21 - Kebenaran

12 0 0
                                    

“Lo yakin gak mau nembak Gita, Bos?” tanya Pandu untuk ke sekian kalinya. Setelah David selesai dengan pemotretannya, ia mendatangi David hanya untuk menanyakan hal itu. Pandu gemas sekali kepada bosnya itu. David cemburu melihat Gita jalan bersama Anton tapi tidak mau mengungkapkan perasaannya pada Gita.

“Hari ini lo cerewer banget, Ndu.” Sementara David masih tidak acuh. David lagi-lagi juga mengabaikan pertanyaan Pandu. Ia sibuk dengan berkas-berkas fotonya. Ingin langsung mengerjakan pengeditan agar pekerjaannya tidak semakin menumpuk.

“Lo jangan permainkan Gita, Bos,” ujar Pandu kali ini dengan nada yang serius. David meliriknya dengan helaan napas berat. Dilepaskannya mouse dari tangannya lalu menatap Pandu dengan tatapan yang lebih serius.

Namun, giliran Pandu yang malah merasa terintimidasi oleh tatapan David itu. Ia sedikit gentar tapi Pandu juga tidak bisa membiarkan Gita tanpa status yang jelas. Digatung terlalu lama karena David yang plin-plan.

“Gue gak bisa jadikan Gita sebagai pacar.”

“Maksud lo apa, Bos?” sentak Pandu dengan nada tinggi.

“Lo beneran mau gue transfer ke Leo?” desis David. Matanya mendelik dan ia mengorek telinganya yang sempat terkejut karena nada tinggi Pandu itu.

“Jelasin dulu ke gue maksud perkataan lo itu, Bos. Jangan jadi berengsek dengan memainkan hati perempuan. Gue selalu menjadikan lo panutan dalam segala hal termasuk urusan cewek. Dari dulu sikap lo selalu tegas menolak cewek meskipun sebenarnya lo punya kesempatan kalau ingin memiliki banyak pacar. Tapi lo menolak. Gue kira lo memang menghargai perasaan. Lalu—“

“Gue punya alasannya, Ndu,” potong David segera.

David memang menyukai Gita. Gadis yang lima tahun lebih muda darinya. Gita bukanlah yang pertama kali bagi David menyukai lawan jenis. Dulu ia sudah pernah pacaran. Tapi bukan karena kegagalan di masa lalu yang membuatnya tidak ingin menjadikan Gita sebagai pacar. Lebih daripada itu. David sangat menyayangi Gita sehingga ia tidak ingin menyakiti Gita nantinya.

“Alasan apa, Bos? Gue harap alasan lo masuk akal. Bukan hanya dibuat-buat untuk membenarkan tindakan pengecut lo itu.”

“Lo mulai berani mengancam gue, ya?” tanya David teramat santai. Ia sama sekali tidak merasa takut dengan perkataan Pandu itu. Bahkan David juga terkekeh melihat keseriusan yang baru ini terlihat dari wajah Pandu. Dan itu hanya karena membela Gita. Ia jadi curiga kalau Pandu juga sedang menaruh rasa pada Gita.

“Gue gak peduli lo bilang apa. Gue serius mengingatkan lo untuk jangan menyakiti hati Gita.”

“Lo suka sama Gita?” tembak David langsung dengan seringai di bibirnya.

Pandu membelalak. Ia terkejut oleh asumsi David yang tidak mendasar itu. Jelas-jelas dirinya sedang mencoba menyatukan mereka berdua tapi malah dituduh balik.

“Gak usah terkejut begitu kali, Ndu. Lo hanya perlu jawab dengan jujur aja.” David terkekeh menikmati ekspresi yang ditunjukkan Pandu itu.

“Jangan bercanda lagi, Bos. Lo tahu gue memperlakukan Gita seperti adik gue sendiri. Gue gak mau lo usir karena berani menyukai cewek yang lo taksir.” Ekspresi kalah Pandu membuat David ingin tertawa sekeras mungkin. Tadinya dia hanya bertanya usil tetapi Pandu langsung bereaksi berlebihan.

“Oke, oke ... gue gak akan pecat lo,” ucapnya disela tawa yang berderai itu.

“Jadi jelasin alasan yang lo punya, Bos.”

Helaan napas berat menyesakkan dada David. Kini ia akan jujur menceritakan sebuah rahasia yang selama ini ia tutupi dari Pandu dan Gilang. Tapi sekarang Gilang mungkin sudah tahu dari Leo karena sahabatnya itu pandai sekali mengorek informasi tentangnya dari Leo. Jadi tersisa Pandu yang tidak tahu apa-apa.

Dear You, Gita! ✔ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now