Paid Off / Chapter 23

514 55 12
                                    

Suasana kantin yang awalnya bak kota mati mendadak berubah menjadi lautan manusia yang sudah tak sabar mengisi kembali perut mereka yang kosong. Meski datang berbondong-bondong, mereka tetap membentuk antrian rapi dan disiplin. Meja dan kursi langsung terisi dalam sekejap, dan pegawai yang berada di kantin sangat bekerja keras untuk menyajikan menu terbaik mereka. Keramaian datang dari dapur, langkah kaki, hingga koki kantin yang berteriak mempromosikan makanannya untuk dibeli.

Tapi, di salah satu meja, seorang lelaki muda dengan kaos putih polos yang dikenakan sebagai seragam latihan itu tengah menatap serius pada sesuatu hingga mengabaikan makan siang yang telah ia beli beberapa menit yang lalu.

"Oi! Kenapa kau malah melamun? Nasimu akan dingin nanti." Sahut pria di sampingnya yang membuat pemuda itu terkejut.

"Bisakah kau tidak berteriak! Pergi ke dokter telinga itu akan sangat mahal!" Balasnya suara meninggi. Tapi rekan di sampingnya malah tertawa.

"Apa yang membuatmu melamun seperti itu? Jangan biasakan. Bisa-bisa ada peluru nyasar ke kepalamu yang kosong itu." Rekannya di depan juga ikut menggoda pemuda itu.

"AH! Diam! Kau jangan ikut-ikut." Lalu disusul oleh tawa semua orang yang duduk di meja.

Sang pemuda jadi tambah kesal. Dia mengalihkan pandangannya ke samping dengan tangan kiri yang menopang kepala. Dan untuk waktu yang singkat, dia kembali menyelami palung lamunan yang ia ciptakan. Tentang apa yang ia lamunkan, bukanlah cerita khayalan atau skenario di kepala. Akan tetapi, ada sesuatu yang mengganjal di kepala membuat dirinya tak nyaman untuk makan dengan tenang.

Jauh dari tempatnya, pemuda itu memandang seorang lelaki dengan seragam lengkap dan lencana jabatan menggantung di saku. Tubuhnya tinggi dengan otot-otot yang terukir pada lengannya yang terekspos. Rahangnya sangat terbentuk dengan sudut yang sempurna sehingga terlihat sangat tegas.

Lelaki yang tengah diamati itu adalah wakil kepala polisi kota Tokyo. Ryomen Sukuna. Dia berkunjung ke akademi kepolisian untuk memantau latihan tembak yang dilakukan anggota mereka yang baru. Tapi, bukan kedatangan Sukuna yang membuat pemuda itu melamun hingga memunculkan banyak pertanyaan di benak.

"Menurutmu... siapa yang lebih kuat? Tuan Ryomen, atau Tuan Getou?" Tanyanya tanpa disadari. Tapi rekan-rekannya cukup jelas mendengar sehingga mereka langsung menyahut.

"Tentu saja Tuan Ryomen, meski dia hanya menjabat sebagai wakil, aku yakin dia lebih kuat dari Tuan Getou."

"Oi! Tuan Getou mendapatkan jabatan sebagai kepala itu bukan tanpa alasan. Justru dia yang paling kuat."

"Apa maksudmu? Apakah kau tidak pernah melihat fisik Tuan Ryomen yang bahkan kita saja kadang merasa ketakutan ketika memandangnya? Sudah jelas dia yang paling kuat! Tingginya bahkan melebihi sang Kepala Polisi."

"Itu argumen terbodoh yang pernah aku dengar. Kekuatan tak harus ditunjukkan dari fisik, tahu! Tuan Getou mungkin terlihat ramah dan lembut, tapi aku percaya ada kekuatan besar yang ia sembunyikan."

"Kau benar! Aku dengar sejak SMP, Tuan Getou sudah menjuarai banyak turnamen bela diri!"

Pertanyaan yang tak sengaja diajukan pemuda itu rupanya telah memancing sebuah perdebatan. Berbagai argumen dikeluarkan yang kemudian dibalas dengan argumen lain yang membantah. Masing-masing sangat keras kepala mempertahankan kubu mereka dan terus membela diri.

"Hm, bagaimana kalau kita membuktikannya langsung dengan sebuah pertandingan..."

"Itu ide yang bagus! Kita akan mengatakan bahwa dia yang mengusulkan ide ini." Katanya menunjuk pada pemuda yang mengawali perdebatan dengan pertanyaannya tadi.

Find Your Way Home. SuguSato AUWhere stories live. Discover now