02. Biro jodoh

22 5 0
                                    


Tak pernah terbayang di benak gadis cantik yang bernama Cayrema Septiyani menikah di usia yang tegolong masih muda. Bagi Ema 26 tahun adalah usia dimana giat-giatnya untuk Berkarir, namun bagi kedua orang tuanya, usia tersebut sangatlah tua untuk perempuan yang masih melajang.

"Kamu sudah tidak muda lagi nak, Cepat lah bawa calonmu pada kami" lagi dan lagi sang mamah menasehati anak gadisnya, Tapi dibenak Ema ucapan sang papah lah yang selalu terngiang-ngiang " Mau papah carikan calon nya atau cari calon sendiri" keputusan finalnya

Sungguh di landa dilema berkepanjangan bagi Ema, bagaimana bisa menemukan calon. Semasa sekolah dulu ia dibatasi bergaul dengan lelaki.

"Woi Ma! Kenapa lo" ucap Rara menyadarkan Ema dari lamunanya,

Ema menghela nafas panjangnya " Gue mau cowo" , yang di ajak bicara seketika Terkekeh " Tumben mikirin cowo?"

"Gue di kasih pilihan sama papah, mau nyari calon sendiri atau dijodohin" gumamnya lemas, " gila jaman sekarang masih musim perjodohan? Kayak jaman siti nurbaya aja" Tukas Rara

"Ada, buktinya gue ngalamin" Sarkasnya, Ema mulai bangkit dari kursinya, meninggalkan Rara dengan segala keterkejutannya.

Ema dan Rara adalah karib dekat saat dibangku SMP dulu, semasa SMA mereka berbeda sekolah dan sekarang mereka dipertemukan di perusahaan yang sama.

Keputusasaan Ema masih berlanjut sampai jam kerja di kantor berantakan, karna memikirkan perjodohan sialan itu.

"Eh gue nemu cowo ganteng woi" Histeris orang tersebut yang tak lain teman sekantor Ema, Risa.

"Lagi ngapain si lo? Heboh amat" Tanya Ema yang merasa terganggu dengan kehisterisan Risa. Ana menghela napas " Lo kaya ga tau si Risa aja Ma, dia lagi nyoba aplikasi biro jodoh".

"Coba Ma liat. Ini cowo tiba-tiba ngechat gue. Polisi lagi duh" pungkasnya, "Emang kalo biro jodoh cowonya beneran persis di foto?", penasaran Ema kembali bertanya seperti agen wawancara.

"Beneran lah, buktinya temen gue ketemu di Biro jodoh sampai nikah dan sekarang punya anak"

Seakan mendapatkan lampunya, Ema langsung mengunduh aplikasi tersebut di Google playstore dengan mengggunakan wifi kantor.

Setelah beberapa menit ia mendaftar, sebuah notif berbunyi di ponsel cantiknya.

'Hai' begitulah kalimat pertama yang ada dalam notif aplikasi biro jodoh tersebut. Ema langsung mengklik poto profil orang tersebut, dan hasilnya lumayan.

Tapi pikirannya masih kurang percaya dengan adanya poto profil dan wajah aslinya, siapa tau poto profil tersebut di ambil dari google.

Ia segera mencarinya di google. "Ternyata bukan artis, coba aja dulu Ma lo pasti bisa" gumamnya dalam hati.

Semakin hari kedekatan mereka semakin dekat, Tak ada rasa curiga sama sekali dalam diri Ema. Namun, sang papah selalu mendesak Ema untuk segera membawa calon ke hadapannya.

Memberanikan diri mengajak bertemu yang Ema lakukan, Ia sudah sangat pusing untuk menjawab beribu pertanyaan dari kedua orang tuanya, keluarga besarnya pun tak bosan-bosan selalu mananyakan " Ema kapan bawa calonnya ke acara kumpulan keluarga".

Di akhir pekan mereka akhirnya janjian untuk bertemu disebuah taman, untungnya pria biro jodoh yang kerap di panggil Ari itu menetap di kota yang sama dengan Ema.

"Hai kamu Ema kan? " Tanya lelaki tersebut.

"Ko tau nama gue?" Jawab ema mengeritkan dahinya.

"Gue Ari". Mata Ema sontak melotot, ternyata memang benar adanya malaikat tak bersayap. Orang yang duduk disebelahnya adalah orang yang ada di aplikasi biro jodoh.

Waktu LuangWhere stories live. Discover now