01. Reditus

84 6 0
                                    

Panas terik matahari menyoroti kejam nya dunia ini, pukul 11.00 adalah waktu dimana matahari sedang panas-panasnya. Keluhan bersua di lontarkan oleh manusia-manusia bumi, tak terkecuali gadis yang sedang berlari terburu-buru dengan kaos santai, kulot hitam dan kacamata yang bertengger di kepalanya.
"Siall, kenapa gue bisa ketiduran sih" umpatnya di selingan langkah kaki.
"Astaga gue cape banget" sambungnya dengan nafas yang tak beraturan, " Abis dari mana Lo ?" Tanya gadis berambut pirang itu.

" Kadal Afrika, gue kira telat anjir dari parkiran sampai sini lari-lari. Ternyata itu dosen malah ga masuk, sia-sia gue buang tenaga" ucap gadis tersebut yang di kenal Lula

" Lagian ko Lo bisa lupa sekarang ada jadwal? Abis molor kan ya Lo" sambung lili gadis berambut pirang itu. Yang ditanya hanya bisa terduduk tak berdaya karna kelelahan, pasalnya jarak dari parkiran ke kelas lumayan jauh bisa sampai 10 menit an.

" La, ke rumah lusi yu. Gue gabut anjir" ajak lili, Lula mendengus " tumben banget Lo, ayolah gue pengen sekalian ngecek juga. Itu anak masih hidup atau engga"

" Sialan lo, ngedoain anak orang mati" balasan lili yang di iringi dengan Toyoran

Jarak antara kampus ke kediaman Lusi lumayan dekat sekitar 20 menitan, dan akhirnya dengan jurus Rossie nya Lula mereka sudah menapak jejak di teras rumah lusi.

" Ngapain Lo berdua kesini ? Mau minta sumbangan ? Maaf ya lagi gada" Sarkas Lusi si pemilik rumah, " sialan lo,baru juga Dateng udah di kasih cabe aja gue" sambung Lula

" Siapa yang cabe ?" Tanya lili

" Tuh mulutnya si Lusi cabe sekilo" balasnya dengan diiringi kekehan, dan langsung di toyor oleh Lusi

Mereka melakukan quality time bersama, sudah genap hampir 5 tahun mereka bersahabat. Dulu sering ngumpul bareng, karna sekarang sudah di bilang semester tua mereka jarang sekali melakukan quality time bersama, karna banyak kesibukan masing-masing. Lili dan Lula memilih jurusan yang sama, entah di sengaja atau tidak mereka kembali di pertemukan di univ dan kelas yang sama, namun berbeda dengan Lusi. Saat sbmptn dimulai ia keterima di univ yang berbeda.

" Eh gue ada surat undangan reoni SMA nih" ucap Lusi, "tadi si Bimbim ngirimin ke gue, dan pas banget kalian datang ke sini"
" Mana si Bimbim nya ?" Tanya lili

"Udah pulang lah, 10 menitan dia pulang kalian datang" jawab Lusi, "oiya yuk datang ke reoni" ajaknya

" Gue mah ayok aja, tapi gatau Nih makhluk yang di belakang gue gimana"

" Yang Lo sebut makhluk siapa ya? " Merasa tersindir Lula langsung berucap, " jin Tomang, ya Lo lah. Kan yang di samping gue Lo"

"Oh, kalo Lo berdua mau kesana ya kesana aja. Gue mah engga" ucap Lula

Lusi menghela nafas panjang " La, Lo mau sampai kapan ngehindar terus dari mereka?, Yang udah mah udah katanya Lo udah berdamai sama masalalu"

Lula berdecak, " ini gada hubungannya sama mereka, jadi please jangan sangkut pautkan. Ini cuman bermasalah sama gue nya yang belum siap"

" Udah lus, jangan di paksa. Biarin nnt kita berdua aja yang Dateng" lili menengahi

Move on, sebuah kata yang sering di lontarkan oleh orang-orang setelah berpisah. Kata- kata itu sangat umum dan gampang di ucapkan, namun untuk menjalaninya sangatlah sulit. Mungkin bagi sebagian orang terkesan kata itu sungguh mudah di jalani asal ada niat dan keyakinan, namun berbeda dengan Lula, meskipun dia niat dan yakin masih Blm juga tercapai, ia selalu gagal untuk move on dari kisah masalalunya.

" Pa Bambang parah banget anjir, masa gue udah cape-cape ngerjain tugas dia malah ga masuk. Sia-sia gue bergadang Demi itu tugas" keluhan para mahasiswa memang sering terjadi, seperti gadis di sebelum Lula ini, Tia.

Waktu LuangWhere stories live. Discover now