15. Yang belum Usai

4 3 0
                                    

Menurut kalian mantan itu apa ? Sejenis pahlawan yang harus di kenangkah? Atau manusia jahat yang harus di lupakan ? Lalu jika kisah kakak adik zone setelah kandas apakah patut di sebut mantan ? Padahal belum ada penyataan tembak menembak nya.

Itulah yang dirasakan Dinar, ia kagum dengan kakak kelas nya semenjak masa SMA kelas 10 yang notabennya kakak kelasnya sudah kelas 12. Dalam sebuah perkenalan singkat itu, mereka di pertemukan.

Acara pagelaran, adalah acara kesenian wajib tahunan yang diadakan sekolah terfavorit di daerahnya. Dinar yang notabennya siswa kelas 10 nurut saja di tunjuk sebagai perwakilan kelasnya untuk menampilkan tari tradisional.

Sebenernya tiap kelas wajib menampilkan karya seni, entah itu seni musik atau seni tari. Namun peraturan itu kini di tambah harus ada perwakilan kelas untuk mengikuti kesenian gabungan dengan kakak kelas, jadi acara gabungan antara kelas 10, 11, dan 12.

"Din, jgn lupa sepulang sekolah Lo latihan pagelaran ya di kelas 12 Ipa 2"  ucap bocil yang termasuk juga perwakilan kelas mereka.

" Cil ini perwakilan nya cuman kita berdua doang Tah?" Tanya Dinar, " iya Din, soalnya kelas 10 sekarang banyak kelasnya" jawabnya

Dinar menghela nafas, sebenernya ia tak mau karna malu. Ini adalah acara gabungan yang dimana ia harus dilatih dan latihan bareng bukan hanya dengan teman seangkatannya saja. " Perwakilannya jangan gue lah cil" nego Dinar

"Gada yang mau lagi Din, udah tenang ada gue" katanya menenangkan

Pulang sekolah adalah moment yang di nantikan oleh para siswa, tak terkecuali Dinar. Tapi kali ini rasanya ia malas sekali mendengar bel pulang sekolah, karna ia harus kumpulan dan berlatih untuk acara pagelaran.

" Baik semuanya apakah sudah kumpul ?" Ucap kakak kelas itu yang di kenal sebagai ketua OSIS ka Hamzah,

"Sudah kak"

"Yang kebagian seni tari boleh ikut ka oca ya" lanjut ka Hamzah, kakak kelas yang bernama oca mengangkat tangan.

Dinar mengikuti apa yang dikomando kan, ternyata Dinar dan bocil berbeda kesenian, Dinar di bagian tari tradisional sedangkan bocil di tari modern.

Sudah kurang lebih satu bulan lamanya Dinar latihan, ternyata apa yang di bayangkan menakutkan tidak seperti itu, mereka menyenangkan. Terlebih lagi para kakak kelas yang lebih welcome pada adik kelasnya, terhitung dari sekarang dinar di kenal Kakak kelas dan dekat dengan mereka salah satunya ka Uci.

"Din, gue duluan ya. Lo gapapa sendiri Din ?" Ucap ka Uci

Keseharian Dinar yaitu kesekolah membawa sepeda motor sendiri, ia langsung saja bergegas ke arah parkiran untuk mengambil motor kesayangannya, " loh, abuuu! Kenapa Lo ga nyala si, please nanti aja ngambek nya" keluh Dinar yang ternyata motor yang di beri nama abu tak kunjung menyala.

Parkiran sepi, yang tersisa hanya motornya dan motor ninja entah milik siapa.

"Kak, boleh minta tolong ga ? Motor gue ga nyala" pinta Dinar pada cowo pemilik motor ninja itu, " gue coba bantu ya" balasnya

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya menyala juga," motor Lo kehabisan bensin kayaknya, tunggu dulu disini gue mau ke pom" titah cowo itu

Dinar yang merasa tak enak hati langsung berkata," emang nya gapapa ka ? Maaf ya ngerepotin Lo"

"Gapapa santai, Lo tunggu jangan kemana-mana"

Tak lama akhirnya cowo itu kembali dengan satu botol bensin yang entah dari mana, " wahh Lo hebat kak, makasi ya. Ini buat uang bensin nya" dinar langsung menyodorkan uang biru.

"Ga usah, santai aja. Ayo balik udah magrib" tolak nya halus.

Setelah kejadian itu Dinar merasa trauma memakai motor, takut mogok lagi. Alhasil ia meminta supir sang ayah mengantar jemput nya.

Hari-hari ia disibukkan dengan latihan, saat jam istirahat Dinar di ajak oleh ka Uci mengantarkan makanan ke anak seni musik.

"Loh, itu kan kakak yang kemarin. Dia anak musik ? " Tanyanya dalam hati, "masuk aja dek, ci Lo parah banget ngajak orang ga diajak masuk" sahut lelaki itu salah satu teman ka Uci

" Masuk Din" surut ka Uci, "oiya kenalin ini teman gue Dinar dari seni tari" ka Uci memperkenalkan Dinar.

" Gue Adam"

"Dinar kak"

"Gue ikhsan"

"Dinar kak"

"Gue Dean, eh Lo yang kemarin itu kan?" Ucap Dean yang merasa tak asing dengan wajah Dinar.

"Oiya ka, makasi ya udah di bantu"

"Loh? Kalian udah pada kenal?"tanya ka Uci, Dean menjelaskan kronologi nya pada kan Uci, sedangkan Dinar hanya Diam saja karna sejujurnya ia malu.

H-1 bulan acara pensi akan digelar, pembimbing mereka pa teguh menginginkan gladi bersih dari semua seni. Alhasil sebelumnya memang sudah ada koordinasi termasuk seni tradisional dan musik.

Kedekatan Dinar dan Dean semakin terasa, hampir 2 bulan terakhir semenjak kejadian itu dan mereka saling tahu nama membuat Dinar mempunyai kekaguman pada sang Kakak kelas itu, terlebih sikap Dean yang memperlakukan Dinar bak orang spesialnya.

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh anak seni, acara pagelaran dimulai. Tim tari tradisional telah tampil, kini giliran seni musik. Dinar kagum dengan sosok lelaki di atas panggung sana dengan mengenakan baju hitam dan bertugas memegang keyboard, lelaki itu tersenyum tulus dengannya, hangat yang di rasakan Dinar.

"Din dari tadi Lo senyam-senyum aja, ngeliatin siapa si?" Tanya bocil, Dinar menjawab dengan senyuman.

Fyi, ternyata kedekatan mereka tidak sampai acara pagelaran saja, di luar sekolah pun mereka sering jalan bareng. Entah itu embel-embel mengantar membeli sesuatu atau sekedar makan di warung emperan.

Kini Dinar seolah hilang arah, semenjak pengumuman kelulusan. Dean hilang tak terjangkau, semua akun sosial media termasuk whattapp mendadak tidak aktif.

Kisah yang belum di mulai ini mendadak berhenti dan semuanya belum usai.

Waktu LuangWhere stories live. Discover now