Rest / chapter 14

677 68 24
                                    

Sinar terang masuk memenuhi ruangan dapat ia rasakan dari kelopak matanya. Suguru bangun, tetapi dia masih terbaring menjaga kesadarannya agar tidak tertidur lebih lama.

Perlahan, dia mengingat sedang dimana dan dengan siapa, apa yang terjadi kemarin dan apa yang membuatnya tertidur di tempat ini.

Hari kemarin memang sungguh melelehkan. Membuat raganya masih melekat pada kasur empuk itu selama beberapa saat. Kasur hotel memang tidak pernah mengecewakan. Bantal lembut yang menyerap suhu rendah dari pendingin ruangan juga membuat tidur menjadi lebih nikmat. Dan tentu saja, bantal guling yang Suguru tak berhenti untuk memeluknya sepanjang malam.

'Tunggu.

Seingatku tidak ada bantal semacam itu di hotel ini... Berarti.. aku...'

Suguru dengan cepat bangun. Memaksa kesadarannya untuk cepat pulih. Pengelihatannya semakin jelas, ketika ia menemukan Satoru yang tidur menghadap ke arahnya.

Dia ingat bagaimana mereka berdua berbaring membelakangi satu sama lain. Tetapi, dia juga tidak mengetahui apa yang terjadi dengan mereka sepanjang malam. Ini sesuatu yang memalukan, tapi untung saja dia yang bangun lebih dulu.

Tubuh Suguru yang masih terasa lemas, lalu memilih untuk membaringkannya lagi. Dengan wajahnya, yang kini ia posisikan tepat di depan Satoru. Ia merasa De Javu setiap kali melihat wajah penuh ekspresi itu kini diam dan tenang. Seperti ketika ia pertama kali menemukannya tertidur di kamar miliknya. Wajah Satoru ketika tidur seringkali mampu menyihir Suguru untuk masuk ke dalam lamunan tiada batas. Sama seperti saat ini, Suguru jadi ingin kembali jatuh ke pulau kapuknya lagi.

Semakin lama memandangnya, semakin besar ia menyadari, "Tampan", sepertinya bukan pujian yang cocok untuk ditujukan pada pria di depannya. Akan tetapi "Cantik" adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan paras pria itu. Bulu mata putihnya yang lentik dan lebat, juga bibir ranumnya tak bosan menarik perhatian pria bersurai gelap.

Bahkan ketika dunianya sedang tidak baik-baik saja, dia mampu terlelap dengan tentram. Mungkin, dia kelelahan. Begitu juga yang dirasakan Suguru. Badannya yang remuk terasa lega ketika ia istirahatkan di atas kasur.

Suguru menempelkan punggung tangannya ke dahi kecil Satoru. 'Dingin. Syukurlah dia tidak demam.' Punggung tangannya yang masih menempel kini berujung membelai lembut kepalanya. Sesekali menyisir helai rambutnya agar terlihat rapi. Dilihat-lihat luka di dahi sudah cukup mengering. Suguru berencana untuk mengobatinya lagi nanti.

Suguru bangkit setelah berbaring cukup lama. Meregangkan otot-otot sebelum beranjak dari kasur. Dia meraih jam tangan digital milik Satoru yang akhirnya dapat ia lepas setelah Satoru memberinya izin.

Masih pukul delapan tepat. Dia hanya tidur selama kurang-lebih tujuh jam. Namun sepertinya sudah lumayan cukup untuk mengisi tenaganya kembali. Meski itu tidur pertamanya setelah perjalanan panjang kemarin, sepertinya... Suguru harus mengakui. Bahwa, itu tidur paling pulas yang pernah ia rasakan.

Dia akan mengawali paginya dengan membersihkan diri, lalu turun ke lobby untuk menikmati sarapan. Dan apabila ia beruntung, ia akan bertemu dengan manami dan membincangkan beberapa hal penting.

*****

"Hoam... Suguru... Jam berapa?" Tanya Satoru dengan mata yang malas untuk terbuka. Tangannya lalu meraba-raba sprei yang terbentang disampingnya. Mencari-cari keberadaan pria yang ia ajak bicara.

"Suguru?..."

Pria itu kebingungan karena orang yang ia cari tidak berada di atas kasur. Pikirannya lalu langsung menuju ke arah kamar mandi. Ya, sepertinya Suguru sedang mandi. Tapi telinganya tak menangkap suara gemericik air atau aktivitas sama sekali disana.

Find Your Way Home. SuguSato AUDonde viven las historias. Descúbrelo ahora