Chapter 43

2.5K 166 7
                                    

Denada mendesah bosan, sudah hari ke 5 sejak ia sadar, dan ia masih belum diijinkan pulang. Sejujurnya, ia kesepian. Jovita tidak bisa terus menerus menemaninya karena sedang dikejar deadline untuk menyiapkan kontrak perusahaan. Kevlar pun hanya datang saat malam. Teman teman satu divisinya pun hanya berkunjung dua kali. Dari Jack juga Denada mengetahui, bahwa kasusnya ternyata sudah dimuat di media online sekaligua koran lokal dan menjadi bahan pembicaraan heboh di kantor.

"Aku sudah mengisi kuota untukmu. Kau bisa menonton drakor sepuasnya." Kevlar yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, mengancingkan kemejanya sambil menghampiri Denada.

"Aku ingin pulang." Denada berguman lirih "Aku sudah membaik, dan sejujurnya aku sangat bosan berada di rumah sakit."

"Tunggulah girl, bersabarlah beberapa hari lagi. Kita tunggu sampai semuanya benar benar aman, girl." Kevlar mengecup kening Denada dan meletakkan tablet di atas nakas.

"Kei...." Denada menatap Kevlar, tampak ragu.

"Apa girl?" Kevlar mengusap lembut rambut Denada.

"Aku mau red velvet, boleh?" Denada menggigit bibir bawahnya, menatap Kevlar dengan tatapan memohon.

"Off course, girl. Akan kubeli sebelum kesini, ada lagi?"

"Itu saja. Thanks, Kei." Denada tersenyum lebar.

"Aku ke kantor dulu." Kevlar meraih tengkuk Denada, mengecup dan mengulum bibir Denada dengan lembut, sebelum melepasnya dan mengusap perlahan bibir Denada dengan ibu jarinya "Berhenti menggigit bibirmu, girl. Jangan menggodaku melakukan hal hal di luar batas daya tahanku." Kevlar menggeram gemas sambil menempelkan keningnya di kening Denada.

"Sorry..." Denada terkekeh kecil dan mengusap pipi Kevlar "Pergilah...."

"Nanti ada yang menemanimu."

"Aku tau...." Denada mengangguk sambil tersenyum, sudah menjadi sebuah rutinitas, akan ada yang menemaninya selama Kevlar bekerja di kantor.

"Hubungi aku jika terjadi sesuatu."

"I will." Denada mengangguk tegas.

Kevlar mengulas senyum samar, merapikan kemejanya dan meraih jasnya di atas sofa, sebelum akhirnya melangkah meninggalkan ruang rawat.

*****************

Perawat wanita dengan name tag Rossa dan memakai masker bedah, tampak keluar dari dalam lift dan memegang baki berisi stetoskop, tensimeter, beberapa botol kecil cairan obat suntik, botol infus dan alat suntik.

Rossa berpapasan dengan seorang perawat pria saat ia hendak keluar dari lift.

"Ke kamar mana?" perawat pria itu melirik ke arah baki yang dipegang Rossa.

"VVIP." Rossa menjawab pendek.

"Oh.... Bukannya seharusnya sudah? Tadi pagi?" Perawat pria itu tampak mengenyitkan keningnya.

"Entahlah, aku hanya menjalankan perintah." Rossa mengangkat bahunya, melirik ke arah baki yang dipegangnya.

"Baiklah. Jangan lupa setelah dari ruangan VVIP, langsung ke ruang koordinasi. Ada briefing kecil, 15 menit dari sekarang." perawat pria itu melirik ke arah arlojinya.

"Oke." Rossa mengangguk dan berjalan meninggalkan area lift ke arah ruangan VVIP.

Tok tok tok

Setelah mengetuk pintu, Rossa membuka kecil daun pintu dan mengintip masuk.

"Maaf, jadwal visite." Rossa berbicara dengan suara pelan dan lembut, mengulas senyum di wajahnya.

DESTINY (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang