonan besar.

TERSESAT (Terdampar Season II) (END_revisi)Where stories live. Discover now