Satoru. The Last Descendants / chapter 9 part 2

550 65 9
                                    

Mata biru nampak tak berselera. Terpaku pada sesuatu berwarna hijau. Terlihat segar namun saat dicecap rasanya hambar. Apalagi ketika dikunyah kadang terasa keras. Brokoli.

Satoru dengan malas menyendok sayuran hijau tersebut. Namun ia tidak langsung memasukkannya ke mulut. Ia kembali memandangi sayuran berbentuk layaknya pohon itu. Semakin dipandang semakin hilang seleranya. Padahal itu makanannya sehari-hari, namun lidah Satoru masih belum terbiasa dengan tekstur dan rasanya. Mungkin juga karena realita bahwa Satoru mempunyai sweet tooth.

Sejak ia memasuki masa awal persiapan sebelum uji coba laboratorium, Satoru kali ini harus mengatur gizi dalam makanannya. Salah satunya mengurangi makanan manis yang ia konsumsi.

"Hal ini untuk kesehatan fisikmu, Satoru. Kau akan mendapatkan imun. Agar ketika uji laboratorium dilakukan. Kau tidak akan mendapatkan efek sampingnya secara besar-besaran." Begitulah kata profesor ketika ditanyai Satoru.

Ya meskipun begitu. Apakah lidah Satoru harus sampai tersiksa dengan makanan neraka ini?

55% sayur, 30% protein dan sisanya adalah karbohidrat. Bagaimana rasanya bukan seperti neraka bagi Satoru. Sayur yang terasa hambar dan kadang juga terasa pahit menjadi makanan sehari-hari. Sangking banyaknya sayur yang harus ia makan, tingginya naik drastis. 190cm di usianya yang masih 17 tahun.

"Satoru!"

Yang dipanggil terkejut. Sampai brokoli yang awalnya berada di atas sendok malah terlempar dan jatuh ke lantai. Sangat disayangkan, tapi Satoru merasa senang.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan suara pintu menyusul setelah namanya terpanggil. Satoru tanpa basa-basi langsung membukakan pintu. Seorang pelayan wanita yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya, terpampang berdiri di depannya. Kalau ditebak-tebak, kedatangan wanita itu sepertinya membawa sebuah berita.

"Satoru kau masih makan?" Tanyanya seraya mengintip ke dalam ruangan.

Surai putih itu disisir kebelakang oleh sang pemilik. "Ya.. seperti yang kau lihat." Jawab Satoru singkat dengan nada malas.

"Baiklah, jika sudah selesai. Pergilah ke ruang kepala laboratorium. Ada seseorang yang menunggumu."

Satoru mengernyitkan dahi. "Seseorang? Siapa?"

Wanita itu tersenyum ketika Satoru mulai penasaran dengan orang yang akan ia temui. "Sebaiknya kau segera mendatanginya. Bibi pamit dulu." Itu saja yang ia sampaikan. Lalu berjalan meninggalkan tempat.

Pintu ditutup rapat oleh Satoru. Menyandarkan punggungnya di daun pintu, sambil berpikir, Siapa itu "Seseorang".

Dagu ia sanggah dengan jemarinya. Mencoba memikirkan siapa orang yang dimaksud, karena pikirannya masih dilanda oleh rasa penasaran.

Satoru bergumam. "Memangnya siapa.." Sejumlah orang yang pernah ia temui berputar-putar dalam pikirannya.

"Atau jangan-jangan... "

"..YANG BENAR SAJA!" Tiba tiba tubuh Satoru jadi bergairah semangat. Dengan cepat ia melahap semua makanan bahkan sayur yang selama ini ia benci. Ia menelan sayur hanya dengan tiga atau empat kunyahan saja lalu langsung terjun ke lambung. Dia tahu, dia tidak ingin lidahnya tersiksa lebih lama dengan rasa benda itu.

Setelah piring terlihat agak bersih. Tangan kanannya menyambar gelas berisikan air dan meneguknya sampai habis. Jika dibandingkan, itu adalah rekor tercepat Satoru memakan sarapannya. Jangan lupa bahwa hal ini tidak akan terjadi apabila bukan dari dorongan kedatangan seseorang yang sekarang ia tebak.

Profesor Akari. Wanita yang pernah menjadi sosok ibu ketika masa kecilnya hadir di kepala Satoru ketika ia menebak tamu yang akan ia temui. Tentu saja ia yakin bahwa Profesor Akari sedang memberikan surprise untuk kedatangannya-ah tidak, dia memberikan surprise untuk kepulangan dirinya. Rumah masa kecil Gojou Satoru telah kembali, dan ia ingin sekali segera menempatinya secepatnya.

Find Your Way Home. SuguSato AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang