18

1.9K 85 4
                                    

"M-Maksud bapak?"

"4 menit."

"P-Pak, ini kenapa sih? Emang Jeno sama saya salah apa?" Ucap Renjun terbata-bata.

"Salah apa kalian bilang? Kalian buat Jaemin sengsara, dan sekarang kalian tanya kalian salah apa?"


"Hyung, firasat gw ga enak nih... Gw telpon aja kali ya?" Jaemin bergerak frustasi karena khawatir Jaehyun akan melakukan hal yang tidak-tidak. "Ha? Kalo kata gw sih ga usah." Jawab Doyoung dengan cepat. "Hyung, justru mendingan Jaemin telpon deh. Gw takut temennya kenapa-napa. Tadi di telpon Jaehyun sempet ngomong Jeno sama Ren siapa gitu." Mark masih bersiap-siap dengan senjata dan anak buahnya. "The hell? Dia mau apain Jeno? Hyung! Cepet telpon Jaehyun terus bilang gw pingsan. Gw yakin dia langsung balik." Taeyong pun langsung melakukan apa yang Jaemin minta. Tak lama setelah berdering, telepon itu diangkat.

"Halo, kenapa?"

"Jae! Sumpah Jae lu mending cepetan balik deh."

"Ada apa sih? Urusan gw masih belom selesai."

"GW GA PEDULI URUSAN LU APAAN. JAEMIN PINGSAN!"

"On the way."

"Gimana?"

"Of course langsung ke sini. Mark, mending cepetan bantuin tu dua orang. Jaemin, lu cepetan ke kamar. Jaehyun kalo udah ngebut ga main-main."

"Siap. Nanti kalo ditanya kenapa bisa pingsan, bilang aja tiba-tiba lemes." Semua mengangguki Jaemin dan membantu Jaemin menuju kamar Jaehyun.


"Kali ini kalian beruntung. Saya kasih waktu untuk kalian 2 hari untuk pergi dari negara ini. Jangan pernah sekalipun membuat saya melihat wujud kalian kalau kalian masih ingin hidup." Setelah mengucapkan kata-kata terakhirnya Jaehyun langsung berlari meninggalkan mayat-mayat di lorong dan langsung menuju kediamannya.

"Mana Jaemin? Dia kenapa? Kenapa bisa pingsan?"

"Napas dulu Jae. Kita juga ga tau kenapa, yang jelas dia tiba-tiba lemes banget." Ucap Taeyong sembari menjulurkan segelas air pada Jaehyun. Walaupun ditolak.

"Dimana sekarang?"

"Kamar lu lah." Jawab Yuta sengit. Memang terkadang panik membuat orang menjadi bodoh.

Jaehyun pun membuka pintu kamarnya dengan pelan. Melihat kekasihnya yang sedang terbaring di kasur putihnya dengan muka pucat. Mengapa bisa pucat? Tentu saja dengan kekuatan make up-nya. "Jaemin..." Jaehyun mendekati Jaemin dan mengelus pelan wajah si manis. Perlahan Jaemin bergerak dan membuka matanya. "H-Hyung? Huekk!" Jaehyun langsung panik saat Jaemin berusaha memuntahkan isi perutnya. Bagaimana tidak mual, Jaehyun mendatangi Jaemin dengan baju penuh darah. Bau amis itu sangat menusuk indra penciuman Jaemin. "Na, you okay?" Jaemin semakin mendorong badan Jaehyun. "Hyung, bau darah..." Lirih Jaemin dengan lemah. Awalnya ia hanya mau akting, tetapi berkat bau darah itu Jaemin benar-benar mual.

Setelah Jaehyun membersihkan badannya ia kembali menghampiri Jaemin. "Hey, I'm sorry..." Jaemin lebih memilih untuk menutup matanya. Kepalanya masih berputar karena Jaehyun. "Hyung tadi kemana?" Tanya Jaemin dengan mata tertutup. Jaehyun tidak menjawab walaupun tangannya tetap sibuk mengelus tangan Jaemin. "Hyung? Aku tau hyung memang orang yang kejam. Tapi aku mau hyung jangan main bunuh orang. I don't care sama orang yang udah hyung bunuh. Tapi Jeno sama Renjun ga salah apa-apa. Jeno pasti juga cape selalu aku manfaatin." Jaehyun tertegun saat Jaemin berbicara dengannya menggunakan kata 'aku'. "I'm sorry..." Senyum pun muncul di wajah Jaemin. "It's okay, hyung ngelakuin itu karena hyung sayang sama aku. Thank you, Daddy." Wajah Jaehyun langsung mengeras. "Jangan mulai lagi, Jaemin."


"The hell? Jaehyun hyung udah gila apa gimana dah? Dia yang bunuh mereka semua sendiri?"

"Iya, Boss. Kami tidak ada membantu Boss Besar saat kejadian. Sepertinya akan sulit untuk menutupi kejadian ini dari berita."

"Gapapa. Bilang aja ke mereka ada pembunuh bayaran masuk. Jangan lupa bilang keadaan udah aman karena pembunuh bayaran juga udah mati."

"T-Tapi siapa yang bakal jadi pembunuh bayarannya, Boss?"

"Lu mau?"

"..."

"Boongin mereka apa susahnya sih? Bodoh emang."

"Baik, Boss."

"Kalian urus sisanya. Gw harus balik."

"Jen... Gw takut..." Ucap Renjun yang masih berada di ruang kelas bersama Jeno.

"Ga perlu takut. Kalian bisa dateng ke kuliah kayak biasa. Jaehyun hyung emang gitu orangnya. Ga usah dibawa ke hati. Kalian pulang dulu sekarang. Lewat pintu belakang kalo ga mau muntah." Mark langsung meninggalkan mereka setelah memberikan informasi ambigunya.

"Ayuk aku anter pulang. Gapapa, percaya sama orang itu." Jeno pun menggandeng Renjun dan pulang bersama. Mereka bahkan tak tahu bahwa kampus mereka telah dipenuhi mayat.




Tiba-tiba bingung mau lanjutin gimana wkwkwkwkwk draft ceritanya cuman sampe sini doang :" Jangan lupa vote & comment!

That Teacher Who I Like [2Jae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang