> 35 <

101 7 0
                                    


Suasana lorong yg sepi itu di selimuti ketegangan, ada dua orang yg sedang di tangani secara intensif di dalam sana, bersama beberapa dokter dan perawat.

Tetesan air mata yg sudah tak terbendung, di sertai isak tangis menghiasi tiap-tiap detik dan menit saat-saat menunggu pintu ruangan itu terbuka.

"Gimana? Gimana sama mereka bi'" tangis raya sudah tak bisa di bendung sedari mendapat berita tadi.

"Nyonya, nyonya yg sabar, tuan dan aden pasti baik-baik aja" bi ani mencoba menenangkan raya yg terisak di dekapannya meski ia juga ikut menangis.

Di sisi lain


"Pa?"

"Vi..vin..no?"

"Papa ngak papa kan? Ngak ada yg luka kan?" Tanya vino beruntun.

Dengan teliti, kedua manik itu menatap intens ke arah adi yg berdiri, terdiam di tempat, menyaksikan vino yg menatapnya khawatir.

"Saya tidak apa-apa" jawab adi yg membuat helaan nafas lega terdengar dari vino.

"Lain kali papa kalau nyebrang jalan hati-hati ya, jangan main ponsel, bahaya paa"

"Oh iya, belakangan ini papa sering begadang ya? Vino liat kantong mata papa keliatan banget"

Adi tak merespon, ia hanya diam saja, mengamati wajah yg lumayan mirip dengannya dan raya itu.

"Vian bilang papa banyak kerjaan jadi sibuk terus, sampai nggak ada waktu buat vian sama mama, sekali-kali ajak mereka liburan dulu lah paa, kasian lho mama kaya kurang hiburan" kekehnya di akhir kalimat.

Tawa yg sudah lama sekali adi tak mendengarnya, hingga rasanya sangat asing saat tawa itu memasuki pendengarannya.

"Pa? Kok bengong? Ada yg sakit ya?" Raut khawatir itu kembali tercetak jelas di wajah vino.

"Tidak"

"Pa? Vino boleh minta sesuatu ngak? Vino janji cuma satu kali iniiii aja"

Dapat adi lihat tatapan penuh harap dari vino, entah mengapa dari yg adi lihat sekarang, wajah vino lebih berseri-seri, bahkan senyum itu tak lepas sedari tadi.

"Apa itu?"

"Vino cuma minta satu hal, papa jaga vian sama mama baik-baik ya, jangan biarin mama sama vian sedih, apalagi karna vino"

"Maksud kamu?"

"Ya pokonya gitu deh, oh iya vino boleh ungkapin rahasia ngak sama papa?"

"Rahasia?"

"Iya! Rahasia yg ngak ada seorang pun yg tau"

Adi tak tau apa yg ia lakukan, tapi dengan spontan kepalanya mengangguk pelan, melihat binar memohon yg tercetak di wajah vino.

Dan dengan segera vino menarik tangan adi menuju bangku yg ada di tempat itu, bangku putih di bawah pohon yg lumayan rindang dengan kolam ikan berukuran sedang tak jauh di hadapannya.

Semilir angin membelai lembut wajah vino, menerbangkan beberapa helai rambutnya, menambah kesan damai dan tenang.

"Apa yg ingin kamu bicarakan?" Tanya adi dengan pandangannya yg lurus ke depan, memperhatikan air kolam yg tenang.

"Tapi setelah ini, vino mohon papa tetap jadi diri papa ya, jangan berubah, tetap jadi papa yg vino kenal" jari kelingking itu tersodor di hadapan adi.

Meski ragu, adi mengaitkan jari nya dengan jari vino yg lebih kecil itu, bahkan ia berpendapat bahwa jari vino sangat kecil dan kurus.

Aku Bukan Dia ( kita Berbeda )Where stories live. Discover now