> 5 <

141 9 0
                                    

🌱Nyatanya Aku Terlalu Berharap🌱
Meski Tak Diharapkan

•~•

Maaf ya kalau ceritanya ngak nyambung plus banyak kata-kata yang salah🙏
Karna jujur ini cuma sesuatu yang terlintas di pikiran ku, trus ku ungkapin dalam bentuk kata-kata.
Padahal aku ngak pinter ngerangkai kata😭
Soo mohon di maklumi🙏

Happy Reading ^^

Terhitung sudah 5 hari vino tinggal di kediaman rafa, 5 hari pula ponselnya ramai dengan permohonan vian yang memintanya pulang.

Sekarang ia sudah tau, orang tuanya tak akan memperdulikannya walau ia tak pulang hampir seminggu, bahkan sepertinya mereka tak tau dan tak ingin tau.

Dengan amat terpaksa karna bujukan saudaranya ia kembali melangkahkan kaki nya ke rumah, rumah yang sudah menjadi saksi bagaiman perlakuan yang ia dapatkan selama ini.

Dengan menggendong tas ranselnya vino berjalan tanpa permisi masuk ke dalam rumah, padahal di ruang keluarga tampak keluarganya yang sedang bersantai.

Adi  menatap vino dengan nyalang dan beranjak dari duduknya.

"Bagus sekali, kamu pasti hanya datang untuk meminta uang bukan?" Tanya di dengan remeh, sontak vino yang sudah berada di tangga menoleh.

"Maksud papa?" Tanya vino dengan wajah datarnya.

"Padahal saya sudah senang lho bila kamu pergi dari rumah" ungkap adi lagi, dan sialnya itu berhasil menggores hati vino.

"Paaa" vian ikut berbicara karna malas dan kesal saat melihat sang saudara merasa tersakiti, bahkan jujur ia juga ikut merasa sakit.

"Diam vian!" Titah raya dengan sedikit tegas.

"Apa yang akan kamu lakukan di rumah saya?" Tanya adi dengan tatapan menghunus tajam.

"Ini juga rumah vino, vino berhak pulang dan tinggal di sini" ucap vino santai, ia mencoba memberanikan diri dengan berucap sesantai mungkin.

"Siapa kamu? Beraninya menganggap ini rumah mu?"

"Saya Alvino Dekta Adinata anak anda tuan Adinata" ucap vino dengan memberi penekanan pada kata terkhir.

"Wah wah wah, bahkan saya tak pernah mempunya anak bernama seperti itu" remeh adi meski nadanya terdengar menusuk.

"Paaa" vian menyela namun tak di hiraukan.

"Sekarang!!! KELUAR DARI RUMAH SAYA, JANGAN PERNAH MENGINJAKKAN KAKI MU DI SINI!!" bentak adi tiba tiba.

Bahkan vian sampai memelototkan matanya, ia tak habis pikir dengan sang papa, sedangkan vino malah tersenyum meremehkan.

"Baik bila itu yang anda inginkan, saya akan pergi, terimakasih telah menampung saya selama ini" setelah mengucapkan itu vino naik ke kamarnya.

Mengambil beberapa barang miliknya, miliknya karna ia membelinya dengan uang hasil kerjanya sendiri selama ini.

Tak banyak bahkan ia hanya membawa ranselnya dan satu tas jinjing berukuran sedang, dengan santai ia lewat di hadapan sang papa yang masih menatapnya tajam.

Aku Bukan Dia ( kita Berbeda )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang