23. Hadiah untuk Sya

2 0 0
                                    

Hari ini merupakan pembukaan panti asuhan yang ku bangun dengan hasil kerja kerasku selama beberapa tahun bekerja sebagai karyawan swasta.

"Sya, akhirnya aku bisa wujudin cita-cita kita berdua. Seandainya kamu ada di sini pasti bakal seneng banget" lirih ku dalam hati sambil melihat gelang itu, tak kuasa untuk menahan nya lagi. Aku menangis dalam perjalanan, kembali Ku hapus air mata ku, tersenyum haru melihat bangunan yang ku idam-idamkan.

Tepat di tanggal 20 Februari merupakan hari kelahiran kamu sekaligus hari kamu di ambil oleh sang pencipta, untuk Sya panti asuhan ini merupakan hadiah ulang tahun kamu dari aku, selamat ulang tahun anak manis semoga kamu tenang di sana.

Teringat kembali. Kala itu, semua orang pergi meninggalkan ku. Entah apa penyebabnya, tiap aku ikut main dengan mereka selalu saja aku menjadi bahan lelucon mereka. Aku yang seorang perasa sangat amat peka terhadap rasa, menangis pun rasanya percuma.

Kini aku yang perasa lemah dihadapan mereka sekarang mampu kuat melewatinya, berkat dia. Namanya amat cantik seperti orangnya, syafa.
Sesuai namanya dia orang yang suka menolong, ia dia menolongku saat semua orang pergi meninggalkan ku, dia yang selalu menemaniku di saat semua orang menghindariku.

Kaki kiriku dinyatakan patah saat kecelakaan itu, yang menyebabkan aku tak bisa bermain lepas seperti teman-teman yang lain dan menjadi alasan mengapa mereka menjauhiku.

"Kamu kenapa ga ikut gabung dengan mereka?" Tanya Syafa

"Aku ga bisa lari" jawabku dengan lesu, "kamu sakit?" Tanyanya lagi sambil melihat kaki kiri ku yang di balut perban, aku hanya bisa menganggukan kepala.

"Jangan sedih, ada aku. Kita main yang lain saja yuk" ajaknya

Syafa mengajakku mengeksplor dunia, dari mulai pergi ke danau, mandi di sungai, mencari buah di hutan dan masih banyak lagi. Aku sangat senang, akhirnya aku mempunyai teman.

"Cita-cita kamu apa la?" Tanya Syafa, oiya nama ku Lyla.
"Aku gatau, tapi aku ingin jadi orang bermanfaat" jawabku, "wah bagus sekali cita-cita kamu, aku mau bangun panti asuhan. Tapi aku ga punya uang" ucap syafa

"Gapapa sya, nanti kita nabung bareng buat bikin panti asuhan ya" sambungku menenangkan

"Janji ya kita harus sama-sama bangun panti asuhan bareng" kata Syafa sambil mengacungkan kelingking

"Janji" ucapku menautkan kelingkingku dan dia

Hidup kami berjalan normal seperti biasa, kami sekolah menengah pertama bersama dalam satu sekolah dan satu kelas. Orang bilang kami seperti anak kembar namun tak identik, jelas orang beda rahim xixi.

"La, aku nitip surat izin ke kamu ya"

"Loh kamu kenapa ? Sakit ? " Tanya ku

"Aku mau izin pulang kampung  ke solo, ateu aku nikah" ucap syafa, "wah enak sekalian liburan"gurauku di balasan senyum olehnya

"ini suratnya. ini aku ada kenang-kenangan buat kamu gelang yang Minggu kemaren aku beli di pasar malam. Nanti kalo kamu kangen aku liat gelang ini ya" ucap syafa,

"Kamu hati-hati ya.  Kamu nanti pulang kan? Kita akan ketemu lagi kan? "  

"Iya kita pasti ketemu lagi, kamu tunggu aja nanti aku pulang ko cuman 3 hari. Dadah la, aku pergi dulu ya" ucap nya dengan wajah ceria, kami sempat berpelukan lama. Namun mengapa perasaan ku seperti tak rela Syafa pergi ke kampung nya padahal tiap tahun ia rutin pulang kampung, namun hari ini rasanya beda.

Selepas pulang sekolah, ibu langsung memeluk dan berkata, "kamu yang ikhlas ya nak"

"Ibu kenapa?" Tanyaku heran

"Ikhlas ya nak, Syafa dan keluarga kecelakaan dan dinyatakan meninggal di tempat" jawab ayah ikut  memeluk tubuh ku.

Badanku seolah beku, sendi ini tak bisa bergerak sama sekali, nafas yang ku hirup seolah berhenti.

"ENGGGAK...GA MUNGKINNN SYA GA MUNGKINN NINGGALIN AKU IBUUU...., DIA UDAH JANJI BAKAL PULANG LAGI" Teriak ku

"Yahhh... I...ni... Pasti.... Bohong...kan, tolong kalo mau bercanda....ga lucu yahhh..., Sya aku pasti pulangkan?"

Ga mungkin, semua ini mimpi. Syafa ga mungkin pergi, dia janji ko bakal pulang lagi, dia bilang cuman 3 hari di sana. Aku masih tak percaya ini siapapun tolong bangunkan aku dari mimpi ini, namun tiba di saat ambulans berbunyi dan itu bukan lah mimpi. Aku menyaksikan sahabat ku dikebumikan untuk selama-lamanya.

Terima kasih syafa sudah menjadi sahabat terbaikku, aku tak akan melupakan mu sampai kapanpun. Semoga kamu tenang di sana Sya, tuhan titip dia ya!

Waktu LuangUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum