8 - Tertangkap Malu

11 3 0
                                    

"Kak David tahu tidak kenapa bunga cepat layu? Karena kelopakya semakin rapuh. Meskipun kelihatannya dia tidak keriput atau kering sama sekali. Jadi mereka harus layu. Agar ketika bergantian bunga lain yang mekar, dia tidak akan tersisihkan dari pandangan. Itu sama seperti manusia yang memiliki semangat hidup dan redup. Ada masa di mana seseorang akan merasa jatuh pada semangatnya. Tetapi sebenarnya itu untuk mengusir keraguan. Supaya dia bisa bersemangat lagi dengan semangat yang baru. Tapi dia tidak akan pernah lupa momen pertama kali dia bersemangat dalam hidupnya.”

David sedang merenung di dalam kamarnya sembari memikirkan perkataan Gita tempo hari di taman panti sesaat sebelum hujan turun membuat percakapan mereka seketika terhenti. Perkataan Gita sangat ngena di hati David. Sejujurnya dia juga masih terkurung dalam kejatuhan karirnya yang begitu mendadak. Setelah semua yang dia lakukan dan bangun dari usianya remaja, malah hancur sekejap cuman karena skandal palsu yang dibuat oleh saingannya. Mengingat itu David rasanya ingin mengumpati Rainer sampai ke neraka.

Tetapi kata-kata Gita entah mengapa membuatnya menjadi merasa tenang. Seolah semua akan baiak-baik saja dan bukan masalah yang besar jika dirinya pernah mengalami kegagalan. Karena akan tiba saatnya karirnya kembali bangkit dengan semangat yang baru. Mungkin benar perkataan Gita. Dia terjatuh saat ini agar dirinya tidak merasa ragu untuk menganggap Rainer sepenuhnya sebagai musuh. Dia juga tetap harus mengingat semangatnya yang dulu untuk bangkit kembali dengan lebih kuat lagi dari sebelumnya.

Seperti kata pepatah, habis gelap terbitlah terang. Kali ini David ingin mempercayai itu.
“Bos. Ada Gita di bawah.” Pintu kamar David dibuka dari luar dan pelakunya adalah Pandu yang memberitahukan kedatangan si gadis yang baru saja dia pikirkan itu.

“Sekali lagi lo buka pintu kamar gue tanpa ketuk dulu, gue pindahin lo ikut Leo.” David menatap tajam anak buahnya itu.

“Eh, iya sorry, sorry, Bos. Lo jangan usir gue dari sini apalagi sampai pindahin gue ke Leo. Gue gak mau ikut dia,” ujar Pandu memasang wajah memelasnya.

Leo adalah sepupu David yang juga seorang photografer. Saat kejatuhannya dulu, David sempat meminta Leo agar menerima Pandu dan Galang. Leo setuju saja, toh saat itu dia sedang kekurangan staf. Tetapi kedua sahabat David menolak dengan keras. Mereka sangat mengenal Leo dengan sikapnya yang super menyebalkan dan sering menyulitkan bawahannya. Jadi sekalipun David tidak ingin membawa mereka, tetapi mereka tidak akan pernah mau ikut bersama Leo.

“Tapi kenapa cewek itu ke sini lagi?” kening David berkerut. Seharusnya urusan David dan Gita sudah selesai. Foto hasil jepretan di panti sudah sepakat pihak Davidlah yang akan mengantarkan langsung. Juga Gita sudah mengirimkan bayarannya ke rekening David. Lalu sekarang apa lagi keperluan gadis itu?
“Gue gak tau, Bos. Sebaiknya lo samperi dulu. Gue suruh dia tunggu di ruangan lo karena kasihan kalau tunggu di lobi.”

“Apa? Ngapain lo kasih dia masuk ke ruangan gue sih?” sentak David yang langsung saja bangkit dari tidurannya untuk segera ke bawah. Pagi-pagi Pandu sudah membuatnya ingin mengumpat saja. David tidak suka ruangannya dimasuki oleh orang asing. Dengan klien saja David akan menemuinya di ruang rapat. Langkahnya tergopoh menuruni tangga. David sampai tidak sadar kalau ia masih mengenakan kolor karena dia memang belum mandi.

Brakkkkk!

“Aaaaarrrggghh! Kak David ngapain sih penampilannya begitu?” teriak Gita begitu terkejut. Gita menunggu David dan tepat menghadap ke arah pintu, tetapi malah disuguhi dengan pemandangan David yang berpenampilan kacau dan tidak senonoh itu. Selain kolor, David juga tidak mengenakan atasan apa pun.

“Aish! Sialan lo Pandu!” umpatnya rendah dengan menahan rasa malu setelah menyadari penampilannya yang tidak pantas. Buru-buru David menutup pintu lagi dan naik kembali ke lantai atas menuju kamarnya. “Pandu lo di mana?” teriaknya pada anak buahnya itu. Gara-gara Pandu tidak mengingatkan dirinya, David harus menanggung malu yang seumur hidup mungkin tidak akan pernah hilang.

Dear You, Gita! ✔ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now