22. Pesan Ayah

2 0 0
                                    

Kala itu, awan mendung seperti suasana hatiku yang sedang tidak baik-baik saja. Kehilangan, adalah hal yang paling menyakitkan. Ingin menyalahkan keadaan pun tak bisa, semua orang tak ingin kehilangan dan di tinggalkan, namun semuanya balik kepada kodrat kita. Manusia adalah makhluk titipan yang sewaktu-waktu akan diambil kembali oleh sang pencipta.

Cinta pertama yang sangat dikagumi,dibanggakan kita telah berpulang. Semua orang kehilangan, termasuk aku. Anak yang paling dekat dengan nya, janji nya kala itu masi amat ku ingat sampai saat ini.

"Mau bagaimana pun keadaan nya, dunia itu keras! Berjanjilah pada ayah, untuk selalu bertahan dan tetap kuat" ucap ayah kala itu,

Seorang gadis yang berusia 6 tahun hanya mengiyakan saja dengan menautkan jari kelingking itu, tak mengerti maksud pesan singkat itu.

Namun, kini ia makin dewasa. Usianya sudah tak lagi belia, banyak fase yang ia lewati selama 24 tahun hidup di dunia.

Tibalah dimana fase menyakitkan datang, aku mempunyai kekasih yang sudah berjalan 4 tahun lama nya. Dan tepat di hari ulang tahun ku, dia melamar ku. Senang! Sangat senang, akhirnya aku bisa hidup bersama dengan nya.

"Enggak! Ini pasti ga mungkin kan ?" Teriak ku histeris, aku syok tak menyangka dengan apa yang aku lihat saat ini.

Pria yang aku cintai, yang aku jadikan rumah keduaku, yang aku jadikan pangeranku berbuat jahat padaku tepat 1 Minggu kami akan melangsungkan pernikahan, undangan sudah tersebar, vendor sudah di pesan, makanan sudah dipersiapkan. Dengan tega dia meninggalkan semua itu demi perempuan yang  baru ia kenal 2 bulan.

Duniaku hancur, aku sudah lelah untuk bertahan. "ayah! Maaf aku tak bisa menepati janjiku, karna ini terlalu sakit" gumamku sambil memegang racun yang siap aku telan.

Aku se frustasi itu ditinggal nya, aku segila itu mencintai nya, sampai-sampai aku lupa akan kata setiap pertemuan pasti ada perpisahan.

Setelah aku menelan racun itu, dunia ku kosong tak ada lagi teriakan ibu yang membangunkanku, sepertinya aku sudah di surga-nya.

"Nak! Kembalilah pada ibumu, kamu harus kuat dan bertahan. Ayah akan selalu ada disampingmu" suara ayah tampak jelas dengan balutan baju putih, senyum nya yang tulus kian memudar dan menghilang dari pandangan ku.

"Retaaa! Akhirnya kamu sadar juga nak. Dokter tolong anak saya sadar" teriakan ibu kini terdengar kembali, saat ku buka mata suasananya bukan lagi dirumah namun di rumah sakit.

Melihat senyum bahagia ibu saat aku membuka mata, membuatku sadar. Duniaku bukan hanya percintaan, ada ibu yang selalu ada disampingku ya harus aku banggakan dan alasan aku bertahan.

Aku kembali berjanji pada diriku sendiri dan menepati janji ku pada ayah, agar selalu kuat dan bertahan dalam keadaan apapun.

Waktu LuangWhere stories live. Discover now